Allow semuaaa...
Kita lanjut yukkHappy Reading 🤍🦋
"Pangeran, kamu dimana sih? Katanya kamu janji sama aku bakal datang, tapi mana janji kamu? Kamu ga datang," gumam Dira dengan suara yang terdengar penuh kekecewaan.
Tetesan air mata mulai mengalir di pipinya yang halus saat ia duduk di taman, di bawah pohon yang rindang, tak sangka bahwa Pangeran tidak akan menepati janjinya. Hatinya hancur, campur aduk antara kekecewaan dan kekhawatiran.
Di balik pepohonan, Kiver melangkah mendekati Dira dengan senyum merayu di bibirnya. "Hai, Dira. Kamu sendiri di sini? Apa yang terjadi?" tanyanya dengan nada manis, meskipun matanya berbinar penuh kesenangan. Ia menikmati melihat keadaan Dira yang sedang rapuh.
Dira mengangkat wajahnya, matanya yang sayu menatap Kiver dengan tidak percaya. "Pangeran ga datang. Dia tidak menepati janjinya," ucapnya pelan, suaranya terdengar rapuh.
Kiver mendekat lebih dekat, mencoba meraih tangan Dira. "Mungkin dia ada alasan, Dira. Kamu tidak usah terlalu khawatir," katanya dengan nada penuh penyesalan palsu.
Dira menarik tangannya perlahan dari genggaman Kiver. "Tapi kita udah ngerencanain ini bersama. Kita harus presentasi hari ini," jawabnya dengan suara yang masih bergetar.
Kiver mengangguk mengerti, sementara matanya menyipit licik. "Kamu tahu, sebenarnya aku bisa membantumu. Ayo, biarkan aku menghiburmu," ucapnya dengan suara lunak, mencoba memanfaatkan kesempatan.
Dira menggeleng pelan, meskipun hatinya hancur dan butuh dukungan. "Terima kasih, Kiver. Tapi aku harus mengatasinya sendiri," ucapnya dengan mantap, mencoba menguatkan diri meski hatinya masih terluka.
Kiver memanfaatkan kesempatan saat taman mulai sepi. Ia mendekati Dira dengan langkah yang lambat, senyumnya terpahat dengan licik di wajahnya. "Dira, aku tahu kamu sedang kesulitan. Aku bisa membuatmu merasa lebih baik," katanya sambil mencoba menyentuh lengan Dira dengan lembut.
Dira tersentak dan cepat menghindar, wajahnya memerah oleh campuran kemarahan dan kejijikan. "Kiver, jangan sentuh aku!" desisnya dengan suara tegas dan tajam, matanya memancarkan ketegasan.
Kiver tidak tergoyahkan. Ia menganggapnya sebagai tantangan yang menarik. "Tenang saja, Dir. Aku hanya ingin membantumu melupakan Pangeran sejenak," ujarnya dengan nada yang tetap tenang, meskipun ia tahu bahwa tindakannya tidak diinginkan.
Dengan cepat, Dira mengempaskan tangan Kiver yang masih berusaha mendekat. "Aku bilang jangan sentuh aku! Jauhkan dirimu dari aku, Kiver," bentaknya dengan keras, tatapannya menusuk tajam ke arah Kiver.
Kiver merasa amarahnya memuncak saat Dira menolaknya dengan keras. ia berusaha manarik Dira dan memberikan pelajaran padanya, karna ia tak mau disentuh oleh Kiver.
"Kiver, stop, jangan gini, sakit," desis Dira dengan suara gemetar, matanya berkaca-kaca karena tangisnya.
Namun Kiver tidak terpengaruh. Dia mengabaikan tangisan Dira dan semakin mendekat dengan ekspresi marah yang tidak bisa ditahan.
"Ini salah lo, Dira. Lo udah nolak gue dulu, sekarang lo ga bisa menolak saat gue pengen nyentuh lo!!"
Dira terdiam sejenak, terkejut dan ketakutan akan kekerasan yang muncul dari Kiver. Dia berusaha melawan saat Kiver mencoba meraih tangannya, tetapi usahanya sia-sia. Kiver dengan kasar menariknya mendekat, membuat Dira semakin menangis karena sakit dan ketakutan.
"Kiver, tolong..." teriak Dira, tetapi Kiver tidak mau mendengar. Dia tetap memegang erat tangan Dira, memaksanya untuk tetap berada di dekatnya.
Namun, Kiver tampaknya tidak peduli dengan itu. Dia terus memaksakan kehendaknya, tidak peduli betapa teriak dan menangisnya Dira.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pangeran [Terbit]
Genel KurguPangeran, seorang lelaki yang dingin dan misterius dengan tatapan mata yang tajam, ia baru saja pindah ke sekolah baru. Penampilannya yang karismatik segera menarik perhatian semua orang, terutama dari sebuah geng nakal yang bernama Shadow Serpents...