Alowwww....
Kita lanjut yokHappy Reading 🦋🤍
Di sebuah villa yang terletak di lereng pegunungan, suasana pagi menyambut ketiga lelaki muda ini dengan udara segar dan cahaya matahari yang mulai menerobos melalui pepohonan pinus yang rimbun.
Pangeran, Dimas, dan Raka duduk di sekitar meja makan kayu yang elegan, mengenakan seragam berwarna putih dengan bawahan hitam serta jas berwana merah mereka yang baru.
Mereka tengah sarapan, sementara udara sejuk pagi menyegarkan suasana.Raka, yang duduk di seberang Pangeran, menatapnya dengan ekspresi penasaran. "Pangeran, napa kemarin lo kelihatan dingin banget pas ketemu sama Dira?"
Pangeran menoleh ke arah Raka, matanya memancarkan kebingungan sejenak sebelum ia menjawab dengan hati-hati, "Bukan apa-apa, Rak. Hanya ada sesuatu yang buat gue agak terganggu, mungkin."
Dimas, yang duduk di samping Pangeran, menambahkan dengan senyuman tenang, "Mungkin Prince cuma perlu waktu buat beradaptasi sama lingkungan baru sini."
Raka mengangguk, meresapi kata-kata Dimas. "Benar juga, mungkin ini cuma perasaan awal. Tapi, Dira kayanya suka sama lo ya Prince?"
Pangeran memandang ke arah langit yang biru cerah di luar jendela, mencoba menemukan kata-kata yang tepat. "Entahlah. Gue masih coba memahami semuanya."
Di ruang makan yang tenang itu, bunyi gemericik air sungai kecil yang mengalir di dekat villa mulai terdengar. Mereka bertiga merasa getaran baru dari sekolah yang akan mereka hadapi.
****
Dira nampak begitu bergegas di dapur, mencoba menyiapkan sarapan pagi dengan Olivia. Dia cepat-cepat mengambil roti dan memadukan buah-buahan di atas meja, seraya sesekali melemparkan pandangan ke arah Liam, adiknya yang duduk dengan tenang di sudut meja makan dengan kursi rodanya.
"Dira, jangan terlalu terburu-buru, sayang," kata Olivia sambil menatap putrinya dengan senyum lembut. "Sekolah belum mulai kok sekarang."
”Iya, Bunda, tapi Dira harus memastikan semuanya siap," jawab Dira sambil mengatur kembali piring dan gelas.
Sementara itu, Liam tersenyum kecil, memperhatikan kakaknya yang sibuk. "Kakak, jangan lupa buatkan aku roti panggang seperti biasa, ya?"
Dira tersenyum lembut ke arah adiknya. "Tentu, Liam. Kakak akan membuatkan kamu roti panggang spesial hari ini."
Tiba-tiba, langkah berat terdengar di tangga menuju lantai bawah. Ayah mereka, Edward, turun dari kamar dengan wajah serius. Dia memandang ke arah Dira dan Olivia dengan pakaian yang sudah siap untuk hari itu.
"Selamat pagi, Sayang," sapa Edward sambil mencium kening Olivia. "Maafkan aku, tapi aku harus pergi lebih awal hari ini. Ada janji penting dengan para petani teh di kebun."
Dira memandang ayahnya dengan harapan. "Ayah, bisakah Ayah mengantar Dira ke sekolah? Liburan kemarin terlalu lama."
Edward menggelengkan kepala dengan penuh penyesalan. "Maaf, Sayang. Ayah benar-benar harus pergi pagi ini. Tapi, Ayah pastikan Bunda akan mengantarkan kamu dengan baik, ya."
Olivia melihat ke arah Dira dengan ekspresi memohon maaf. "Maafkan Bunda, Nak. Bunda benar-benar tidak bisa meninggalkan Liam sendirian di rumah hari ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Pangeran [Terbit]
General FictionPangeran, seorang lelaki yang dingin dan misterius dengan tatapan mata yang tajam, ia baru saja pindah ke sekolah baru. Penampilannya yang karismatik segera menarik perhatian semua orang, terutama dari sebuah geng nakal yang bernama Shadow Serpents...