Allow semuaaa...
Kita lanjut yukkHappy Reading 🤍🦋
"Kamu yakin balik ke villa sekarang? Apa nanti kamu nggak kemalaman? Ini udah jam enam loh, Pangeran!" tanya Isabella kepada Pangeran.
Pangeran menggeleng, "Nggak, Ma, paling nanti jam sembilan nyampe sana."
"Yakin? Kamu nggak takut kalau ada orang yang macam-macam?" sahut Jonathan.
"Orang kaya Pangeran mah nggak takut kalau sama gituan, Pa. Malah nanti yang takut mereka," jawab Pangeran sambil menepuk dadanya dengan bangga.
Jonathan tersenyum, meskipun ada sedikit kekhawatiran yang terlihat di matanya. "Baiklah, tapi hati-hati di jalan, ya. Jangan ngebut dan tetap waspada."
"Iya, Pa, Ma, tenang aja. Pangeran bakal baik-baik aja," jawab Pangeran dengan penuh percaya diri. Setelah pamit dan mencium tangan kedua orang tuanya, ia pun melangkah keluar rumah, siap menghadapi malam yang mulai merambat.
****
"Pangeran jadi pulang hari ini nggak ya?" gumam Dira pelan sembari menatap layar ponselnya. "Kok dia juga nggak bilang ke aku ya? Apa mungkin dia lupa?" sambungnya.
Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu pada kamar Dira. "Iya, sebentar ya," jawabnya. Dengan cepat dia membuka pintu itu, dan ternyata adalah Liam yang tengah duduk di kursi roda, dan menatap Dira dengan wajah yang agak gelisah, seperti ada sesuatu yang mengganjal di pikirannya.
"Kak, Kak Pangeran jadi pulang sekarang?" tanya Liam pada Dira. Dira mengangguk dan tersenyum padanya. "Kenapa? Kamu kangen sama Kak Pangeran?"
"Enggak gitu, Kak. Liam kok perasaannya nggak enak gitu, kayak takut terjadi sesuatu sama Kak Pangeran."
Mendengar ucapan itu, ekspresi wajah Dira berubah. "Nggak bakal terjadi sesuatu sama Kak Pangeran kok, kalaupun terjadi sesuatu sama Kak Pangeran, dia pasti ngelawan," ucapnya meyakinkan Liam. "Kamu kan tau, Kak Pangeran kan jago berantem," sambungnya sambil mengusap rambut Liam.
Liam masih terlihat ragu, tapi ia mencoba untuk percaya pada kata-kata Dira. "Semoga Kak Pangeran baik-baik aja, Kak," ujarnya pelan.
Dira menatap adiknya dengan penuh kasih sayang. "Iya, Liam, Kak Pangeran pasti baik-baik aja. Kamu tenang aja, ya." Mereka berdua lalu terdiam sejenak, memikirkan Pangeran yang sedang dalam perjalanan pulang.
Setelah Dira mencerna kalimat Liam, tiba-tiba ada rasa yang membuat hatinya tidak enak. Dia merasa ada sesuatu yang perlu dipertimbangkan lebih dalam.
"Kak Pangeran pasti baik-baik aja, kan, Kak?" tanya Liam lagi, mencari kepastian dari Dira..
Dira menarik napas dalam-dalam sebelum akhirnya menjawab dengan tenang, meskipun ada keraguan yang mengganggunya. "Iya, Liam. Kak Pangeran memang kuat, dia pasti baik-baik saja. Tapi, kita tetap harus berdoa untuknya agar selamat sampai di rumah."
Liam mengangguk pelan, mencoba menenangkan dirinya sendiri. "Iya, Kak. Aku juga berdoa supaya Kak Pangeran selamat."
Dira tersenyum lembut, lalu merangkul Liam dengan hangat. "Kita harus percaya, Liam. Semuanya akan baik-baik saja."
Dira kembali menatap layar ponselnya yang berwallpaper fotonya bersama Pangeran. Wajahnya penuh dengan rasa cemas meskipun mencoba untuk tetap tenang.
"Aku harap kamu nanti pulang dalam keadaan selamat ya, Pangeran," gumamnya pelan, dengan suara yang sedikit gemetar.
****
Pangeran menikmati suasana malam yang tenang, hanya suara deru mesin motor dan semilir angin yang menemaninya. Langit malam begitu gelap dengan awan mendung yang akan segera turun hujan. Di tengah kenikmatannya, dia merasa ada tiga motor yang terus mengikutinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pangeran [Terbit]
Fiction généralePangeran, seorang lelaki yang dingin dan misterius dengan tatapan mata yang tajam, ia baru saja pindah ke sekolah baru. Penampilannya yang karismatik segera menarik perhatian semua orang, terutama dari sebuah geng nakal yang bernama Shadow Serpents...