Nova tersedak air liurnya sendiri.
Bagaimana tidak, netranya tanpa sengaja menangkap tubuh cantik Gia —atau Anggia— yang baru saja turun dari lantai dua rumahnya.
Yang membuat ia tersedak adalah, karena penampilan Gia saat ini sangat jauh berbeda dengan yang selama ini ia kenal.
Gadis yang biasanya tertutup mengenakan hijab, sudah tidak ada lagi. Karena hijab dan pakaian panjang serba tertutup itu kini tergantikan dengan rok jeans pendek setengah paha, dan kaos oversize berwarna abu-abu yang setengah depannya ia lipat dan masukkan tepat di bawah dada —memamerkan perut gadis itu yang putih dan mulus.
Tidak lupa juga dengan sepatu boots berwarna hitam selutut yang semakin menunjang penampilan Gia saat ini.
Bahkan, rambut panjang bergelombang yang hanya pernah satu kali Nova lihat pun —di saat malam pertama mereka— kini terurai cantik. Ditambah dengan sebuah kepangan kecil di kedua sisinya.
Benar-benar jauh berbeda dengan apa yang ia tahu. Dan kini ia sadar, ia memang tidak betul-betul mengenal istrinya itu.
"Mau kemana?" Nova menekan suaranya. Bingung harus apa dan bagaimana melihat penampilan baru sang istri.
"Loh, kok lo masih di rumah? Bukannya lo mau keluar sama Maya?"
Bukannya menjawab pertanyaannya, Nova justru dibuat tercengang dengan pertanyaan yang Gia lontarkan.
"Lo? Ini beneran Anggia pake lo gue?"
"Dia masih ada urusan sebentar. Dan jangan mengalihkan pembicaraan! Kamu mau kemana dengan pakaian seperti itu, Anggia? Mana hijab kamu?"
"Aduh, bawel amat deh lo. Gue gerah. Udah muak gue pura-pura jadi cewek baik dan blo'on di depan lo yang aslinya juga sama bejatnya kayak gue." Gia mengibaskan tangannya, lalu kembali melanjutkan langkah kakinya saat Nova hendak menghampiri.
"Kenapa? Heran lo sama gue?" tanya Gia lagi saat mendapati tatapan Nova akan dirinya.
"Ini aslinya gue. Mama papa gue juga tau kalo gue lebih suka pake bikini ketimbang pake hijab yang selama ini lo dan keluarga lo tau. Udah ya, lo jangan bawel! Terserah lo mau kasih tau ayah bunda lo ato ortu gue. Karna kalo lo mau ceraiin gue sekarang, gue juga nggak bakal nolak."
Gia menunduk, meraih ritsleting sepatu bootsnya. Tanpa menyadari kalau di belakangnya Nova tengah menahan nafas melihat safety pants Gia yang nyaris terlihat.
Demi Tuhan, Nova bisa gila sekarang.
"Kamu mau pergi dengan pakaian seperti itu pake motor?"
Gia kembali berdiri dengan tegak, lalu memeriksa kembali penampilannya dari atas ke bawah sebelum menjawab pertanyaan Nova. "Ada kendaraan yang namanya mobil. Gue berangkat pake mobil." Jelas Gia yang semakin membuat Nova keheranan.
"Mobil siapa?"
Dan tepat saat itu, ponsel Gia berdering nyaring. Dengan cepat Gia menerima panggilan masuk itu. "Iya, ikutin aja mapsnya. Udah sesuai kok itu. Dan gue juga udah siap." Jawab Gia lalu meraih kembali sling bag-nya yang beberapa saat lalu ia tanggalkan.
Dengan cepat gadis itu berlalu, meninggalkan Nova seorang diri yang masih terus memperhatikannya. Tanpa pamit, tanpa salam, dan tanpa ciuman tangan seperti biasanya.
Hingga Gia berdiri di samping mobil yang baru saja berhenti tepat di depan rumahnya, rumah mereka. Dan Nova melihat bagaimana saat pintu samping kemudi terbuka lalu teman Gia keluar dari sana. Lalu Gia dengan cepat masuk ke dalam, menggantikan temannya tadi untuk menyetir.
.
*** I ***
.Gilaaaaaa

KAMU SEDANG MEMBACA
OPTION [✔️]
Short StoryBagaimana jadinya kalau ada orang ketiga dalam sebuah hubungan?