2

920 110 50
                                    

Nova tidak bisa tidur. Matanya sama sekali tidak menunjukkan rasa kantuk. Terlebih pikirannya yang masih melalang buana pada apa saja yang sudah terjadi hari ini.

Dan sekarang, pikirannya berhenti pada momen dimana ia menguping pembicaraan Gia dengan teman-temannya tadi. Bagaimana Gia secara gamblang memberitahu teman-temannya kalau gadis itu menolak untuk jatuh hati padanya.

Dia tahu kalau dirinya salah. Tapi ia juga tidak suka dan tidak terima kalau Gia, istrinya, enggan untuk jatuh hati padanya.

"Emang dirinya kurang menawan apa?"

Entah kenapa, ia jadi ingin membuat Gia cemburu. Tapi kalau dirinya menambah intensitas kedekatannya dengan Maya, akankah ia berhasil membuat Gia cemburu? Atau malah gadis itu meminta cerai lagi padanya seperti pagi tadi?

Nova jadi bingung sendiri. Karena reaksi Gia selalu tidak sesuai dengan apa yang ia harapkan. Sama halnya seperti tadi, saat ia meminta Gia untuk tidak memakai pakaian yang terlalu terbuka. Gadis itu malah mengangkat tangannya tinggi-tinggi dan membuat kulit mulus gadis itu semakin terlihat. Yang berhasil membuat sesuatu di bawah sana berdiri dan meronta.

Ini, kalau dia minta pada Gia sekarang, apa Gia akan memberikannya?

Tanpa sadar, Nova sudah berjalan keluar dan melangkah naik ke lantai dua tempat dimana kamar Gia berada.

Sekarang pukul tiga pagi, dan Gia jelas masih tidur, pikirnya sebelumnya. Namun saat ia tiba di depan kamar Gia yang tertutup rapat, yang ia dapati justru adalah suara Gia yang mengalun lembut tengah mengaji.

Nova memilih duduk di lantai bersandarkan dinding. Menunggu Gia sampai selesai. Dan lebih dari sepuluh menit kemudian, Gia keluar dari kamar, gadis itu terkejut dengan keberadaan Nova yang sudah duduk di samping pintu kamarnya.

Sama halnya dengan Gia, Nova juga terkejut. Terlebih saat melihat penampilan Gia sekarang yang hanya mengenakan kaos kebesaran serta celana pendek yang nyaris tak terlihat. Seolah Gia menantangnya apa ia berani menerkam gadis itu sekarang juga.

"Gi... " Tanpa sadar Nova memanggil Gia dengan suara yang ketara tengah menahan hasrat.

"Kok, lo di sini? Ngapain?" tanya Gia seraya memicingkan mata dengan tajam. "Dan tumben lo udah bangun? Lo begadang?"

Tidak menjawab, Nova maju dua langkah, hendak memeluk tubuh Gia. Tapi Gia dengan sigap mundur dan menyilangkan tangannya ke depan.

"Mau ngapain, lo? Mau meluk gue? Enggak." Tolak Gia tanpa basa basi.

"Aku suami kamu, Gi." Jawab Nova dengan suara memelas.

"Ya, trus? Emang karna lo suami gue, terus lo bisa meluk gue seenak jidat lo? Suami istri itu cuma status kita, enggak untuk di dalamnya." Jelas Gia gamblang lalu berlalu meninggalkan Nova begitu saja.

Tanpa Nova tahu, Gia tersenyum penuh kemenangan. Gadis itu terlalu senang melihat Nova frustasi karenanya. Dan Gia akan terus melakukan itu sampai membuat Nova menggila.

.
*** 2 ***
.

Selesai menyemprotkan parfum di badannya. Nova keluar dan menuju ke dapur tempat dimana Gia berada sekarang.

Gadis itu baru saja selesai memasak. Dan sekarang tengah menghidangkan semuanya di atas meja makan. Tidak lupa juga dengan secangkir kopi yang selalu menjadi minuman wajib untuk Nova di pagi hari.

Tapi, dibandingkan dengan kopi itu, Nova lebih tertarik dengan penampilan Gia saat ini. Istrinya itu sekarang tengah mengenakan dress rumahan sepanjang lutut. Dimana bagian bawahnya bergerak bergoyang-goyang mengikuti gerakan Gia. Yang entah kenapa kalau ia amati, itu terlihat lucu dan menggairahkan secara bersamaan.

OPTION [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang