17

612 78 5
                                    

Pukul dua pagi, Nova dan Anggia baru tiba di rumah.

Bukan kembali ke rumah orang tua Anggia padahal mereka awalnya menginap di sana. Melainkan mereka berdua kembali pulang ke rumah Nova.

Dan entah kenapa, Nova merasa kalau kali ini dia benar-benar merasa pulang. Mungkin karena perasaannya yang sudah lebih lega dan lepas dari sebelumnya, serta Anggia yang mau menerimanya. Walau tak menampik juga masih ada sesuatu yang mengganjal di sisi lain.

Anggia langsung naik ke lantai dua, tanpa mengucapkan kata selain selamat malam padanya.

Kalau boleh jujur, ia berniat menawarkan untuk tidur berdua dengannya di kamarnya. Hitung-hitung supaya mereka lebih dekat.

Tapi untuk malam ini ia akan membiarkan Gia sendiri dulu. Mungkin gadis itu masih butuh waktu dengan keputusan keduanya yang ingin melanjutkan pernikahan mereka yang diawali dengan tidak begitu baik.

Setelah Nova membersihkan diri, atensinya beralih pada ponsel yang sejak tadi tidak ia hiraukan.

Ia ingin mengirim pesan pada kedua mertuanya, meminta maaf akan kepulangan dirinya dan Anggia yang tiba-tiba.

Namun satu buah pesan dari seseorang yang menjadi penyebab kesedihan Anggia sedari tadi, berhasil mengusiknya. Dengan cepat ia membuka pesan tersebut dan membacanya.

Nakula
¬ Hai No
¬ Aku titip Gigi ya
¬ Aku harap kamu bisa
membahagiakannya dengan layak
¬ Hal yang tidak bisa aku
lakukan selama ini
¬ Tolong jangan sakiti dia ya, No
¬ Karena kamu jelas tahu,
aku nggak bisa melihat
Gigi menangis
¬ Cukup sebelum ini saja
¬ Dan setelah ini, tolong,
tolong bahagiain dia
¬ Sekali lagi aku titip Gigi ya, No
¬ Semoga pernikahan kalian
langgeng sampai tua

Nova ingin menangis membacanya. Ternyata cinta Nakula pada Anggia lebih dari yang ia kira. Sepupunya itu mencintai dan menyayangi Gia sedalam itu.

Lagi pula kalau dipikirkan lagi, laki-laki mana sih yang rela bangun tengah buta, pulang tengah malam, hanya untuk mengantar dan menjemput gadis lain yang tidak ada status dengannya kecuali rasa sayang dan rasa cinta laki-laki itu yang sudah membengkak.

Belum lagi Nakula sering kali menghabiskan waktu seharian hanya untuk menemani Anggia yang sibuk pameran atau sibuk mengisi event.

Sebagai seorang pacar saja, jarang ada laki-laki yang mau membuang-buang waktunya di kesibukan pasangannya yang bisa dibilang tidak normal itu.

Tapi Nakula mau. Laki-laki itu rela melakukannya demi gadis bernama Anggia.

Dan pertanyaannya sekarang, mampukah ia mencintai Anggia sebesar Nakula melakukannya? Belum lagi sifat dirinya dan Nakula yang sedikit banyak memiliki perbedaan.

Akankah Anggia bisa jatuh hati padanya setelah mendapatkan Nakula yang sedemikian rupa?

Pasti berat. Jalan yang Nova pilih ternyata tidak semudah yang ia bayangkan.

Keluar dari kamar, Nova naik ke lantai dua. Namun belum juga menyampai puncak, suara tangisan pilu samar terdengar.

Siapa lagi kalau bukan Anggia.

Gadis itu ternyata menahan untuk menangis histeris di depannya. Dan sekarang setelah gadis itu sendirian, Gia dengan keras menangis, menumpahkan segala rasa yang gadis itu tahan sejak tadi.

OPTION [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang