19

476 82 17
                                    

Tubuh Gia terpaku di tempatnya.

Bagaimana tidak, baru kemarin Nova memberitahunya kalau ia tidak boleh memasak untuk laki-laki lain selain Nova. Tapi sore ini, ia justru mendapatkan Hasbi sudah berdiri dengan senyum mentereng di ruang tamu bersama Nova yang tampak menahan frustrasi.

"Maaf ya, Gi, kalau aku ngerepotin," ujar Hasbi setelah laki-laki itu duduk manis mengikuti Nova dan Anggia.

Ketiganya saat ini tengah duduk dengan canggung di meja makan untuk makan malam —hasil masakan dari Anggia sore ini. Anggia dan Nova duduk bersebelahan, sementara Hasbi sendiri duduk di depan Nova.

Sore tadi —sebelum pulang kerja— Hasbi dengan penuh bujuk rayu meminta Nova untuk membawa serta dirinya ke rumah teman baiknya itu dengan dalih ingin mengucapkan terimakasih secara pribadi pada Anggia atas makan malam yang kemarin Gia berikan untuknya. Yang akhirnya membuat Nova mau tidak mau harus mengiyakan. Apalagi saat Hasbi mengancamnya dengan tidak mau lagi mengajarinya mengaji yang dimana dengan jelas ia masih membutuhkan bantuan Hasbi untuknya.

"Lo dari dulu emang udah pinter masak, Gi?" Tanya Hasbi ditengah kegiatan makan malam mereka yang sedari awal sunyi.

Gia tersenyum canggung lalu menggeleng, "Enggak. Dari dulu nggak pernah masak. Pertama kali coba masak waktu pindah ke sini. Belajar dari hp." jelas Gia.

Hasbi mendecak kagum, namun dalam hati lagi-lagi mencibir Nova yang tidak mau menerima Anggia sejak awal. Karena kalau sejak awal Nova tidak bersikap berengsek, laki-laki itu pasti sudah bahagia sedari dulu. Tapi lihatlah sekarang, akhirnya Nova jadi kelimpungan sendiri dibuatnya.

"Wah, beruntung banget, ya, laki-laki yang bisa dapetin lo."

Nova berdeham keras, membuat Hasbi dan Anggia menatapnya bersamaan. Namun tak lama kemudian Hasbi kembali mengajak Anggia mengobrol, meninggalkan Nova yang hanya bisa menatapnya dongkol.

~~ 19 ~~

Setelah dua jam lamanya Hasbi menghabiskan waktu di rumah Nova, kini laki-laki itu sudah pamit undur diri dan kembali hanya menyisakan Anggia dan Nova di dalam rumah pasutri tersebut.

Lengan yang sedari tadi melingkar manis di pundak Anggia pun terpaksa harus Nova turunkan saat mobil Hasbi sudah jauh dari pandangan.

"Kok, nggak bilang dulu kalau Hasbi mau ke sini?" Sergah Anggia sembari menatap Nova bersungut-sungut ditambah lagi dengan berkacak pinggang.

Sebenarnya, ia tidak keberatan Hasbi datang dan makan malam bersama mereka. Hanya saja, untungnya ia tidak tengah mengenakan pakaian pendek yang sudah beberapa minggu ini ia tanggalkan —karena keberadaan Nova di dekatnya.

Coba bagaimana jadinya kalau seandainya ia tadi mengenakan celana pendek dan atasan terbuka karena mengira Nova akan lembur lagi malam ini? Jelas ia bisa panik tujuh keliling nantinya.

Nova meringis mendengar omelan Anggia. Namun disatu sisi, ia juga senang karena sudah lama ia tidak mendengarkan omelan Gia padanya.

Thanks to Hasbi, karena sudah membuat Anggia sedikit kembali seperti dulu.

"Dia tadi yang maksa mau ke sini. Pas juga baterai hp aku habis. Jadi aku nggak bisa kasih tahu kamu lebih dulu. Maaf, ya?"

Gia memutar matanya malas, lalu mendudukkan diri di sofa ruang tamu dan menyalakan televisi. Nova yang melihat itu pun hanya bisa tersenyum dan mengikuti layaknya anak itik.

"Kamu mandi dulu sana!" Titah Gia sepuluh menit kemudian.

Nova yang mendengar tak bergegas menjawab. Namun kepalanya menoleh menghadap Anggia yang masih fokus melihat acara televisi yang terpampang di layar. "Emang kamu nggak mau mandi juga?"

OPTION [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang