"BERENGSEK!!!"
Nova melempar ponselnya ke atas meja. Sejak tadi pagi, kemarahannya pada Maya tidak dapat mereda. Dan bukan hanya tadi pagi sebenarnya. Karena sejatinya, sejak ia tahu kalau Maya mengirimkan pesan tidak baik pada Anggia kemarin, ia sudah sangat membenci dan ingin memaki perempuan itu. Hanya saja karena ia memilih fokus pada Anggia, ia jadi berusaha dengan kuat meredam kemarahannya. Takut-takut Anggia turut kena imbasnya.
Dan hari ini adalah puncaknya, dimana ia mencoba menghubungi Maya sedari pagi namun yang ia dapatkan hanyalah suara dari operator. Bahkan semua chat yang ia kirimkan pada perempuan itu pun hanya bercentang satu. Dan saat ia mencoba untuk menghubungi melalui media sosial yang lain, yang ada adalah akun perempuan itu yang menghilang.
Maya seolah sengaja membuat hubungannya dengan Anggia pecah belah. Dan setelah berhasil, perempuan itu pergi begitu saja tanpa bertanggung jawab. Pantas saja, Maya tiba-tiba menghubunginya minggu lalu. Padahal setelah hari dimana ia memutuskan perempuan itu, Maya benar-benar hilang tanpa kabar tanpa meminta penjelasan ataupun menahannya lebih lama.
Secerdik itu Maya. Perempuan itu berhasil memperhitungkan semuanya dan mengacaukan hubungannya dengan Anggia setelah keadaan membaik.
Hasbi yang sejak tadi duduk di sofa panjang menatap heran. Ia tidak tahu masalah apa yang Nova hadapi. Tapi itu kelihatan sekali dari kegusaran yang Nova perlihatkan.
"Lo kenapa?"
"Lo bisa cek akun Maya, nggak?"
Belum juga mendapatkan jawaban, Hasbi justru dibuat terkejut dengan pertanyaan Nova.
"Lo gila? Lo mau main-main lagi sama Maya? Otak lo kemana, Nova? Jangan main-main lo sama perasaan Anggia."
Mendecak keras, Nova bergegas meraih ponsel Hasbi yang tergeletak di atas meja. Ia tidak butuh omelan temannya itu. Yang ia butuhkan sekarang adalah mencaci maki Maya dan memberi perhitungan pada perempuan itu.
"Stop gue bilang!" Hasbi menarik ponselnya segera sebelum Nova berhasil membuka ponsel tersebut.
Nova semakin mengerang frustrasi. Tangannya pun bergerak menyugar rambutnya yang semakin acak-acakan. "Gia minta cerai, Bi. Gia minta cerai dari gue gara-gara Maya."
"Lo tahu, Maya ngirim dm ke instagram Gia yang isinya video dan foto waktu gue sama dia hs dulu. Dan lo bisa tebak kelanjutannya. Ya, Gia minta cerai ke gue padahal lo tahu jelas gimana perasaan gue ke Anggia."
"Gue cinta mati sama dia, Bi. Gue nggak mau kehilangan dia. Dan gara-gara Maya, Gia sampai berani minta cerai ke gue. Lo bayangin kalau lo jadi gue. Apa nggak emosi lo sama Maya? Dia hampir hancurin pernikahan gue sama Gia." Lagi-lagi Nova mendesah berat. Bayangan Gia saat berbicara dengan lantang tentang keinginan gadis itu untuk bercerai dengannya di hadapan papa mertua benar-benar membuatnya takut.
Namun untungnya Gia tidak menceritakan tentang alasan gadis itu meminta berpisah. Andai saja Gia bercerita, sudah pasti kedua orang tua Gia langsung menendangnya keluar kemarin.
"Kamu nggak capek terus berterima kasih sama aku, Mas? Lagipula, bukan hakku untuk membeberkan kelakuan kamu sama perempuan itu ke orang lain."
Perkataan Anggia tadi pagi sebelum gadis itu keluar dari mobilnya saat ia mengantar Gia bekerja berhasil membuatnya terkatup rapat. Ya,Gia adalah gadis yang baik. Gadis yang tahu bahwa tidak baik untuk menceritakan aib seseorang ke orang lain.
Yang bodoh tetaplah dirinya. Kenapa ia dulu bisa terpesona sebegitunya pada perempuan seperti Maya sampai ia buta dengan sekelilingnya.
Hasbi yang baru saja mendengar seluruh kejadian kemarin dari mulut Nova hanya bisa menggeleng lemah. Ia sendiri juga tak menyangka kalau Maya bisa melakukan hal seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
OPTION [✔️]
Storie breviBagaimana jadinya kalau ada orang ketiga dalam sebuah hubungan?