Hai haiiiiii
maaf ya libur lama, sibuk soalnya, sibuk main, hehehe ^^v
happy reading guys, muacchhh.
~~ 14 ~~
Nova tiba di rumah dengan perasaan hampa. Ia begitu enggan keluar dari mobil. Belum lagi saat ia mengedarkan pandangan, yang ada hanya keadaan rumahnya yang masih gelap, lampu teras pun belum juga dinyalakan. Dan itu bisa dipastikan kalau Anggia belum pulang.
"Apa dia pulang ke rumah mama?"
Nova menggeleng kemudian, tidak ingin hal itu terjadi lagi. Terlebih beberapa hari ini hubungannya dengan Anggia tidak terlalu baik. Dan diperburuk lagi dengan kejadian sore tadi yang semakin merusak semuanya.
Dengan malas Nova turun dari mobil, lalu membuka pagar dan memarkirkan mobilnya dengan asal. Dengan langkah gontai ia memasuki rumah, menekan knop pintu yang ternyata tak terkunci. Dan detik berikutnya langkahnya terhenti saat melihat tubuh Anggia yang duduk meringkuk di atas sofa dalam kegelapan.
Tangan Nova bergerak menekan saklar lampu saat itu juga. Lalu dengan cepat ia melangkah menghampiri Gia dan duduk di samping gadis itu. Tapi belum juga ia duduk dengan sempurna, kata-kata Anggia sudah menghentikannya.
"Aku ingin cerai."
Tidak. Jelas Nova tidak mau. Ia baru saja melepaskan Maya, dan ia tidak mau kehilangan Anggia juga.
Oh, salah. Ia tidak peduli kalau ia sudah melepaskan Maya, tapi jelas ia tidak mau kalau harus kehilangan Gia.
"Aku tidak mau. Kamu ini ngomong apa? Jangan ngelantur." Nova menolak, lalu tangannya bergerak hendak menarik Gia. Tapi sayang, gadis itu justru menghindar. Membuat perasaan Nova kembali berantakan untuk kesekian kalinya.
"Aku tidak ingin menyalahkanmu. Tapi jelas, dari awal ini adalah kesalahanmu dan Maya. Harusnya kalian berdua sejak awal bisa berbicara jujur, jadi perjodohan ini tidak akan terjadi. Dan jangan tanyakan kenapa aku setuju, karna kamu juga jelas tau apa penyebabnya."
"Dan seandainya kamu dan Maya jujur dari awal, aku pasti masih bisa bersama dengan Nakula sekarang, sialan."
Jelas Gia tidak berani menyuarakan kata-katanya yang terakhir. Karena baginya cukup ia dan Nakula saja yang tahu.
"Iya. Aku minta maaf, Gi. Dan sekarang aku ingin memperbaikinya. Aku ingin menjalani pernikahan ini dengan baik bersamamu. Kamu mau, kan?"
Gia tidak bergeming, tapi matanya menatap Nova tajam. Ia bingung, apa yang orang tuanya lihat hingga menjodohkannya dengan laki-laki di depannya ini.
Belum juga menjawab, Nova sudah menggenggam tangan Gia kuat. Bahkan laki-laki itu sudah duduk bersimpuh di hadapan Gia.
"Apa alasanmu hingga ingin mempertahankan pernikahan ini?" tanya Gia saat Nova hendak memeluk lututnya.
Nova menarik nafas dalam. Maya cantik, dengan pembawaan gadis itu yang dewasa. Sangat cocok dengannya yang pendiam.
Namun semua berubah saat Gia hadir dengan penampilan baru. Belum lagi dengan kecerewetan dan tingkah gadis itu yang membuatnya gemas.
Gia memberikan warna yang baru untuk hidupnya. Dan dia suka itu.
"Aku tahu, kamu tidak akan percaya dengan semua ucapanku. Tapi tolong, seperti permintaanku pagi tadi, tolong kamu percaya sama aku..."
"Apa yang bisa dipercaya dari laki-laki yang bahkan sudah berani berbohong pada orang tuanya? Berbohong pada Tuhan akan sumpahnya? Tidak ada, No."
Gia menggeleng. Jelas tidak mungkin ia percaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
OPTION [✔️]
Short StoryBagaimana jadinya kalau ada orang ketiga dalam sebuah hubungan?