39. Kompetisi

22 2 0
                                    

Hai pren
Selamat membaca...

.
.

Uthlubul Ilma Minal Mahdi Ilal Lahdi
Arti: Tuntutlah ilmu dari buaian sampai ke liang lahat.

.
.

"Ay, mau kemana?" Tanya Syakila saat melihat Ayra yang menuruni beberapa anak tangga asrama. Syakila yang memang sedang berkumpul di taman depan dengan Nurmala, Windy, Bastian, Danu dan Tedy pun menatap heran ke arah Ayra. Sungguh, sahabatnya itu terlihat pucat.

"Mau ke prasmanan, ambil makan."

"Loh, kakak belum ambil jatah makan malam?"

Ayra menggelengkan kepalanya. "Belum. Dari tadi gue lemes banget, ngga sempat ambil makan deh."

"Ayo, gue temenin." Bastian langsung berdiri dan menghampiri Ayra. Segera cowok itu menggandeng tangan Ayra dan membawanya menuju tempat prasmanan tanpa memperdulikan ocehan teman-temannya.

"Bas, lain kali jangan begitu, ih. Ngga enak sama mereka sampai teriak-teriak begitu." Ucap Ayra kala ia mengambil beberapa lauk di prasmanan, sedangkan Bastian mengikutinya dari belakang.

"Apa salahnya mau jaga kakak sendiri?" Sahut Bastian santai. Sedangkan Ayra hanya menghela napas.

Selesai mengambil makan malam, Ayra melihat kesana-kemari mencari tempat untuk dia duduk dan menikmati makanan. Sayangnya disana hanya ada dua kursi tersisa. Yang membuat Ayra ragu untuk duduk disana adalah Zira dan Nila juga ada disana, dimeja yang sama. Sejak berbeda kamar asrama, Ayra memang jadi jarang mengobrol dengan keduanya.

"Ck." Bastian berdecak. "Kelamaan berfikir." Setelahnya, cowok itu langsung menarik tangan Ayra menuju tempat dimana Zira dan Nila duduk.

"Gue sama kak Ayra, ikut gabung duduk disini ya?" Ucap Bastian kala sudah berdiri berhadapan dengan Zira dan Nila. Tidak menjawab dengan suara, mereka berdua hanya menganggukkan kepala.

"Tumben ngga bareng yang lain, Ay?" Tanya Nila saat melihat Ayra yang mulai menyuapkan makanan kedalam mulut.

Ayra menggelengkan kepalanya. "Engga. Dari tadi gue dikamar, lemes banget, ngga ada tenaga mau aktivitas."

"Ngga ada yang nemenin?"

"Engga, mereka pada kumpul di taman. Sama anak ini juga." Ayra menunjuk Bastian yang duduk disebelahnya.

"Ay, dari awal masuk kelas dua belas, kita... Kita jadi asing ya?" Zira bersuara.

Ayra menganggukkan kepala singkat. "Gue juga ngerasa begitu." Bahkan untuk saling nyapa aja kita canggung. Batinnya.

Nila berdeham, mencoba mencairkan suasana. Takut kalau Ayra malah tidak betah bersama mereka. "Eh, ini Bastian adik sepupu lo itu ya, Ay?" Tanyanya.

Bastian menganggukkan kepalanya. "Iya, gue Yova Bastian Prananda. Kita sekelas tapi jarang negur ya? Biar gue tebak..." Bastian memperhatikan Nila dan Zira bergantian.

"Lo Nila pasti ekstrovert ya? Gampang banget cari topik." Perhatikan Bastian berpusat pada Nila yang duduk berhadapan dengan Ayra.

"Engga juga. Aslinya gue susah bergaul. Tanya Ayra." Nila menatap Ayra yang sedang makan. "Sebelum akrab sama Ayra, dulu di kelas gue ngga punya temen, sampai bosan dan berakhir tidur."

Bastian mengangguk-anggukkan kepalanya. "Kalau lo Zira, mata lo emang suka jeling-jeling begitu ya kalau lihat orang? Ngga suka bilang!"

Zira tersentak. Menatap tajam ke arah Bastian. "Apa maksud kau ngomong begitu?! Ngga suka, berantam kita disini!"

GENIUS CIRCLE [TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang