Hai pren!
Maaf menunggu lamaSelamat membaca
.
."Seharusnya cukup dengan pertemanan saja, tapi bodohnya aku malah menyukai mu."
.
.Sepulang dari asrama, Syakila tak langsung pulang ke rumahnya melainkan ke rumah Ayra. Cewek itu mendapatkan pekerjaan tambahan di rumah Ayra dengan bekerja menyetrika pakaian dan berakhir cewek itu yang baru pulang kerumahnya saat sore hari.
"NGGA USAH PULANG KAU KILA! ANAK PEREMPUAN, NGGA SEKOLAH, KERAJAANNYA KELUYURAN. KAU BAWA INI SEMUA BAJU-BAJU MU, NGGA USAH KAU TINGGAL DISINI LAGI!"
Plak!
Baru saja berdiri di ambang pintu rumah, Syakila sudah mendapat sebuah tamparan dari sang Mama serta dua buah tas ransel besar yang dilempar ke arahnya.
"PERGI KAMU KILA!" Ucap Mama Syakila sembari menunjuk pintu ke arah luar rumah.
"Ma, aku pulang sore untuk kerja kalau Mama lupa. Mama sendiri ngga pernah kasih aku uang jajan, ngga pernah bayarin uang bulanan sekolah, bahkan, uang yang Ayah kirim untuk beli handphone aku malah Mama gunakan untuk kuliah kakak. Sebenarnya aku anak Mama atau bukan?!" Ucap Syakila tak mau kalah, bahkan cewek itu sudah berani meninggikan suaranya di hadapan sang Mama.
"Mama selama ini udah berusaha kerja kesana-kemari untuk biaya hidup kalian Syakila!"
Syakila tersenyum miring. Apa ia tak salah dengar? "Apa tadi Mama bilang?" Syakila pura-pura tak mendengar ucapan wanita paruh baya dihadapannya itu. "Yang ada Mama cuma biayain hidup kakak, bukan hidup aku!"
Plak!
Satu tamparan kembali mendarat di pipi kiri Syakila membuat cewek itu meringis menahan sakit. "Pergi kamu dari sini. MAMA BILANG PERGI! Jangan pernah kamu balik lagi kesini!"
"Kalau memang ngga mau biayain hidup Kila bilang langsung aja, Ma. Ngga perlu repot-repot ngusir begini, Kila juga bisa pergi sendiri." Setelahnya cewek itu langsung memungut dua buah tas ranselnya dan keluar dari rumah itu. Entah mau pergi kemana, Syakila pun tak tau. Yang cewek itu pikirkan adalah bagaimana caranya menjauh dari Mama dan kakaknya itu.
***
Bastian, cowok bertubuh jangkung itu memutuskan untuk kembali pindah sekolah dengan alasan tidak betah di rumah mama tirinya. Dan berakhir cowok itu mendaftar sekolah di SMA Bakti Bangsa. Sebelumnya Ayra sudah mengingatkan kepada sepupunya itu tentang keanehan peraturan tempatnya bersekolah, tapi Bastian seolah bersikeras untuk tetap masuk ke sekolah tersebut dengan alasan agar satu sekolah dengan Ayra. Dan berakhir mereka berdua yang harus ke rumah Pradika untuk mendaftar sekolah.
"Yakin ingin menjadi bagian dari Bakti Bangsa?" Tanya Pradika serius.
Sejenak Bastian menatap kakak sepupunya yang tak lain adalah Ayra seolah berkata kenapa harus bertanya seperti itu? Meski sedikit ada keraguan, Bastian tetap menganggukkan kepalanya. "Iya Pak."
"Berarti sudah siap untuk mematuhi peraturan sekolah, baik itu peraturan tertulis maupun tidak tertulis?"
"Siap pak."
Pradika mengangguk-anggukkan kepalanya kemudian memberikan dua lembar kertas kepada Bastian. "Sebelum mengisi formulir ini, kamu boleh baca peraturan apa saja yang ada di Bakti Bangsa. Jika kamu tidak berubah pikiran, maka kamu boleh mengisi formulir pendaftaran tersebut. Setelah itu, masih ada tahap seleksi lagi."
Bastian membaca dengan teliti 7 peraturan tertulis Bakti Bangsa khusus untuk siswa kelas 12. Baru kali ini Bastian menemui peraturan seperti itu. Bahkan saat Bastian sudah pindah ke beberapa sekolah pun tidak ada peraturan seperti itu. "Secara ngga langsung, sekolah menuntut kecerdasan siswa. Lantas, apakah di Bakti Bangsa siswa boleh menuntut hak dan kewajibannya?"
"Patuhi, taati, dan menetap disini." Ayra yang menyahut.
Bastian mengangguk-anggukkan kepalanya, ia jadi merasa tertantang dengan peraturan aneh Bakti Bangsa. "Oke, saya setuju." Setelahnya, Bastian langsung mengisi formulir pendaftaran, setelah selesai ia langsung menyerahkannya kepada Pradika.
"Kita lanjut ke tahap seleksi untuk menentukan kamu masuk ke kelas apa."
"Mas_" Danu, cowok itu menuruni anak tangga hingga sampai ke lantai bawah. Dilihatnya ada Ayra dan Bastian disana membuat Danu mengurungkan niatnya untuk melanjutkan kata-kata.
"Duduk." Titah Pradika. Danu lantas mendekat untuk bergabung dan duduk di single sofa.
Ayra yang sedari tadi memperhatikan gerak-gerik Danu kini mulai mengalihkan pandangannya ke sembarang arah yang terpenting tidak menatap cowok itu lagi.
"Ada lima soal yang akan saya bacakan, tugas kamu adalah menjawab. Jika kamu bisa menjawab lima soal tersebut tanpa ada yang salah, maka bisa dipastikan kamu akan masuk ke A+ class." Ucap Pradika. "Salah satu teori nilai uang adalah Teori Transaksi (kuantitatif) yang dikemukakan oleh?"
"Irving Fisher." Jawab Bastian cepat.
"Oke, next soal. Salah satu teori nilai uang memiliki rumus MV=PT.T yang menunjukkan?"
"Jumlah barang yang diperdagangkan."
"Ercis berbiji bulat warna kuning (Bbkk) disilangkan dengan sesamanya. Persentase keturunannya yang memiliki genotipe dan fenotipe yang sama dengan kedua induknya adalah...."
"100%"
Curiga kalau dia anak prestasi di sekolah lamanya. Batin Danu yang sedari tadi menyimak jawaban Bastian. Dimana Bastian menjawab seolah tidak berpikir. Apa jawabannya langsung muncul di pikiran cowok itu?
"Sifat-sifat unsur yang berubah secara berurutan seiring perubahan nomor atom nya disebut apa?"
"Sifat periodik."
"Soal terakhir." Ucap Pradika. "Interaksi antara desa dan kita dapat memberikan dampak baik bagi masyarakat baik masyarakat desa maupun kota. Dampak positif interaksi desa dan kota bagi masyarakat desa di bidang pendidikan adalah...."
"Timbulnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan."
"Kerja bagus! Jawaban kamu benar semua." Setelahnya Pradika memberikan kotak hitam kepada Bastian. Meski ragu, Bastian tetap menerimanya. Sebelum membuka kotak hitam tersebut Bastian sempat melirik ke arah Ayra. Siapa tau Ayra tau isi kotak tersebut.
Ayra seolah memberi kode kepada Bastian agar membuka kotak yang ada di tangan cowok itu. Karna saat selesai tes waktu itu pun Ayra juga mendapatkannya. Saat dibuka, isi kotak tersebut adalah pin logo A+ berwarna gold.
"Kita satu kelas." Ucap Ayra dengan senyum tipisnya.
"Curiga kalau lo emang dari kelas prestasi." Ucap Danu menyuarakan isi pikirannya.
Tidak mau mendengar pertanyaan-pertanyaan tidak berguna sang adik, Pradika lebih baik packing untuk persiapan pindah ke kosan sebelumnya. Alasannya simpel, katanya jarak kosan dan sekolah lumayan dekat. "Saya tinggal dulu, kalau ada perlu sesuatu bisa panggil saya."
Melihat Pradika yang mulai memasuki kamarnya membuat Bastian berniat menjawab pertanyaan yang dilontarkan Danu tadi. "Lo Danu, kan?" Yang ditanya hanya menganggukkan kepalanya. "Gue, Yova Bastian Prananda, dari Smapan, MIPA A. Gue rasa kita pernah ketemu sebelumnya." Melihat Danu yang tampak berfikir membuat Bastian kembali melanjutkan ucapannya. "SMA Pandhega Utama, kompetisi Fisika antar sekolah? Kalau lo lupa, kita juga pernah ketemu di lapangan voli sore-sore."
Danu membuang napas kasar, pantas saja wajahnya tak asing dimatanya, ternyata saingannya waktu kompetisi beberapa bulan lalu. "Oh, jadi lo yang namanya Bastian."
"After ngga dapatin kak Ayra, sekarang pacaran sama siapa?" Tanya Bastian langsung.
Danu membelalakkan matanya. Bagaimana mungkin Bastian tau kalau dirinya suka dengan Ayra? "Lo_"
"Teman ya teman, emang boleh ngelibatin perasaan?" Bastian menaik turunkan alisnya menatap Danu.
.
.Hai pren
Maaf menunggu lama
Setelah ujian sekolah niatnya pengen up cepat-cepat, tapi lambung ini ngga bisa di ajak kerjasama, hehe.Sampai ketemu di chapter selanjutnya
20 Juni 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
GENIUS CIRCLE [TAMAT)
Novela JuvenilHALLO..HALLO.. HAI!!! FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA!! . Bagaimana rasanya terjebak di sekolah dengan berbagai peraturan aneh yang selalu berubah-ubah di setiap tahun ajaran baru? Itu yang dirasakan oleh semua siswa SMA Bakti Bangsa. Selain terjebak di...