25. Diambang Kebingungan

27 2 0
                                    

Hallo
Assalamu'alaikum

Selamat membaca...

.
.

"Apabila Rasulullah Saw. Menemui suatu kesulitan, maka beliau segera mengerjakan sholat."
_HR. Ahmad, Abu Daud, dari kitab Darrul Mantsur

.
.

"Ini gue sebutnya hewan apa ya? Monyet? Monkey? Atau apa ya?" Bastian tampak bingung sendiri saat mengamati hewan satu itu. Di tengah-tengah kebingungan nya, Bastian dikejutkan dengan Ayra yang tiba-tiba menepuk pundaknya kuat.

"Itu kembaran lo ngga dek?" Tanya Ayra dengan candaannya.

"Kalau gue hewan, berarti lo juga hewan dong kak. Soalnya kita sepupuan." Tunggu, yang dikatakan oleh Bastian ada benarnya juga.

Ayra mengerucutkan bibirnya membuat Bastian seketika tertawa. Memang sejak dulu Bastian sering menjahili Ayra sehingga itu menjadi salah satu kebiasaannya. "Ini hewan pemakan apa ya kak? Pisang doang kah?"

"Monkey itu hewan omnivora, yang berarti pemakan segala. Daging dan tumbuhan misalnya, lo juga bisa dimakan." Ayra menyahut.

"Kalau ular jenis hewan pemakan apa, kak?"

Ayra mengetuk-ngetuk jari telunjuknya di dagu. Untungnya cewek itu teringat dengan artikel yang pernah dibacanya. "Tergantung jenis ular nya sih, dek. Menurut Wikipedia, ular pohon dan ular darat memangsa burung, mamalia, kodok, jenis-jenis reptil yang lain, termasuk telur-telurnya. Ular-ular besar seperti ular sanca kembang dapat memangsa kambing, kijang, rusa dan bahkan manusia. Ular-ular yang hidup di perairan memangsa ikan, kodok, berudu, dan bahkan telur ikan."

Sepertinya Bastian salah bertanya. Pasalnya cowok itu paling takut dengan ular. Tapi berhubung ia sedang berada di kebun binatang, mau tidak mau ia harus memberanikan diri melihat ular secara langsung. Dengan hati-hati Bastian mengambil foto ular yang ada di kebun binatang untuk dijadikannya dokumentasi.

"Lo ngga mau foto pegang ular, dek? Biar gue fotoin." Saran Ayra.

Bastian menggelengkan kepalanya cepat. Tidak! Ia bisa pingsan di tempat. "Engga kak, lain kali aja."

"Atau mungkin lo mau foto sambil pegang burung kakatua mungkin, dek?"

Lagi-lagi Bastian menggelengkan kepalanya. Melihat kuku-kuku burung itu saja cukup membuat Bastian merinding. "Engga ah, takut di cakar." Ucapnya polos.

Ayra berdecak. Sebenarnya sepupunya itu cowok atau bukan, kenapa penakut sekali. "Semua-semua takut, terus lo ngapain penelitian disini!"

Bastian menyengir. Sebenarnya cowok jangkung itu tidak ingin melakukan penelitian, tapi mau bagaimana lagi. Alhasil ia memilih melakukan penelitian di kebun binatang karna jarak yang tidak terlalu jauh dari rumah kakek nya. "Cuma mengamati kak, kan ngga harus di pegang."

Ayra memutar bola matanya malas. Bastian selalu mempunyai jawaban saat ditanya oleh Ayra. "Yaudah lo amati tuh cara burung kakatua terbang, cara ular melata. Deketin aja ngga berani, apalagi mau di amati." Cibir Ayra.

"Oh, ular itu melata, ya?"

"Ngga melata, tapi terbang." Bukan, bukan Ayra yang menyahut melainkan Akara yang baru tiba bersama Edwin dan Aiza.

Bastian memutar bola matanya malas. Kalau di ingat-ingat terakhir kali ia bertemu dengan Akara adalah saat Akara bertanya tentang hubungan Ayra dan Danu, hal itu membuat Bastian jadi kesal sendiri. "Gue tanya sama kak Ayra."

"Kalau saya yang mau jawab gimana?" Akara menaik turunkan alisnya. "Seharusnya kamu menghargai jawaban saya."

"Jawabannya sedikit tidak berguna, Bang." Bastian mengatupkan kedua tangannya di depan. "Mending gue lanjut penelitian lagi."

"Saran aja nih, Bas." Akara menepuk satu kali pindah Bastian. "Kalau mau penelitian, mending lebih dekat kali sama hewan nya. Jangan jauh-jauhan. Atau kamu takut?"

Bastian berdecak. Bisa-bisanya Akara mengejeknya. "Gue lakik, Bang. Yakali takut." Setelahnya, cowok itu langsung berlalu meninggalkan Akara yang malah terkekeh ke arahnya.

***

"Sya, tumben ngajak ketemuan." Ujar Arkan. Tadi pagi Syakila sempat mengirimkan pesan padanya dan mengajak untuk bertemu di cafe. Katanya ada yang mau di bicarakan oleh Syakila yang tentu saja Arkan tidak tau. Karna Arkan yang harus bekerja saat pagi hari, alhasil cowok itu mengatakan baru bisa datang saat sore sepulang bekerja. Menepati janjinya, sekarang Arkan sudah berada di cafe dan duduk berhadapan dengan Syakila.

Syakila tersenyum. Ia tidak menyangka bisa bertemu dengan Arkan dan menjadi pacarnya. Kata banyak orang, Arkan adalah tipe orang yang pemarah, tidak patuh kepada orang tua, suka gonta-ganti pasangan, tapi selama menjalani hubungan bersama Arkan, Syakila sama sekali tidak melihat itu semua. Yang ia lihat hanya Arkan yang selalu lembut dan berbuat baik padanya. "Lagi ngga sibuk, kan, Ar?"

Arkan menggelengkan kepalanya. Kalau seandainya ia sibuk pun sore ini juga ia akan menyempatkan sedikit waktunya untuk bertemu dengan kekasihnya. "Engga, sayang. Kenapa?"

"Kamu sayang sama aku ngga, Ar?"

Arkan membawa kedua telapak tangan Syakila kedalam genggamannya kemudian mengusapnya lembut. "Aku sayang banget sama kamu, Sya."

"Ar, kenapa dunia ini selalu penuh dengan drama?" Tatapan mata Syakila kosong. Tidak biasanya gadis itu seperti ini. Arkan tidak melihat Syakila yang biasanya. Tidak ada sorot mata ceria yang gadis itu tunjukkan.

Arkan menghela nafas, tau bahwa gadis dihadapannya tengah menyimpan sebuah masalah. "Namanya juga dunia. Kalau kamu ingat, Sya, dunia memang tempatnya capek."

"Aku mau pergi, Ar, dan mungkin kita ngga akan ketemu lagi."

Pikiran Arkan sudah kemana-mana. Yang cowok itu takutkan adalah Syakila melakukan hal yang macam-macam. Seperti mengakh*ri hidup. "Kamu kenapa, Sya? Mau kemana?"

"Aku mau pergi." Ucap Syakila lirih.

"Coba cerita dulu, sayang. Aku dengerin."

Syakila menggelengkan kepalanya. Rasanya apa yang sudah terjadi tidak perlu ia ceritakan lagi. "Semua udah terjadi, Ar. Lagi pula cerita nya panjang. Aku ngga sanggup." Suara cewek itu sedikit bergetar menahan tangis. Sesak. Itu yang Syakila rasakan.

"Sayang, jangan begini. Ayo cerita, aku siap jadi pendengar untuk kamu. Aku ngga bisa lihat kamu sedih begini, Sya."

"Rasanya aku pengin pergi yang jauh, Ar." Sungguh, pemikiran Syakila pendek sekali sampai cewek itu berfikir seperti itu.

"Kamu anggap hubungan kita ini apa, Sya? Kita udah janji untuk lewatin masa-masa sulit kita bareng-bareng, sekarang kenapa jadi begini?" Ada sorot kecewa yang Arkan tunjukkan. Cowok itu saja tidak mengerti dengan jalan pikiran Syakila. "Kalau kamu pergi jauh, sama aja hubungan kita sampai disini."

Syakila menggelengkan kepalanya. Mana mungkin ia mau melepaskan Arkan, cewek itu sangat mencintai cowok yang duduk berhadapan dengannya. "Aku ngga mau hubungan kita berakhir. Tapi aku juga pengin pergi selamanya, Ar." Runtuh sudah pertahanan Syakila. Air mata cewek itu sudah mengalir membasahi pipinya.

"Kamu mau m*ti? Aku ikut! Kita jalani bareng-bareng."

"Jangan, Ar. Kamu bahkan belum sempat bahagiain orang tua kamu."

"Apa yang kamu lakukan, aku juga harus lakuin itu!" Ucap Arkan tegas. "Kalau aku m*ti, aku rasa beban orang tua ku juga berkurang."

"Ar." Syakila tidak pernah melihat Arkan seperti sekarang. Bahkan Arkan sangat serius menatap ke arah Syakila tanpa mengalihkan pandangan sedikit pun.

"Kalau udah kepikiran kapan mau mengakh*ri hidup, kabari Sya. Biar kita bareng-bareng."

.
.

Hallo pren
Sehat selalu untuk kalian yaaa.
Makasih udah baca cerita ini
Yuk kasih vote dan komen kalian

Ada yang mau di sampaikan untuk Syakila?

Ada yang mau di sampaikan untuk Arkan?

Atau ada yang kangen dengan kedekatan Akara dan Ayra?

Sampai ketemu di part selanjutnya
Assalamu'alaikum

9 mei 2024

GENIUS CIRCLE [TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang