26. Sejarah

25 2 0
                                    

Hai pren
Assalamu'alaikum

Karna ada kesalahpahaman satu dan lain hal part 26 yang kemarin aku hapus dan aku ganti dengan yang sekarang

Selamat membaca

.
.

"Rules, diam dan patuhi aturan"
_Bakti Bangsa 2017

.
.

Waktu liburan yang biasa dihabiskan untuk healing tapi tidak dengan para siswa kelas XII SMA Bakti Bangsa. Pagi ini mereka sudah di sibukkan dengan mencari kamar asrama untuk mereka tempati sampai ujian akhir sekolah. Kalau kalian lupa, Bakti Bangsa menerapkan sistem wajib asrama selama siswa menduduki bangku kelas XII, katanya agar siswa lebih fokus belajar di lingkungan sekolah. Selain itu, siswa juga diperbolehkan pulang setiap minggu pagi dan kembali ke asrama saat minggu sore.

Syakila, Ayra dan Nurmala mereka sudah memutuskan untuk tinggal di kamar yang sama, yaitu kamar dengan nomor 106. Fasilitas kamar tersebut bisa dibilang lumayan cukup untuk mereka bertiga, ada kasur king size dengan 3 bantal tidur, tiga lemari pakaian dua pintu, dan satu rak buku yang terletak di pojok ruangan.

Karna kamar yang mereka dapat tidak terlalu kotor, jadi mereka tidak menghabiskan waktu yang lama untuk bersih-bersih. Setelahnya, mereka bertiga akan berkumpul sebentar Zira, Nila, Danu, Tedy dan Pradika di taman belakang sekolah.

Tanpa Ayra tau, ternyata disana juga ada Ghani dan Arif. Sebenarnya cewek itu tidak terlalu mempermasalahkan keberadaan Arif, tapi yang dipermasalahkan adalah Ghani. Orang yang sudah menyebarkan foto-foto nya bersama Danu kepada Akara. Wajah datar Ayra saat sudah berkumpul cukup membuktikan bahwa cewek itu tidak nyaman dengan keberadaan Ghani. Belum lagi wajah cowok itu yang terlihat tidak ada rasa bersalah.

"Jadi mau keliling sekolah ini?" Tanya Pradika saat kesembilan muridnya itu sudah berkumpul. Tidak ada yang menyahut, mereka hanya menjawab dengan anggukan kepala.

"Kita mulai dari belakang gedung utama." Mereka mulai mengikuti langkah Pradika.

For your information, gedung utama SMA Bakti Bangsa adalah gedung tertinggi di sekolah tersebut. Di lantai pertama ada aula, lantai kedua ada ruang musik, ruang lukis, dan ruang seni untuk kegiatan ekstrakurikuler tari, di lantai ketiga dan keempat ada ruang guru, lantai kelima ada ruang kepala sekolah, dan yang terakhir lantai enam ada perpustakaan yang disediakan khusus untuk murid berprestasi belajar.

Meskipun mereka sudah bersekolah selama dua tahun di SMA Bakti Bangsa, tapi mereka jarang sekali mengelilingi sekolah ini dan tentu saja banyak tentang sejarah sekolah ini yang tidak mereka ketahui.

"Menurut informasi yang saya dengar, dan mungkin beberapa dari kalian juga sudah pernah mendengar tentang kematian salah satu siswi sekolah ini pada tahun 2017 lalu, dan lokasinya disini, tepat dibelakang gedung utama." Ucap Pradika yang baru menghentikan langkahnya, perkataannya barusan membuat merinding kesembilan muridnya itu.

"Terus kasus ini ditutup agar pihak luar tidak ada yang tau. Dan penyebab kematiannya adalah, depresi karna nilai yang ditetapkan di peraturan sekolah. Gitu, kan, Pak?" Sambung Ayra. Cewek itu mendadak ingat dengan cerita Akara waktu di rumah Pradika yang membahas kematian salah satu siswa Bakti Bangsa di tahun 2017.

Pradika menganggukkan kepalanya. "Iya."

"Gue baru sadar kalau tempat ini ngga terawat, rumput tinggi, ternyata bagian belakang gedung utama juga cat nya mulai pudar." Ucap Ghani yang mengamati tempat sekelilingnya.

"Kalau kata kepala sekolah, tempat ini keramat. Sampai kepala sekolah mewanti-wanti jangan sampai ada siswa yang kesini. Dikarenakan,  awal-awal setelah kejadian bunuh diri itu setiap siswa yang kebelakang gedung utama sering kerasukan." Pradika mengangkat bahunya tak mengerti. "Entah itu arwah dari siswi yang bunuh diri, entah arwah dari mana, kita ngga ada yang tau."

Kemudian Pradika menunjuk tembok tinggi dibelakang mereka yang mengelilingi halaman belakang sekolah. Mungkin tingginya ada sekitar dua meter lebih. "Dibelakang sana juga ada tempat pemakaman warga sekitar, hanya warga sekitar."

"Serius? Kok saya baru tau, Pak." Ucap Arif dengan rasa penasarannya. Kemudian cowok itu mengambil sebuah tangga kayu dan diletakkan dekat tembok tinggi tersebut guna melihat apakah dibelakang sana ada tempat pemakaman.

"Serius anjay, ada tempat pemakaman." Ucap Arif lagi saat ia sudah turun dari tangga kayu itu.

"Omongannya di jaga. Ini katanya tempat keramat, masa lo lupa." Nurmala kembali mengingatkan.

"Pernah ke gudang belakang?" Pradika kembali bertanya.

Mereka semua menggelengkan kepalanya. Bahkan mereka tidak tau kalau ternyata di SMA Bakti Bangsa juga ada gudang. "Belum pernah, dimana itu Pak?" Tanya balik Zira.

Pradika beralih menunjuk sebuah bangunan seperti rumah sederhana yang tak jauh dari mereka berada, mungkin sekitar 100 meter jaraknya. Letakkan tepat dibelakang ruangan laboratorium sekolah. "Itu, ayo kesana."

"Gue pikir itu rumah untuk penjaga sekolah." Gumam Nila sebelum kembali berjalan.

Setelah berdiri didepan bangunan sederhana yang sepertinya masih layak pakai itu, Pradika lantas membuka pintu yang ternyata tidak di kunci. "Ada yang mau masuk dulu?"

"Bapak duluan aja." Syakila yang menyahut.

Tanpa menunggu waktu yang lama Pradika langsung masuk kedalam tempat yang katanya gudang itu. Tidak di sangka, ternyata didalam tidak seperti gudang yang mereka bayangkan. Bahkan mereka malah fokus pada rantai-rantai besar dan borgol yang berserakan atas lantai.

"Gue ngga yakin kalau ini gudang." Arif, cowok itu mulai berjalan menelusuri setiap sudut tempat itu, diikuti dengan Danu dibelakangnya.

"Ini.... Semacam tempat penyiksaan." Ucap Danu pelan tapi masih bisa didengar oleh yang lain.

"Iya, borgol juga pada berserakan." Ayra ikut menyahut saat mengamati lantai tempat bernama gudang itu.

"Iya, gudang cuma nama samaran tempat ini. Mind massacre, itu adalah nama asli tempat ini. Mind massacre adalah tempat dimana siswa-siswi yang depresi diletakkan disini, mereka tidak diperbolehkan pulang dengan alasan kepada wali murid bahwa mereka harus mengikuti kelas tambahan dan ditempatkan di asrama. Mereka yang ditempatkan disini adalah sebagian dari mereka yang depresi berat. Ada juga yang memilih mengakhiri hidupnya ditempat ini." Kalimat terakhir yang Pradika ucapkan sukses membuat merinding kesembilan muridnya itu. Bagaimana tidak, pikiran mereka adalah tempat dimana seseorang mengakhiri hidupnya dengan cara yang tidak sesuai pasti arwahnya akan ada disekitar tempat itu.

"Bapak bocorin rahasia sekolah, ngga takut dipecat kalau ketahuan?" Nila yang bertanya.

Pradika menggelengkan kepalanya. Tidak ada sedikit pun rasa takut yang menghantuinya. Bagi Pradika, menceritakan sejarah Bakti Bangsa yang ia ketahui, cukup mengurangi beban pikiran cowok itu. "Kepala sekolah ngga akan tau. Dia sibuk ngurusin data siswa yang baru lulus."

"Kenapa kasus seperti ini ditutup rapat-rapat? Siswa yang lain pun sampai ngga ada yang berani bersuara." Ucap Ayra dengan kebingungannya.

"Di tahun 2017, kepala sekolah membuat satu peraturan yang wajib di taati oleh seluruh siswanya. Diam dan patuhi aturan." Jawab Pradika.

"Peraturan macam apa itu? Aneh!" Tedy yang menyahut. Cowok itu jadi emosi sendiri mendengar adanya peraturan seperti itu.

Pradika sampai dibuat terkekeh karnanya. Pasalnya Tedy jarang sekali berbicara. "Saya dengar-dengar tahun ajaran ini peraturan tadi akan digunakan kembali."

"Kita demo lagi, lah." Ucap Danu enteng.

.
.

Hai pren
Selamat membaca kembali, hehe
Sampai bertemu di part selanjutnya

Assalamu'alaikum

13 Maret 2024

GENIUS CIRCLE [TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang