3

776 99 37
                                    

Tanyakan keadaan Nova sekarang! Tanyakaaannn!!!

Gia kembali memakai dress rumahan yang sama seperti kemarin. Dress gemas yang membalut tubuh Gia dengan pas dan menari-nari mengikuti gerakan Gia terus menerus.

Entah kenapa dia jadi menginginkan Gia yang sebelumnya. Gia yang tertutup. Gia yang selalu mengenakan hijabnya walau itu di dalam rumah sekalipun.

Karena jelas, kalau Gia seperti sekarang ini, ada hal yang bangun di diri Nova. Terlebih mengingat semalam yang membuatnya harus mandi air dingin. "Sialan."

"Gi."

Anggia yang baru saja menuangkan air mendidih di dalam cangkir, menoleh. Dengan tatapan tanya ia melihat Nova yang duduk tak jauh darinya. "Apa?"

Di tengah kemelut hatinya, akhirnya Nova mengangangkat kepala dan membalas tatapan Gia. Jelas laki-laki itu tengah menguatkan diri, terbukti dengan jakunnya yang bergerak naik turun.

"Apa, sih?" tanya Gia lagi tidak sabaran.

"Sorry, kalo di rumah, bisa nggak kamu pake baju yang agak tertutup?"

Gia menatap Nova aneh, lalu beralih ke pakaiannya sendiri yang ia kenakan.

Tidak ada yang salah. Hanya daster biasa walaupun bahannya bukan dari kain katun tipis yang biasanya. Lalu apa yang membuatnya harus mengenakan pakaian lain?

"Aku pikir-pikir, tiap hari adaaa aja ya permintaan kamu. Dan lagi, hari ini kan kamu nggak seharusnya nyebutin permintaan lain lagi. You already mentioned it yesterday. Jadi... aku nggak mau dengerin." Gia kembali berbalik dan mengaduk kopi di depannya yang tertunda, tanpa tahu bagaimana tingkah laki-laki di belakangnya.

Nova mengacak rambutnya frustasi. Lalu berdiri, bertepatan dengan Gia yang baru saja berhenti tepat di samping kursinya untuk meletakkan cangkir kopi itu.

"Kamu tau nggak sih, Gi. Dari kemarin aku sudah mati-matian nahan ini. Jadi aku minta tolong, untuk yang satu ini, kamu dengerin aku dulu. Please!"

Nova menunduk, melihat sesuatu yang menonjol di bawah sana. Dan Gia tanpa sadar juga mengikuti arah pandang Nova. Tapi dengan reflek yang cepat, gadis itu langsung mengalihkan muka.

"Mesum banget, lo. Gila, nggak mau gue deket-deket lagi sama lo." Gia menggerutu dan berlalu dengan sedikit berlari kembali ke kamarnya, meninggalkan Nova sendirian.

.

*** 3 ***

.

Tiga puluh menit sudah Nova duduk seorang diri di sofa ruang tamu.

Sama seperti kemarin malam, ia tengah menunggu kepulangan Anggia, sang istri. Dan dia sudah mengirim pesan pada Gia sejak siang tadi, menanyakan atau lebih tepatnya memastikan akankah gadis itu pulang tepat waktu hari ini, atau mungkin harus pulang terlambat lagi karena ada urusan lain seperti kemarin.

Gia membalas pesannya dan memberitahu kalau gadis itu akan pulang tepat waktu. Tapi apa buktinya, sampai pukul setengah tujuh malam, Anggia belum juga menampakkan batang hidungnya.

Padahal jam operasional tempat Anggia bekerja hanya sampai pukul lima sore. Dari yang ia tahu.

Dengan sedikit panik, Nova meraih ponselnya dan menghubungi Anggia segera.

Sekali, dua kali, sampai tiga kali, panggilannya tidak diterima oleh sang istri. Akhirnya dia pun memutuskan untuk mengirim pesan pada Anggia. Tapi belum sempat pesannya terkirim, sebuah pesan masuk dari Anggia sudah ia terima.

OPTION [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang