- 𝐻𝒶𝓅𝓅𝓎 𝑅𝑒𝒶𝒹𝒾𝓃𝑔 -
Plakkk!
"Brengs*k lo!!" umpat pria itu marah.
Perih, baik kepala dan pipi nya sama - sama perih. Namun, tak gadis itu hiraukan rasa sakit nya. Ia malah menatap nyalang pemuda yang baru saja menampar nya itu. "Lepasin gue, kalau lo memang cowok."
Theo tersenyum remeh, kemudian menatap sekeliling nya. "Gue kesel. Lakuin aja sesuka lo, mau lo bunuh juga, gue ga peduli," ujarnya.
Tepat saat Theo mengatakan itu, suara langkah kaki lain terdengar. Keira menoleh, menatap siapa orang yang datang. Itu, Liona. Dengan seringai di wajahnya.
"Kan udah gue bilang. Dia ga pantes buat lo," tutur gadis itu dengan tatapan mengejek kearah Keira.
"Oh. Jadi, kalian kerjasama?" tanya Keira sinis. "Lo masih ga kapok ya, tangan lo patah karena gue?" sambung nya.
"Sial," umpat Liona tak senang. Gadis itu beralih pada pria di sebelah nya. "Tenang aja. Gue bakal bales dia buat lo, karena dia udah nolak lo," ujar Liona kembali menyeringai.
"Tapi, itu nanti. Sekarang, bantu gue dulu. Satu orang suruhan gue ke tangkap."
Theo melirik Liona, berdecak pelan, "Payah banget. Ayo," katanya.
Setelah itu, mereka berdua pergi meninggalkan Keira. Tak lupa, mematikan lampu remang yang tadi nya menyala, hingga pandangan Keira kini semakin gelap.
Memastikan kepergian mereka, Keira menggerakkan tangan nya, berusaha melepaskan ikatan kuat yang melilit tubuh dan tangan nya.
'Sial, ikatan nya kuat banget,' batin nya. 'Kepala gue sakit lagi..' lanjut nya bermonolog dalam hati.
Tiba - tiba, gadis itu teringat sesuatu. Ia menatapi dress di bagian pinggang kanan nya. "Masih ada," monolog nya lirih.
Tangan kiri nya berusaha meraih gunting lipat yang sebelumnya ia gantung di bagian pinggang kanan nya. Gunting itu berwarna hitam, senada dengan dress yang ia kenakan. Mungkin, karena itu tak ada yang menyadari keberadaan gunting itu hingga sekarang.
Keira menggigit bibir bawah nya, jari - jari nya berusaha menggapai si gunting dengan susah payah.
Cukup lama berusaha. Akhirnya, gadis itu bisa menggapai gunting miliknya. Membuka gunting, lalu menggesekkan pada tali, berharap tali itu bisa putus. Sulit untuk menggunting tali, karena posisi Keira yang terikat.
Keira mengusap pelan pergelangan tangan nya, lalu beralih memegang kepala nya yang sudah sejak tadi terasa nyeri. Gadis itu memandang sekeliling nya, mengamati apakah ada jalan keluar.
Namun, gelap. Ia di kurung di ruang tanpa celah cahaya. 'Gue harus gimana, sekarang?'
Jalan keluar nya cuma satu dan dapat di pastikan, ia akan langsung tertangkap lagi jika keluar dari ruang ini. Maka, ia butuh menyusun sebuah rencana, saat ini.
Di tempat lain, Gabriel, Juan, Jendra dan Kenan, beserta satu orang yang terikat, berada dalam satu ruangan.
Ini masih subuh, sekitar pukul 3. Juan dan kedua adik laki - laki nya, sengaja tak pulang, beralasan akan menginap. Padahal, ia ingin menemukan adik perempuan nya terlebih dulu.
"Jawab!" sentak Gabriel. "Kalau lo masih gamau kasih tau juga, hari ini bakal jadi hari terakhir lo di dunia," lanjut Gabriel dengan nada dingin.
"Bunuh aja saya," sahut orang itu.
"Please.. jawab, jujur. Dia adek gue.. adek perempuan gue satu - satunya. G-gue gamau dia kenapa - napa.. tolong.. kasih tau gue, dia di bawa kemana," lirih Juan. Pria itu baru saja selesai di operasi paha nya, untuk mengeluarkan peluru. Sengaja, tak mau menggunakan bius lama, karena ia harus mencari adiknya.
"Udah di bilang! Saya gatau!! Saya cuma di tugasin buat nangkap cewek itu!" jawab orang yang terikat itu sedikit berteriak.
Bughh!
Tangan Gabriel menghantam wajah orang itu, hingga orang itu terjatuh dengan tubuh yang masih terikat di kursi. "Gue ga akan ngasih lo ke polisi, sebelum Keira ketemu. Lo bakal ada di sini," ujar Gabriel.
Kemudian, pria itu beralih menatap Juan, Jendra dan Kenan. "Kalian pulang aja. Gue bakal nyari Keira," katanya, namun di respon dengan gelengan oleh ketiga nya.
"Kita mau bantu. Mama sama papa.. pasti sedih banget kalau tau Keira di bawa orang jahat.. Gue ga siap.." lirih Juan sekaligus mewakili adik - adiknya.
Gabriel terdiam sejenak. Sebenarnya, ia sudah tau siapa pelaku nya sejak di pesta ia mendapat telfon dari orang suruhan nya. Namun, keberadaan nya sudah tak pernah terlihat sejak seminggu yang lalu. Sudah menyuruh orang mendatangi rumah si pelaku, tapi, tak ada orang, katanya pindah.
Lantas, ia sengaja menangkap satu orang suruhan si pelaku. Berharap bisa mengetahui keberadaan orang itu, Liona. Tapi, sayang nya, orang yang ia tangkap ini juga tak mengetahui apa - apa. Padahal, mereka sudah bernegosiasi hampir 2 jam lamanya.
Waktu berganti. Usaha mereka tak membuahkan hasil. Tak ada cara lain, pukul 06.33 pagi ini, Gabriel sudah sampai di sekolah, mencari letak kelas orang yang ingin ia temui.
Langkahnya terhenti di depan pintu kelas itu, menatap ke dalam, lalu mengamati sedikit orang yang sudah berada di kelas. Mata nya berhenti di seorang gadis yang tengah menelungkupkan kepala nya di atas meja.
Melangkahkan kaki nya masuk ke kelas. Lalu, tanpa aba - aba, pria itu langsung menarik lengan si gadis, hingga gadis itu tersentak terkejut.
"Apa - apaan sih lo?!" tanya Viona kesal sekaligus kaget.
"Ikut gue," mutlak Gabriel. Viona terdiam sejenak, ekspresi ketua osis ini terlihat.. marah dan tak bersahabat. Apa ia berbuat salah lagi? Tapi, ia sama sekali tak pernah ikut membully lagi, sejak kepergian salah satu sahabat nya--Bagas.
Tanpa menunggu jawaban, Gabriel menarik gadis itu pergi dari kelas. Berjalan menuju lorong yang lebih sepi. Tak sulit mencari lorong sepi, karena memang beberapa murid masih belum sampai.
Menghentikan langkahnya, lalu menatap tajam Viona. "Di mana Liona?" tanya Gabriel to the point.
Viona mengernyit, "Liona?"
Gabriel mengangguk, "Di mana temen lo itu? Dia pindah rumah kemana? Kasih tau gue."
"Gue gatau," jawab Viona.
"Tck! Kalau lo ga ngasih tau gue, gue bakal nyebarin kalau lo itu pembully. Bahkan, sampai orangtua lo juga bakal tau nanti," ancam Gabriel tak main - main.
"J-jangan!" Viona terdiam sejenak, "Tapi, gue beneran gatau dia di mana sekarang. Yang gue tau, sejak kematian Bagas, dia sama keluarga nya pindah dan ga pernah ngehubungin gue lagi. Dia juga sempet di tahan polisi, tapi karena papa nya banyak kenalan, jadi bisa lolos."
"Kalau lo mau nanya, lo tanya Theo aja. Jangan gue. Karena, terakhir, gue liat Theo masih ketemuan sama Liona," jelasnya sesuai yang ia ketahui. Benar - benar tak ada niat jahat, ia sungguh mendapat pencerahan setelah kematian Bagas. Karena itu, kini berusaha untuk mulai menjauhi teman - teman yang ia rasa berbahaya dan membawa dampak negatif.
'Theo?' batin Gabriel.
.
.
.
• B E R S A M B U N G •
KAMU SEDANG MEMBACA
The Antagonist ✅
Mystery / Thriller𝐒𝐢𝐧𝐨𝐩𝐬𝐢𝐬: Baru saja Kayla memaki tokoh antagonis dalam novel 'Fall in Love' yang ia baca, Kayla tak menyangka, setelah kecelakaan, ia malah terbangun sebagai Keira. Tokoh antagonis dalam novel. . . . "Kenapa harus jadi Keira sih?!" "Kesalah...