"Cantik", ucap Jaemin seraya memberi sebuah kecupan pada pipi istrinya. Jaemin melihat wajah berseri istrinya sejak mereka masuk ke dalam ruang pemeriksaan hingga sesi pemeriksaan berakhir.
Hari ini pasangan muda ini mendatangi dokter kepercayaan mereka untuk melakukan konsultasi kand*ngan Y/n.
Melihat perkembangan calon bayi dan mendengarkan semua penjelasan dokter, Y/n dan Jaemin terlihat bahagia. Mereka antusias dengan perkembangan calon buah hati mereka.
Di Dalam Mobil
"Kau ingin anak perempuan atau laki-laki?"
Jaemin memasukin ponselnya ke dalam saku jasnya. Ia mengambil satu tangan istrinya, ia ciumi beberapa kali punggung tangan istrinya. "Apapun itu, selama kau yang mengand*ng aku akan bahagia"
"Jae... Memangnya kau meniduri banyak wanita? Jika hanya aku ya memang aku yang mengand*ng kan"
Jaemin terkekeh gemas, "Ia sayang. Mana pernah aku menyentuh wanita lain"
"Jangan macam-macam ya Jae. Aku benci dikhianati", peringat Y/n dengan tegas.
"Tidak akan pernah terjadi"
"Aku pegang ucapanmu"
"Hanya ucapanku yang mau kau pegang? Yang lain?", tanya Jaemin usil.
"Jae!"
Jaemin tertawa lepas berhasil menggoda istrinya.
"Jae... Aku ingin makan makanan pedas, berkuah, dan hangat. Apa ya?"
Jaemin menarik perlahan tubuh istrinya masuk ke dalam pelukannya. Ia mencuri satu kecupan dibibir manis istrinya.
Bugh!
Y/n memukul dada Jaemin, "Jangan macam-macam. Malu pada pak supir"
"Dia fokus menyetir. Tidak lihat"
Y/n memutar bola matanya malas. "Jangan macam-macam!"
"Hm... Makan soup saja. Berkuah dan hangat. Jika pedas aku tidak ijinkan"
"Jae... Aku sedang ingin yang pedas"
"Tidak sayang. Aku tidak mau mengambil resiko"
Y/n mendesah kesal, "Terserah saja"
"Jangan marah hm?"
"Hm"
"Tuan, Nyonya. Kita sampai"
Tanpa mereka sadari, mereka memang sudah tiba dikawasan mansion.
Pasangan muda ini masuk ke dalam mansion, disambut beberapa pelayan yang menjeda sebentar pekerjaan mereka.
"Selamat datang Tuan, Nyonya", kali ini bibi kepala yang datang menyambut pasangan ini.
Jaemin hanya berdeham. Sedangkan Y/n melemparkan senyuman manisnya seperti biasa.
"Bi... Bisa buatkan soup hangat yang pedas?", pinta Y/n.
"Sayang", peringat Jaemin dengan suara rendahnya.
"Sedikit saja Jae. Aku ingin sekali. Mungkin baby juga menginginkannya"
Jaemin mendesah pasrah, ia beralih melihat ke arah bibi kepala. "Buatkan saja. Pedasnya sangat sedikit. Kau yang akan bertanggung jawab jika istriku sakit perut!", tegas Jaemin.
"Jae... Kenapa bicara seperti itu"
"Baik Tuan, Nyonya. Saya mengerti"
Tap! Tap! Tap!
Sekretaris Min berlari kecil menghampiri Jaemin.
Ia membisikan sesuatu pada Jaemin, suara yang sangat kecil. Y/n tidak bisa mendengar satu katapun.