"Ada apa? Kenapa kau berteriak Y/n?" tanya Dohwan setelah memasuki rumah Y/n.
Jaemin dan Jake mengekor dibelakang Dohwan.
"Bibi jatuh tidak sadarkan diri! Tolong aku!" ucap Y/n diiringi isak tangis.
"Aku akan siapkan mobil, kita bawa bibi kerumah sakit" ucap Jaemin.
"Jake bantu aku membawa bibi!" pinta Dohwan.
"Siap laksanakan!"
Mereka bergegas menuju rumah sakit.
Sesampainya dirumah sakit, Jaemin meminta pihak rumah sakit memberikan pertolongan dan pelayanan yang terbaik untuk bibi.
Tentu saja hal itu sangat mudah dilakukan oleh Jaemin, karena rumah sakit ini milik kakeknya sendiri.
"Jae bisa bicara sebentar" bisik Y/n.
Jaemin mengangguk, ia menggenggam tangan Y/n dan membawa Y/n sedikit menjauh dari Dohwan dan Jake.
Dohwan mengerutkan keningnya melihat hal itu. Ia merasa ada yang aneh dari temannya dan pria itu.
Apa mereka memiliki hubungan yang tidak ku ketahui, batinnya.
"Dohwan, tolong sampaikan pada Jaemin aku harus segera pergi ke kampus untuk membuat laporan tugas kami dan menyerahkannya sebelum batas waktu berakhir"
"Ah ya. Terima kasih sudah membantu"
Disisi lain...
"Jae, maafkan aku. Bisakah kau membantuku lagi? Aku tidak ada uang untuk membayar biaya rumah sakit"
"Tidak perlu khawatirkan apapun. Fokus saja pada kesembuhan bibi"
"Kau yakin? Aku janji akan bekerja lebih giat lagi dan mengembalikan uangnya padamu"
"Jangan bahas lagi soal uang. Lebih baik kau kembali pada Dohwan di sebelah sana. Aku akan kebawah membeli minuman sebentar"
Y/n mengangguk paham. Rasa lega dan syukur kembali menyelimuti hatinya.
Namun kembali lagi pada rasa khawatirnya pada kondisi bibi.
Aku harap tidak ada hal buruk, batinnya.
"Dohwan" Y/n melangkah menghampiri Dohwan.
"Kemarilah. Duduk disini"
"Aku khawatir pada bibi. Dia sangat baik padaku. Aku hanya punya dia dalam hidupku sekarang"
"Pikirkan hal positif dan percaya dia akan akan baik-baik saja" ucap Dohwan menenangkan.
"Hm..."
"Dimana Jaemin?"
"Membeli minuman"
"Kau dan Jaemin de-"
"Dohwan aku ingin meminta bantuanmu"
Y/n memotong kalimat Dohwan, karena merasa ada hal penting yang harus segera ia sampaikan sebelum Jaemin datang.
"Katakan saja"
"Aku akan membawa bibi pergi dari rumah. Setelah ini aku akan mengambil gajiku dan pergi mencari kamar sewa. Aku ingin menitipkan bibi sebentar padamu"
"Apa kau sudah gil*?! Kau mau kemana?"
"Sudahlah Dohwan! Tidak ada waktu untuk berdebat. Bibi terus menangis karena paman. Bahkan kemarin paman tega menampar bibi. Kondisi bibi semakin buruk!"
"Lalu dimana kalian akan tinggal?"
"Ditempatku saja" ucap Jaemin santai sambil memakan sosis kemasan dan memegang 1 kantung plastik di tangan satunya.