"Jae", tersenyum hangat mencoba menyembunyikan kegugupannya. "Ada yang kau butuhkan sayang?", tanya Y/n sambil berjalan mendekat. Ia mengecup singkat bibir suaminya.
"Kita kembali kembali ke kamar"
.
.
.Keesokan Harinya...
Tatata! Tatata! Mamama!
Y/n terkekeh mendengar ocehan baby Minji. Bayi cantik yang sedang berjemur dalam gendongan ibunya, terus mengoceh sambil menampilkan senyum cantiknya. Mata lentik yang sesekali mengerjap, semuanya menggemaskan bagi Y/n.
"Permisi Nyonya. Tuan membawa seorang tamu untuk anda"
Y/n mengerutkan keningnya, "Tamu? Siapa?"
Sambil menggendong putrinya, ia berjalan masuk ke dalam mansion, menuju ruang tamu untuk melihat siapa tamu yang dimaksud.
Baru saja memasuki ruangan tersebut, Y/n dikejutkan kehadiran sosok yang ia kenal.
Meski sudah lama tidak bertemu, Y/n sangat yakin dengan sosok yang sedang ia lihat, Eun Woo!
"Y/n", ucapnya dengan tidak sadar ia berdiri, melangkah hendak menghampiri Y/n. Namun langkahnya terhenti saat sebuah tangan mencekal kuat pergelangan tangannya.
"Berani menghampirinya. Ku seret keluar dari sini!", tegas Jaemin memperingatkan.
Eun Woo memilih tidak melawan. Ia tidak ingin Jaemin berubah pikiran dan kembali melarangnya menemui Y/n.
"Eun Woo, kau... Bagaimana bisa", tanya Y/n yang masih tidak percaya melihat kehadiran Eun Woo.
"Aku tidak punya banyak waktu. Tolong aku Y/n. Tolong aku", pintanya dengan raut wajah penuh kesedihan.
"Ada apa? Katakan"
"Ibu... Ibu panti sakit. Aku tidak punya biaya untuk melanjutkan pengobatannya, aku sudah habis dengan semua yang kumiliki. Tapi kondisi kesehatan ibu semakin memburuk. Aku takut. Aku sangat takut dia tidak bisa bertahan lagi"
"Jadi ini alasanmu mencariku?"
"Aku melihat semua beritamu. Aku tahu Y/n itu adalah kau. Y/n yang selama ini ku kenal. Hanya kau yang bisa menolongku. Hanya kau yang bisa menolong ibu"
"Kenapa baru sekarang kita bertemu? Harusnya sejak lama kita bertemu maka kondisi ibu bisa kita selamatkan. Tapi-"
Y/n menoleh menatap Jaemin, "Aku tidak punya apa-apa. Semua ini milik suamiku, aku-"
"Berapa biaya yang kau butuhkan"
Tanpa banyak bicara Jaemin membantu semua biaya pengobatan ibu panti. Ia juga sekretaris Min menyiapkan semua fasilitas terbaik untuk pengobatan ibu panti. Dengan syarat Eun Woo tetap tidak diizinkan menemui Y/n tanpa sepengetahuannya.
Jaemin masih merasa jika Eun Woo memang memiliki rasa yang lain pada istrinya. Ia masih mengingat jelas saat pria itu mengenalkan diri sebagai mantan kekasih Y/n dan memaksa bertemu Y/n.
Meski akhirnya Jaemin mengetahui alasan Eun Woo ingin menemui istrinya, ia masih merasa harus menjauhkan Eun Woo dari istrinya.
.
.
."Jae... Terima kasih banyak sudah membantu ibu panti. Dia keluarga kedua bagiku. Meski sudah lama tidak bertemu, aku tetap menganggapnya keluargaku"
Jaemin tersenyum hangat. Ia memeluk istrinya erat. Aku tidak peduli dengan kata egois apapun. Y/n hanya milikku.
Ada rasa mengganjal karena melarang istrinya bertemu dengan Eun Woo namun ia tetap mementingkan rasa takutnya kehilangan sang istri.
"Mamamama!"
"Seperti biasa dia selalu pintar mengganggu waktu kita", kesal Jaemin.
"Jangan begitu sayang. Minji putri cantik kita"
"Hm..."
Y/n menghampiri box bayi putrinya. "Sayangku sudah bangun hm? Haus sayang?"
"Mamamama! Tatatatata!"
"Iya sayang iya"
"Jae... Sebenarnya ada hal yang belum ku ceritakan mengenai Eun Woo di masa lalu", ucap Y/n sambil berjalan menggendong Minji yang sibuk meny*su.
"Ceritakan semuanya", ucap Jaemin. Ia tidak mau istrinya menyimpan apapun yang tidak ia ketahui.
"Melihatmu begitu cemburu padanya, ku rasa aku memang harus menceritakan ini padamu. Eun Woo... Dia kembali ke panti asuhan setelah tidak lagi tinggal bersama kami. Namun hari sebelum dia kembali ke panti asuhan dia mengatakan padaku akan mencariku dan membawaku pergi bersamanya suatu hari nanti. Aku harus selalu bersamanya apapun yang terjadi"
Jaemin memperhatikan serius semua yang Y/n ceritakan.
"Saat itu ku pikir dia sangat menyayangiku sebagai kakak. Tapi sekarang aku merasa lain. Dia menatapku dengan tatapan yang lain. Aku merasakan hal itu. Dia memang menemuiku untuk meminta bantuan, tapi aku merasa dia memiliki niat yang lain. Justru kau yang melarangnya menemuiku tanpa sepengetahuanmu, membuatku merasa lega dan aman"
Jaemin mencerna semua ucapan istrinya. Ia jadi semakin merasa ada yang aneh dari Eun Woo.
Drrrt! Drrrt! Drrrt!
"Siapa Jae?"
"Sekretaris Min. Halo? Hm. Baiklah"
"Ada apa Jae?", tanya Y/n melihat panggilan suara itu berakhir.
"Eun Woo mengabarkan pada sekretaris Min, operasi ibu panti berjalan lancar dan hasilnya baik. Dia mengajakku bertemu untuk mengucapkan terima kasih dan memberi tahu hal penting"
"Hal penting?"
"Aku hanya pergi sebentar", Jaemin beranjak. "Tidak perlu menungguku, sudah waktunya kau beristirahat"
Setelah mengecup singkat bibir istrinya, ia berjalan keluar dari kamar.
Sedangkan Y/n mengusap dadanya berkali-kali, "Kenapa aku merasa gelisah. Ada apa?"
.
.
.
Pukul 11 malam
"Nyonya ada yang anda butuhkan?"
"Tidak bi. Saya hanya ingin mengambil air mineral dingin"
"NYONYA! NYONYA!"
"Ada apa?! Kenapa berlarian?!"
"Tuan Jaemin di larikan ke rumah sakit. Tuan mendapat luka tusukan diperutnya"
Tubuh Y/n lemas mendengar berita itu. "Ki-kita kerumah sakit sekarang. Aku akan menyiapkan Minji", ucapnya berusaha tetap tenang. Ia tidak ingin memperkeruh suasana dan menambah kepanikan. "Jae, aku percaya kau akan bertahan", monolognya.
.
.
.Bersambung...