7. Berbagi Canda

21 11 8
                                    

Ivy yang tadi ditelpon oleh ibunya untuk pulang saat acara belum lama dimulai sudah kembali. Kenapa, Kak? kok disuruh buru-buru pulang tadi?" Sambut Alim dengan pertanyaan.

"Itu, adik aku mau dijemput di sekolahnya, dan dia ternyata sakit, makanya ibuku buru-buruin," jelas Ivy sambil duduk di dekat Ririn. "Kok kalian gak keluar?" Lanjutnya melihat Alim, Ririn, kemudian menoleh pada Azriel yang memainkan ponselnya sambil rebahan, sementara yang lain ada di luar ruangan saling memperkenalkan diri.

"Udah tadi," sahut Azriel tanpa menoleh.

"Iya, kami udah tadi, Kak. Baru-baru banget malah kita masuknya. Itu di luar sisa ngobrol-ngobrol aja sih," jelas Ririn.

Ivy mangguk-mangguk. "Eh ada tiga orang yang gak pake jilbab yah? Fayyadh gimana tadi responnya?" Perempuan yang mengenakan jilbab maroon itu terlihat penasaran dengan reaksi sepupunya yang kemarin-kemarin bersikeras menolak anggota yang tidak menutup rambutnya dengan jilbab.

"Nggak gimana-gimana, Kak." Ririn menggelengkan kepalanya. Namun, detik berikutnya ia teringat sesuatu. "Eh malah ada yang aneh loh, Kak. Kamu liat yang terlambat tadi kan, Lim?"

Alim yang tadinya memainkan hp menoleh dan menyahut dengan antusias. "Ah iya, Kak, itu siapa namanya?" Laki-laki dengan rambut yang sedikit ikal itu, tapi manis bertanya pada Ririn. Belum juga yang ditanya menjawab, Alim menjawab sendiri pertanyaannya. "Raila namanya. Kak Raila tepatnya karena tingkatan dia dua tahun di atas kita, Rin."

"Kenapa dia?" Tanya Ivy penasaran. Sedikit greget dengan dua junior di depannya kini yang cara bicaranya tidak bisa langsung ke inti.

"Jadi, tadi waktu dia masuk Kak Fayyadh ngeliatin gitu kayak kenal. Aku sama Alim sampe saling sikut gitu loh karena ngerasa aneh. Baru aja kita liat Kak Fayyadh gitu. Terus waktu Kak Raila nyamperin kita buat minta maaf karena terlambat, Kak Fayyadh ternyata beneran kenal. Katanya, mereka ketemu di RS," jelas Ririn.

Azriel yang diam-diam menyimak penjelasan Ririn menyahut, "iya, tadi emang aku, Syakir, sama Fayyadh ke RS, dan ketemu itu, Raila."

Mendengar suara Azriel membuat Ririn baru sadar ternyata ada sahabat Fayyadh yang turut mendengarkan laki-laki itu dibicarakan. "Aduhh, Kak, kakak denger? Aduhh kenapa gak ngomong sih dari tadi kalo ada di situ?"

Azriel tertawa renyah, ia melirik Ririn sekilas. "Kenapa sih? lanjutin aja hahaha tuh ada Ivy juga. Sepupu malah sama Fayyadh hahaha."

Dengan perasaan takut diadukan, Ririn mendekati Azriel. "Kak Azriel yang baik hati. Ririn minta tolong boleh?"

Azriel mengalihkan pandangannya dari ponsel. Ia kemudian memperbaiki duduknya. "Apa itu?"

"Jangan beritahu Kak Fayyadh, kalau aku membicarakannya," mohon Ririn membuat Alim tertawa melihatnya. "Apa kamu ketawa gitu? Kita kan bareng."

Ivy sendiri tertawa datar melihat tingkah Ririn. "Nggak kok, gak usah takut sama Fayyadh. Siapa juga mau aduin?"

"Tuh Kak Azriel," jawab Ririn.

"Kapan aku bilang mau? Hahaha." Azriel tertawa sambil berdiri.

"Kak, jangan, Kak, tamat nanti riwayatku." Ririn kembali memohon.

Azriel masih tertawa kala berdiri. "Emang kenapa sampai tamat riwatmu?"

"Kak Fayyadh ntar marah karena kugosip."

"Nggak kok, Fayyadh gak usah marah," kata Azriel berlalu keluar, masih dengan tawanya.

Ririn kemudian menoleh ke Ivy. "Kak, gimana nih? Kak Azriel bakal aduin ke Kak Fayyadh."

"Nggak. Lagian ngak papa kok. Fayyadh santai lagi orangnya," kata Ivy meyakinkan. "Terus-terus aku penasaran nih sama ceritamu tadi."

Ah Ririn, meski takut katanya diadukan sama Fayyadh, ia juga melanjutkan ceritanya. Ia mendekati Ivy kembali. "Kak Fayyadh ngucapin welcome to semicolon."

Rambu;Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang