16. Pergantian Sekretaris

2 2 0
                                    

Fayyadh buru-buru keluar dari kamar mandi saat mendengar ponselnya berbunyi sedari tadi. Saat melihat si penelpon, ternyata Alfian.

"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Fian," sapanya sembari mengusap-usap rambutnya dengan handuk.

"Wa'alaikummussalam warahmatullahi wabarakatuh, Yadh. Kamu gak liat grup?" Tanya Alfian di seberang langsung pada intinya.

Fayyadh mengerutkan keningnya. "Grup? grup apa?"

"Titik koma."

"Kenapa?"

"Trian keluar."

Sejenak Fayyadh terdiam, lalu berucap, "mungkin soal dana kemarin."

"Aku tebak sih itu. Jadi gimana?"

"Hmmm, ntar aku liat." Fayyadh duduk di sisi tempat tidurnya. "Oh ya, kamu nelpon cuma buat kasih kabar bahwa Trian keluar dari grup sepagi ini?" Ia melirik beker di atas nakasnya yang baru menunjukkan pukul 06:01.

"Nggak. Ini ada kenalan aku mau nyumbang dana ke titik koma, terus aku kasih nomor rekening kamu, tapi kok katanya gak bisa kekirim?"

"Alhamdulillah ... kok gak bisa yah? yang tertera di proposal kan?"

"Eh bukan ding."

"Lah? terus?"

"Sebentar-sebentar." Terdengar Alfian sedang mencari sesuatu. "Ya ampun, sorry-sorry. Aku salah ngasih, ternyata nomor rekening Syakir yang udah keblokir."

Fayyadh menarik napasnya mendengar kelakuan temannya itu. "Itu teman apanya kamu, Fian?"

"Temen kuliah, tapi dia udah kerja gitu."

"Oh ... ya udah, kamu kasih nomor rekening Ivy aja sekalian. Ada di proposal itu."

"Sip-sip. Oh iya, kamu jadi interview kerja nanti?"

"Insyaa Allah, doain diterima."

"Insyaa Allah. Jam berapa?"

"Jam sepuluh ntar."

"Okelah. Semangat, Pak Ustaz."

"Hahaha syukron, Akhi. Jangan lupa abis zuhur di sekret yah, kita mau bahas dana yang masuk."

"Siap, Ketua."

***

Fayyadh melamar pekerjaan di salah satu kafe dekat kampus UGM. Salah seorang teman kuliahnyalah yang menginformasikan bahwa kafe tersebut sedang buka lowongan kerja saat Fayyadh di grup mereka bertanya perihal lowongan kerja, dan di sinilah dirinya sekarang, berhadapan dengan seorang wanita cantik yang mengenakan jilbab maroon. Tampak elegan dengan jas dan celana longgarnya yang berwarna hitam.

"Nggak usah panggil ibu, panggil aja Selli. Kita juga kayaknya seumuran kok," ujar perempuan yang sedari tadi bertanya-tanya padanya itu mengenai dedikasi kerja Fayyadh. "Aku di sini gantiin kakak aku yang punya kafe, dia lagi sibuk dengan program doktornya. Jadi, untuk sementara waktu aku yang gantiin buat urus kafe ini."

Fayyadh mengangguk-angguk. Sebenarnya, ia sudah ingin keluar dari ruangan, toh pertanyaan terkait kerjaan juga sudah selesai, tapi perempuan yang bernama Selli di depannya ini masih terus saja memperpanjang obrolan.

"Mohon maaf, Bu_"

"Fayyadh," potong Selli dengan senyumnya. "Panggil Selli aja."

"Yah, mohon maaf, Selli, apakah masih ada yang ingin ditanyakan?" Fayyadh melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya. "Aku harus bertemu dengan seseorang."

Rambu;Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang