10. Kegamangan Raila

25 11 11
                                    

Hari kian sore, tapi yang ditunggu Raila tidak kunjung datang. Berulang kali ia menghubungi nomor Arkam. Namun, lagi dan lagi pula laki-laki itu tidak menjawab. Kampus juga satu persatu penghuninya bergegas pulang, mana Raila tidak bawa kendaraan.

Raila mencoba mencari kontak yang sekiranya bisa dihubungi. Maya, mungkin saja perempuan itu masih berada di kampus. Segera ia menyambungkan panggilannya.

Satu kali panggilan tidak terjawab, dua kali belum juga. Tiga kali ...

"Assalamu'alaikum, Rai, ada apa?"

"Wa'alaikumussalam, kamu masih di kampus nggak? aku di kampus nih nungguin Arkam yang katanya mau antar aku balik, tapi gak muncul-muncul dari tadi." Raila memanyunkan bibirnya.

Maya di seberang sana yang entah berada di mana sudah bisa membayangkan ekspresi temannya itu. "Aku masih di kampus sih, ini baru mau keluar dari lab." Perempuan itu mengambil jurusan Farmasi di kampus yang sama dengan Raila dan Arkam. Ia sering terlibat seminar kesehatan bersama pacar temannya itu. "Kamu mau nebeng?"

"Iya, kalau boleh." Sebenarnya Raila tidak enak hati meminta tolong ke orang-orang. Sedekat-dekatnya ia dengan seseorang, ia juga membatasi diri untuk meminta tolong, kecuali dalam keadaan yang memang ia sangat butuh seperti sekarang. Ia hendak naik kendaraan umum, tapi sudah terlalu sore, dan bodohnya tadi ia percaya-percaya saja pada Arkam bahwa laki-laki itu akan mengantarnya pulang sehingga ia pun tidak pulang dengan kendaraan umum lebih cepat. Atas kejadian ini, tolong ingatkan pada Raila untuk mendiami Arkam beberapa hari, tiga hari maksimal. Sebab lebih dari tiga hari dilarang.

"Ya udah, tunggu aku di situ."

Belum sempat Raila menyahut, sambungan telpon sudah terputus. "Eh belum juga dikasih tau aku di mana." Ia menatap ponselnya dengan wajah yang ditekuk. Sungguh, Raila kesal dengan Arkam.

Satu menit kemudian, muncul pesan dari Maya.

Kelupaan, kamu di mana?

Raila tersenyum tipis membacanya. Ia pun segera membalas pesan Maya itu dengan memberitahu lokasinya kini.

Sambil menunggu Maya, ia membuka aplikasi instagramnya. Hmmm tidak ada notifikasi menarik. Eh ada postingan baru dari pemilik akun _zaffayyadh. Artinya laki-laki itu sudah melihat notifikasi Raila yang menfollow akunnya. Kenapa rasa kesalnya bertambah mengetahui kalau Fayyadh sudah melihat instagramnya tapi tidak menfollback-nya?

Hufttt! Raila menghembuskan napasnya. Arkam, dia penyebab sensitifnya mood-nya Raila sekarang. Ia pun kembali melihat layar ponselnya. Dibacanya baik-baik postingan terbaru Fayyadh yang tadi tidak sempat ia baca.

Dan benarlah bahwa seseorang akan dipertemukan dengan apa yang ia cari. Namun, bukan berarti kesempatan untuk disapa apa yang bukan menjadi tujuan kita tidak ada. Bisa saja ada, hadir untuk menguji seberapa kuat tekad kita menjadikan apa yang kita cari sebagai satu yang kita tuju.

_Zafran

Senyum tipis terbit di bibir Raila kala membaca postingan Fayyadh. Ah pintar sekali berkata-kata laki-laki itu. Rasa kesalnya tidak difollback hilang, ia merasa tidak mengapa tidak difollback, Fayyadh memang layak difollow tanpa mengharapkan follbac darinya, dan benar pengikut laki-laki itu banyak dibanding yang ia ikuti.

Meski begitu, rasa kesalnya tidak sepenuhnya hilang. Pada Arkam, ia masih kesal, dan ia masih butuh diingatkan untuk mendiami laki-laki itu maksimal tiga hari.

Raila masih menscroll instagramnya saat seseorang berdiri di depannya. Menyadari kehadiran seseorang, ia pun segera mendongakkan kepalanya. Arkam. Raila langsung membuang muka.

Rambu;Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang