12. Sedikit Tentang Fayyadh

10 5 8
                                    

Sehabis membersihkan badannya. Raila mengecek ponselnya. Ada notifikasi di aplikasi instagramnya, sebuah pemberitahuan bahwa akun _zaffayyadh mengikutinya balik. Senyum perempuan yang sudah memakai dasteran itu terbit tanpa diduga.

Tiba-tiba rasa kecewa dan sedikit amarahnya saat turun dari mobil tadi hilang. Ah mulai sekarang Raila harus belajar tidak terlalu memperdulikan sikap Arkam padanya. Toh, laki-laki itu juga demikian. Di mobil tadi, katakan Raila perempuan yang aneh, saat perempuan lain menghindari introgasi dari pacarnya, ia malah menginginkannya.

Saat melihat Arkam mendapatinya menunggu di teras hanya berdua dengan Fayyadh, ia mengira di perjalanan pulang pacarnya itu akan menanyakan banyak hal. Namun, ternyata ia salah. Arkam hanya mengatakan, "dia ketua kamu?"

Raila mengiyakan dengan menambahkan keterangan bahwa Fayyadh baru datang, ia hendak mengambil laptopnya yang disimpan oleh Ririn dan saat hendak pulang, hujan tiba-tiba turun. Setelah mendengar penjelasan Raila, Arkam hanya mengangguk-angguk dan tidak ada lagi perbincangan sampai mereka tiba di depan rumah Raila.

Ketidakresponan Arkam pada penjelasannya juga tidak bisa Raila maknai dengan kecemburuan laki-laki itu, sebab saat hendak turun dari mobil, Arkam bersikap seperti biasanya. Tidak ada gestur amarah di wajahnya ataupun tatapan sejenis orang cemburu.

Lelah sekali Raila menjalani hubungan dengan laki-laki yang hanya mempunyai satu fokus itu: akademiknya. Ia tahu, kini Arkam sedang sibuk-sibuknya pula mengerjakan tugas akhirnya. Entahlah, setelah selesai nanti laki-laki itu akan menjalani masa koas, dan Raila sudah menduga pada saat itu ia mungkin akan benar-benar kehilangan sosok Arkam. Mungkin hanya perumpamaan karena sibuknya laki-laki itu sebagai dokter muda sehingga tidak sempat mengabari Raila? atau mungkin memang dalam arti yang sebenarnya ia akan kehilangan Arkam? Kehilangan status yang menghubungkan mereka?

Raila tidak tahu, ia tidak pernah merencanakan untuk menyudahi hubungan mereka, meski ia lelah. Ia bosan dengan apa yang mereka jalani. Namun, pada saat yang sama ia juga selalu menghadirkan kesempatan untuk hari berikutnya. Pemakluman, pemakluman, dan pemakluman.

Hembusan napas panjang terdengar dari mulut Raila. Sebelum ia keluar dari aplikasi instagramnya dan beralih ke WA, ia mengecek akun Fayyadh yang baru mengikutinya balik. Ada postingan terbaru.

Hujan itu berkah. Mustajab doa-doa dikabulkan apabila ia menyapa. Maka pabila rintik hujan telah terdengar di atap rumahmu, terlihat di depan matamu, mintalah, mintalah, dan mintalah. Semoga Allah segera memberi.

_Zafran

Lagi, senyum Raila terbit karena Fayyadh. Ia selalu suka dengan apa yang ditulis oleh laki-laki itu. Sungguh. Ia jadi teringat Fayyadh yang hendak masuk jurusan sastra Indonesia.

***

Fayadh bergabung bersama ibu dan ayahnya di meja makan sekembalinya dari salat isya di masjid. Ia duduk tepat di depan ibunya yang sedang menyendokkan nasi ke piring sang ayah. Dulu ia pernah berdoa pada Allah agar kelak istrinya lembut dan penyagang seperti ibunya, dan bisa memperlakukannya seperti sang ibu memperlakukan ayahnya.

Doa itu kembali ia ulangi kala hujan tadi di sekret. Tepat setelah kepergian Raila bersama kekasihnya.

"Jadi melamar kerja, Nak?" Tanya Ridwan -- sang ayah yang sudah memulai makannya.

Fayyadh menjawab sambil mengisi piringnya dengan lauk. "Insyaa Allah, Yah."

"Udah dibuat CV-nya?" tanya Ratih.

"Belum, Bu. Habis insyaa Allah dibuat."

"S2-mu bagaimana? tidak jadi?" Ridwan menatap anaknya di sela-sela seriusnya mengunyah makanannya.

Rambu;Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang