🫧 ~Happy reading~🫧
Sagi mencoba untuk tetap sadar dan stay cool saat pak Rusdi menghukumnya berdiri di samping tiang bendera, tepat jam 10 siang saat terik cahaya matahari sedang merangkak naik. Gadis berambut dicepol asal dengan kulit putih itu, terlihat sangat menarik perhatian di lapangan sekolah. Keringat yang menetes berubah menjadi bercucuran setelah dia berdiri disana kurang dari 30 menit lamanya. Wajahnya pucat, tangan kanan dan kirinya mengering, rambut lepek serta seragam sekolahnya menjadi basah.
Hal ini terjadi karena Sagi ketahuan membolos pelajaran kemarin, saat dia membantu Ningrum untuk membeli Tiket konser di mall.
"Lakukan sampai kamu benar-benar menyesal," ucap pak Rusdi dengan tongkat panjang berwarna coklat mengkilap ditangannya.
Guru BK itu dengan santainya berlindung dari terik cahaya matahari pada sebatang pohon akasia rimbun. Sambil mengawasi Sagi yang berdiri dengan kalung kardus bertuliskan, "Saya membolos dan saya bodoh" , Sagi meneliti lagi kalung kardus yang menghiasi lehernya. Tanpa adanya ini, seluruh murid ANTAKUSUMA juga tahu kalau dia bodoh. Dan dia tidak masalah akan hal itu.
Dari jendela kelas 11 IPS A, dua orang gadis sedang memperhatikan Sagi pada sebuah jendela kaca transparan. Ningrum Adecias, gadis berambut dikepang dua dan berkacamata itu terlihat sangat khawatir. Satu lagi sahabat Sagi, namanya Juliani Liliana. Kedua nya terlihat memantau keadaan Sagi yang sedang menanggung hukuman sendirian.
"Beb, kalau Sagi pingsan. Lo yang gotong kakinya, gue gotong tangannya," ucap Ningrum memikirkan nasib Sagi 1 jam kemudian, apa sahabatnya itu masih bisa bertahan atau akan pingsan.
"Kita berdoa aja, beb," ajak Juliana ke Ningrum yang berada tepat di sebelahnya. Kedua sahabat Sagi itupun berdoa dengan cara agama mereka masing-masing. Julia membentangkan kedua tangannya, sedangkan Ningrum menggenggam kedua tangannya dengan keras dan menunduk.
"Ya Allah ... "
"Bapa kami ... "
"Kebiasaan banget nggak sih, si Sagi. Udah bodoh, suka bolos pula," ucap salah satu murid perempuan.
"Apa yang bisa diharapkan dari si Sagi, beruntung keluarganya kaya," temannya disamping menambahi.
Samar-samar Ningrum dan Julia mendengar gumaman julid dari teman sekelas yang lain, membuat doa mereka sedikit terganggu. Keduanya kembali menutup mata dengan kuat sambil berbicara.
"Ya Allah, azab lah mulut orang yang suka julid!" Kata Julia mengeraskan suaranya dengan sengaja.
"Bapa kami di surga, kabulkan ucapan sahabatku," tambah Ningrum.
Spontan beberapa murid perempuan yang membicarakan Sagi itu pun menoleh ke Julia dan Ningrum bersamaan."Amin," ucap keduanya menutup Doa.
Lewat penutupan doa itu, beberapa murid perempuan tadi langsung menjauhi Ningrum dan Julia. Mereka sadar pembicaraan mereka telah di dengar para sahabat Sagi.
******
Matahari semakin berada di puncak kepala, terhitung sudah 1 jam lamanya Sagi berdiri di samping tiang bendera itu. Tubuhnya lemas, bahkan berdirinya sudah sangat sempoyongan. Pak Rusdi masih menunggu dengan setia, tidak memperdulilan ekspresi Sagi yang makin mengkhawatirkan. Karena, Sagi sendiri sudah sangat sering sekali membolos.
"Pak Rusdi, Bapak di panggil Pak Herman ke ruangannya,"
Pak Rusdi yang semula bersiul siul asal itu menoleh ke belakang, menampakkan seorang Aries yang berdiri dengan pakaian Taekwondonya.
"Ada apa, Aries?" Tanya Pak Rusdi.
"Saya enggak tahu, Pak," jawab Aries.
Pak Rusdi mengangguk, dia menoleh sekilas ke Sagi yang makin lemas itu dan berjalan menghampiri Aries. Dengan mantap Pak Rusdi memberikan tongkat ditangannya kepada kepada Aries.
"Gantiin Bapak buat ngawasin Sagitarius," ucap Pak Rusdi, Aries menoleh ke tengah lapangan. Disana sepupunya itu tengah nongkrong di bawah teriknya matahari. Dia mengangguk tanda mengerti, setelah berucap, Pak Rusdi pun pergi.
Aries berjalan ke lapangan sambil mengencangkan sabuk Hitamnya dengan gagah, tidak lupa membawa tongkat coklat mengkilap milik Pak Rusdi. Dia meneliti penampilan Sagi, gadis itu sudah sangat kelelahan dengan mata yang terpejam menahan sakit.
"Kenapa, lo?"
Mendengar suara Aries yang bertanya, membuat kesadaran Sagi yang semula samar menjadi sadar kembali. Dia sangat hafal betul suara sepupunya itu.
"Makanya, jangan suka bolos," hardik Aries lagi.
Sagi tidak punya kekuatan untuk menjawab atau membalas perkataan Aries, tenaganya sudah terkuras habis akibat berdiri disini 1 jam lebih.
"Lo dengerin gue, nggak," sambil membenarkan letak sabuk hitamnya yang tidak kenapa-kenapa itu, Aries mengelilingi Sagi dengan wajah sombongnya. Dan terus memecutkan tongkat pak Rusdi pada telapak tangannya sendiri.
"Lo jangan putar-putar gitu, gue pusing," pengingat Sagi. Melihat Aries disini saja dia sudah pusing, ditambah cowok itu mengelilinginya bak kue yang mau di hias.
"Gimana kalau sampai om Raja tau lo bolos sekolah terus, kira-kira lo bakalan dihukum apa, ya?" Aries menimbang nimbang, kira-kira apa yang akan dikatakan Ayah Sagi. Karena Ayahnya itu terbilang cukup ketat mendisiplinkannya.
Tidak ada jawaban ataupun omelan balasan dari Sagi, Aries sedikit mengerutkan keningnya bingung. Setelah berbalik untuk melihat ke arah Sagi berdiri, Aries membulatkan matanya kaget. Sepupunya itu sudah terbaring tidak sadarkan diri di tanah lapangan.
"Sagi, hei!"
Aries menepuk lengan Sagi pelan, dia yakin pasti sepupunya ini tengah bersandiwara. Saat Sagi masih tidak bergerak, bahkan matanya menutup tanpa mau terbuka. Aries yang melihatnya tiba-tiba terkena serangan panik dan langsung menggendong Sagi untuk berlari membawanya ke UKS.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sagitarius with Aries [PROSES TERBIT]
Teen FictionSagitarius itu gadis dengan kepercayaan diri tingkat tinggi untuk mengejar ketua geng ZOAX si Gemini, tapi selalu ditolak. Mereka berakhir bagai tikus dan kucing. Sedangkan Aries, cowok gila olahraga itu tentunya tidak ada kaitannya dengan cerita in...