Bab 6 : Kelompok belajar

153 79 66
                                    

                       🫧~Happy Reading~🫧

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

                       🫧~Happy Reading~🫧






Dengan lesu dan terus menghela napas dalam, pandangan Sagi kosong, menatap nanar tong sampah yang berada di dekat pos satpam. Gadis ini tengah duduk dengan ogah pada kursi panjang. Ridwan, Naomi, Ningrum dan Aries tengah berbincang bincang mengenai kerja kelompok mereka nanti.

Yup, betul. Karena Aries memergokinya yang berniat bolos, gadis itu mengurungkan niatnya. Di kelas terakhir tadi, bu Iin menyuruh mereka membuat kelompok berjumlah 5 orang untuk belajar meneliti seekor ulat daun. Sagi dengan malas mengikuti pelajaran terakhir itu karena Aries terus mengawasinya sampai akhir, dan sekarang, dia satu kelompok dengan cowok itu.

"Kita ngerjainnya dimana?" Tanya Ridwan.

"Jangan di cafe, nanti si Naomi teriak lagi," jawab Ningrum sambil menoleh ke sahabatnya, yang tengah duduk tanpa raut wajah yang berarti sambil memegang toples berisi ulat daun. Ningrum merasa kasihan dengan otak imut Sagi yang harus dipaksa belajar, apalagi bersama dengan Aries, Naomi, Ridwan yang adalah murid paling pintar disekolah.

"Rumah gue lagi ada keluarga besar ngumpul," kata Ningrum.

"Rumah gue ada bokap," tambah Ridwan.

"Rumah lo, Ries?" Tanya Naomi, laki-laki itu terlihat berpikir sejenak.

"Rumah gue aja, nyokap lagi keluar juga," kata Aries.

Ke empat orang itu menoleh ke arah Sagi yang masih terdiam sambil memegangi toples berisi ulat daun.

"Dia gimana?" Tanya Naomi, Ridwan menggeleng.

"Ya ajak lah, masa sahabat gue mau lo pada tinggal disini," celetuk Ningrum.

"Kalian naik mobil gue aja, Aries lo bawa motor, kan?" Aries mengangguk menjawab Ridwan.

"Lo ikut gue aja Rid," tambah Aries.

Kelima anak itu pulang dengan dua kendaraan berbeda tapi tetap bergiringan, mereka akan menuju rumah Aries. Yang berjarak sekitar 1 30 menit dari sekolah.

"Masuk aja," ajak Aries, ketiga orang itu mengangguk. Sedangkan Sagi hanya diam dan kebanyakan melamun.

"Sini gue aja yang bawa, lo kayak mayat hidup aja," ketus Aries merampas toples ulat daun dari tangan Sagi.

"Mayat hidup aja masih ada semangat hidup, lah ini," tambah Naomi terkekeh meremehkan Sagi.

"Gue lagi galau, kalau enggak. Udah gue cakar mulut lo," sarkas Sagi dengan ketus. Sedikit pemberitahuan, Sagi dan Naomi ini tidak seperti teman sekelas pada umumnya, akur. Mereka sering terlibat cekcok karena Naomi tidak menyukai Sagi yang gampang bolos sekolah.

"Beb, udah ya, masuk yuk," ajak Ningrum mendorong pelan punggung sahabatnya itu untuk masuk kerumah Aries.

"Kalau mau ambil minum tinggal ke dapur aja sendiri ya, duduk dulu deh disini. Gue mau ganti baju," kata Aries kepada ke tiga orang itu yang mengangguk paham.

Aries berjalan menuju tangga lantai dua tempat kamarnya berada, Sagi dengan santai mengekorinya. Membuat ketiga orang disitu menatapnya sambil melongo kebingungan.

"Lah, lo ngapain ngikut?" Tanya Aries saat sadar gadis itu mengikutinya dibelakang.

"Emang kenapa?" Tanya Sagi balik.

"Lo mau ngintipin gue ganti baju," sarkas Aries, membuat ketiga orang yang duduk di sofa itu spontan menutup mulut dengan tangan saking terkejutnya.

"Ge-er plus suuzhon, gue mau ke kamar Jema. Mau ngambil tas yang kemarin dia pinjam, gue udah izin masuk," jawab Sagi melengos, berjalan melewati Aries dengan santainya. Sedangkan cowok pemilik rumah itu hanya bisa bergeleng sambil menghela napas.

"Mereka emang dekat gitu, ya?" Tanya Naomi berbisik ke Ridwan.

"Ya mana gue tau! Emang gue siapanya Aries, lo tanya tuh si Ningrum yang sahabatnya Sagi!" Teriak Ridwan, membuat Naomi rasanya ingin menutup mulut laki-laki itu dengan lakban.

"Ya nggak usah ngegas lah!" Balas Naomi.

Di lantai atas, Sagi malah dengan santai merebahkan tubuhnya pada Sofa kecil milik Jema, melupakan niat awalnya untuk mengambil tas yang di pinjam adik Aries itu. Cahaya sinar matahari sore menyapa tangannya yang terangkat ke udara untuk mendapat cahaya lewat celah jendela kamar yang terbuka. Membuat sudut bibir Sagi tertarik, tersenyum merasakan ketenangan itu.

Angin sepoi sepoi yang menyapa tubuhnya dibiarkan, sambil mencoba memejamkan mata untuk menghirup aroma sore.

"Jangan tidur," suara bariton Aries memecah ketenangan Sagi, seiring dengan sosok cowok itu yang menghampiri sofa tempatnya berbaring.

"Kita kerja kelompok di taman belakang, bukan di kamar," tambah Aries, Sagi mengangguk angguk tanpa beranjak.

"Ries, menurut lo. Kalau gue di usir, gue kemana?" Tanya Sagi sambil menatap kosong ke langit dicelah jendela. Pikirannya melanglang buana memikirkan semua kemungkinan yang akan terjadi padanya nanti.

"Ya ke taman belakang, lah. Lo pikir gue ngusir lo dari sini buat pindah baring ke sofa kamar gue, gitu?" Jawab Aries cepat, Sagi terkekeh mendengarnya. Dia lupa Aries tidak tau dengan dirinya yang hanya anak angkat.

"Lo lucu banget sih Aries," Sagi berdiri dan langsung mencubit pipi Aries tanpa aba-aba, membuat jantung laki-laki itu berdegup kencang. Seperti biasa, jantungnya berdisko. Gugup menerpa, bahkan dia bisa merasakan telinganya memanas. Dengan cepat Aries melepaskan tangan gadis itu dari wajahnya, membuat gadis menjauh darinya.

"Saraf lo!" Hardik Aries meninggalkan Sagi sambil menetralkan jantungnya sendiri.

********

"Lama bener kalian berdua," keluh Ridwan sambil menata kursi kayu untuk mereka belajar.

"Liat tuh si Naomi," tunjuk Ningrum ke gadis yang bersembunyi di balik tanaman melati yang rimbun sambil ketakutan.

"Kenapa lagi tu dia," tanya Sagi menoleh Naomi dengan jengah.

"Biasa, geli ulat bulu," jawab Ridwan.

"Kita langsung mulai aja ya, gue jam 4 mau latihan basket di lapangan seleksi," kata Aries.

Sagitarius with Aries [PROSES TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang