Bab 5 : Aries menyebalkan

200 94 165
                                    

                       🫧~Happy Reading~🫧

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

                       🫧~Happy Reading~🫧








Keesokan harinya, setelah setengah malam Sagi di ceramahi oleh Heru karena Aries mengadukannya tentang makan ice cream saat sakit. Sagi sudah sehat dan kembali bersekolah seperti biasa, walaupun matanya terdapat lingkaran hitam karena setengah malam sisanya mengerjakan tugas bu Adel minggu lalu yang lupa di kerjakan.

Tadi, seperti biasa Sagi di antar oleh supir pribadi Heru mang Ucup. Sesampainya di sekolah, Sagi sudah di sambut dua bokem kesayangannya.

"Lama banget nggak ketemu," Juliana memeluk Sagi dengan erat, seperti dua orang yang tidak saling bertemu bertahun tahun lamanya. Beberapa murid di kelas 11 IPS A melihat mereka dengan jengah, sudah terbiasa melihat ketiga gadis rempong itu.

"Lo kurusan deh, Jul," ucap Sagi setelah memijat pelan lengan dan bahu Juliana, tentu saja hal itu di tambah oleh anggukan.

"Lagi hafalan Al-qur'an disuruh Abi," Juliana memasang wajah cemberut nya.

"Gimana kemarin?" Tanya Ningrum yang duduk manis di kursinya.

"Gue ketemu sih sama Gemi, tapi ya karena mereka lagi tawuran. Jadinya gue ditarik Aries buat pergi," jawab Sagi, kembali mengingat kejadian mengesalkan kemarin.

Ningrum kebingungan dengan jawaban Sagi, "Lah, kok ada Aries?" Tanyanya.

"Tau tuh, entah muncul dari mana itu malaikat pencabut nyawa,"jawab Sagi sambil menaruh tasnya dimeja belajarnya sendiri.

"Terus, dia marah-marah?" Tanya Juliana.

"Menurut lo? Dia bakalan beliin gue saham gitu setelah tahu gue sakit masih keluyuran," sarkas Sagi, dia menjawab dengan pengalaman sebelumnya. Aries terus mengadukan Sagi ke Papanya, bahkan tak segan untuk menceramahi gadis itu di depan banyak orang.

"Tapi, Aries perhatian banget sih sama lo," celetuk Ningrum. Sagi mengangguk sambil membusungkan dadanya menyombongkan diri.

"Sepupu gue tuh, kalau naksir sama dia lewat in gue dulu," katanya.

"Gue mah ogah," tolak Ningrum. Juliana juga mengangguk dan bergeleng.

"Juli juga takut Aries," tambahnya dengan wajah imut.

"Eh, ngomong-ngomong kok kelas sepi ya?"

Sagi melihat sekitar, dia baru sadar tidak ada orang di kelas selain mereka bertiga. Kelas yang tadinya ramai, berubah menjadi sepi bak kuburan. Mereka sangat asyik berbincang sampai tidak sadar kemana semua penghuni kelas pergi.

"Ekhem, kalian lagi sidang paripurna?"

Tiba-tiba suara Pak Rusdi mengudara di ruang kelas yang sepi, membuat ketiga gadis itu menoleh ke jendela kelas yang terhubung ke koridor. Pak Rusdi berdiri dengan Pecutan berwarna cokelatnya ditangan kiri, bersiap untuk menumpas segala kejahatan.

Silermoon kalik, pak.

"Sagitarius, Juliana dan Ningrum ... ," Pak Rusdi mengabsen nama ketiga gadis yang tersenyum canggung menolehnya.

"AMPUN PAK!!!" Teriak ketiganya sambil berlari keluar dari kelas. Menghambur di koridor mencari perlindungan.

"Memang anak bandel! Semua orang itu kumpul di lapangan!" Teriak Pak Bandi murka.

Benar sekali, karena sibuk menggosip. Ketiga anak ini tidak tahu kalau seluruh murid ANTAKUSUMA sedang berkumpul di lapangan belakang. Sedang diadakan lomba antara beberapa olahraga beladiri, disekolah ini memang ada beberapa eskul beladiri. Seperti, Karate, Taekwondo dan Silat. Hari ini adalah lomba yang diadakan sekolah untuk menyeleksi tahap awal guna perlombaan di tinggat nasional.

"Kalian terus, kalian terus, nggak ada kapoknya," omel Pak Rusdi sambil terus mendorong pelan punggung ketiga gadis itu dengan tongkatnya. Menuntun mereka untuk memasuki barisan penonton pertandingan.

Dengan wajah kesal dan di tekuk, Sagi memperhatikan ke lapangan yang tengah mempertontonkan pertandingan antara Aries dan lawan tandingnya. Cowok itu terlihat sangat fokus dan tegas secara bersamaan, beberapa murid perempuan menyoraki namanya dengan kencang. Membuat kuping Sagi yang mendengarnya sedikit berdenging.

"Priiiiit ...! Aries. Menang!" Teriak Pak bambang, guru olahraga yang menyambi sebagai wasit sambil mengangkat tangan Aries.

Bisa Sagi lihat, dibalik tarikan napas Aries yang nampak tidak teratur, sedikit senyum terpatri pada wajah dingin cowok itu. Para pemuja Aries juga semakin brutal berteriak saat Pak kepala sekolah mengalungkan medali di leher Aries, membuat sedikit dobok nya sedikit terbuka. Menampilkan sedikit dada kekar hasil dari rutin olahraga Aries mengintip disela bajunya. Sagi yang memperhatikan itu hanya bisa mendengus kesal, Aries dengan segala kenarsisannya.

By the way Aries dan Sagi ini sekelas, hanya saja Aries jarang mengikuti pelajaran karena harus terus berlatih taekwondo. Dan juga ditambah dia aktif dalam olahraga renang dan basket. Hal itu membuat Sagi sangat senang, jarang berinteraksi dan bertemu Aries adalah surga kecil untuknya, setidaknya tidak ada yang memarahinya bolos jam pelajaran terakhir.

Tapi, hari ini berbeda. Karena ada pertandingan, Aries bisa dengan leluasa masuk ke kelas. Membuat Sagi merengut kesal sejak Pak Rusdi menggeretnya, Juliana dan Ningrum ke lapangan belakang tadi.

"Yuk, gas," ajak Ningrum sudah siap dengan tas ranselnya di punggung. Mereka berniat bolos untuk ke mall hari ini.

"Mana nih si Juli?" Tanya Sagi melihat bangku Juliana kosong, tapi tasnya masih berada diatas meja.

Tiba-tiba, Juliana masuk ke kelas sambil menunduk. Di belakangnya, ada Aries yang berjalan mengikutinya. Juliana menatap mata Sagi seakan berisyarat, 'Gue terpaksa ngaku' katanya dalam hati.

Tentu saja Sagi paham hal itu, gadis itu mengencangkan tali tasnya yang kendor sembari memejamkan mata untuk menahan diri tidak melihat ke Juliana. Sagi berjalan santai melewati Aries, sebelum tangan laki-laki itu menangkap tasnya dengan cepat.

"Mau kemana?" Juliana yang merasa dilepaskan oleh Aries berlari menghampiri Ningrum, meninggalkan dua orang dengan emosi hampir sama itu.

"Toilet," jawab Sagi asal, dia tidak boleh terlihat gugup saat ini. Kalau tidak, Aries akan menangkapnya.

"Gue baru tau ke toilet harus bawa tas," Aries terkekeh. Sagi menepis tangan Aries dengan keras, memasang wajah kesal dia menatap mata Aries tajam.

"Gue mau ganti pembalut, kenapa? Mau ikut!" Jawab Sagi nyolot, seketika Aries melepaskan tarikannya dan mendorong pelan punggung Sagi dengan canggung.

"Kena lo, Ries!" Kata Sagi dalam hati kesenangan dan kembali melanjutkan jalannya.

"Dan lo kira gue percaya? Nggak ada! Duduk lo!" Kata Aries seperkian detik kemudian, menarik Sagi lagi, sekarang bukan tasnya. Tapi langsung tangan gadis itu yang dia geret menuju kursinya sendiri.

"Jangan ada yang keluar kelas ini selama gue disini, apalagi kalian bertiga!" Maklumat Aries.



Sagitarius with Aries [PROSES TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang