Bab 18 : Sidang dadakan

95 53 80
                                    


🫧~Happy Reading~🫧

"SAGI, ARIES, KALIAN NGAPAIN!" Teriak Raja yang kaget setelah melihat dua remaja itu tengah berpelukan diatas kasur sambil bertatap tatapan. Orangtua waras mana yang melihat itu tidak berteriak seperti Raja?

Kedua orang yang sedang berpelukan itu spontan menoleh ke arah pintu yang terbuka, disana ada Raja, Sarah dan Jema yang menutup mulutnya karena terkejut melihat apa yang kedua orang itu lakukan. Aries sadar dan langsung menarik diri dari atas Sagi, begitu juga dengan Sagi yang langsung berdiri dengan gelabakan.

Aries terlihat mengusap rambutnya, sedangkan Sagi membenarkan letak bajunya yang sebenarnya tidak kenapa napa. Dan hal itu semakin membuat ketiga orang di ambang pintu makin menatap curiga.

"Kalian sedang apa, hah!" Sarah masuk dan mendekati dua remaja yang berdiri dengan canggung itu.

"Ini nggak seperti yang Mama liat," Aries menatap Sarah dan Raja bergantian.

Tapi hal itu makin dirasa tidak mungkin karena Sarah melihat hal yang mencolok di atas tempat tidur. Langkah ibu 2 anak itu langsung terhenti, tangannya mengambil sekotak kondom yang diperebutkan dua remaja ini tadi. Jema menutup mulut melototi melototi benda yang ditemukan Mama nya.

"Kalian ..." Sarah memberikan sekotak kondom itu kepada Raja yang menatap Aries seperti harimau yang menatap mangsanya.

"Kondom, Pah," jelas Sarah, tentu saja Raja tau itu barang apa. Atensinya kembali teralih kepada dua remaja yang berdiri dengan gugup dan ketakutan di depannya.

"Kalian sudah sejauh ini?" Raja menatap Sagi yang hanya bisa bergeleng pelan, memasang wajah memelas ke pamannya itu.

"Pah, Aries sama Sagi-" ucapan Aries terpotong saat Raja dengan cepat menampar pipi cowok itu keras, membuat kepala Aries terhantam pening yang luar biasa.

Sagi yang melihatnya langsung memegang tangan Aries, cowok itu menatap nanar ke Papanya. Sedangkan Jema dan Sarah hanya bisa memejamkan mata pasrah melihat hal itu.

"Om, Sagi bisa jelasin. Sagi sama Aries nggak ngelakuin apa-apa, ini tuh kami cuma ngumpulin mainan," jelas Sagi berdiri di depan Aries, berusaha membentengi cowok itu apabila ada pukulan susulan dari papahnya.

"Kamu minggir, nak. Biar Om pecahin pipi pria brengsek ini!" Kata Raja bersiap menampar Aries lagi, walaupun dilihat dari segi tubuh Aries lebih kekar dari Papanya. Tapi, Aries tidak akan pernah berani melawan, karena Papanya adalah panutannya dalam segala hal.

"ARIES!" Bentak Raja.

"OM! Sagi mohon, dengerin Sagi dulu," ucap Sagi setengah terisak saat melihat Raja menatap tajam Aries, seakan hendak menguliti cowok itu.

"Mundur, biar Om kasih dia pelajaran! Papa nggak pernah ngajarin kamu kayak gitu, Aries! Kamu dengar Papa!" Teriak Raja lagi, Aries mengangguk pasrah mengiyakan.

"Om, Sagi mohon," ucap Sagi sampai berlutut didepan Raja, dia sakit melihat Aries terluka seperti ini.

*******

"Katakan!" Bentak Raja sambil bersidekap dada, sekarang Papa dua anak itu telah sedikit tenang dan duduk pada sofa di ruang tamu. Di sampingnya ada Jema dan Sarah, sedangkan Aries dan Sagi berada tepat disofa seberang.

"Jadi gini, om ,,, " omongan Sagi terputus setelah melihat Raja menunjuk Aries yang tengah memegang pipinya yang memerah dan sudut bibirnya yang terluka.

"Biar dia yang ngomong," suruh Raja.

"Bibir Aries luka, om," kata Sagi, mendengar hal itu, Jema dan Sarah malah cekikikan dan gemas.

Aries menghela napas dalam, Papa nya memang selalu tegas begini.

"Aries sama Sagi lagi ngumpulin mainan buat anak dipanti asuhan, terus itu kotak berisi kondom dari temannya Aries," Raja terlihat tidak puas dengan penjelasan putra sulungnya itu.

"Kotak itu kado dari Lean pas Aries ulang tahun tahun kemarin, dia ngasih cuma buat becandaan," jelas Aries lagi.

"Terus tadi kalian?" Sarah menyela.

"Sagi lagi becandain Aries, mau bawa pulang kondomnya. Terus Aries rebut dan kami berdua jatuh ke kasur," jelasnya lagi. Sagi sempat merona saat mengingat bagaimana tatapan mata mereka beradu dan posisi mereka tadi.

Sadar woi, situasi nggak lagi romantisan.

"Jadi, beneran kalian nggak ngapa-ngapain?" Tanya Raja lagi, Sagi dan Aries mengangguk bersamaan mengiyakan.

"Papa cek aja kondomnya, belum dipakek sama sekali," ucap Aries. Raja mengangguk paham, sekarang matanya kembali teduh. Tidak ada kilatan amarah seperti tadi.

"Kalian berdua itu tidak terikat hubungan keluarga, jadi jangan pernah begitu lagi," pengingat Raja.

"Kecuali kalau kak Sagi sama kak Aries udah nikah," celetukan Jema membuat Aries dan Sagi menatapnya tajam.

"Kan kecuali, bang. Perumpamaan," ralat Jema saat melihat mata Aries yang hendak mengulitinya itu.

"Sagi," Raja menoleh Sagi dengan mata teduhnya.

"Kamu sehat, nak?" Tanya Raja, gadis itu mengangguk.

"Sehat om," jawabnya.

"Terlepas dari problem kamu bersama mas Heru dan mbak Asih, kamu selalu diterima di keluarga ini sayang," kata Raja.

"Iya om, Sagi banyak terimakasih om sama tante udah baik banget sama Sagi," kata gadis itu dengan matanya yang berkaca kaca.

"Yaudah, karena masalah udah kelar. Om mau ke kamar dulu ya, jet lag habis dari Dubai, om ngantuk," ucap Raja.

"Sama, kamu tolong obatin itu anak. Kayak anak cewek aja meringis terus dari tadi, bukannya dia atlet taekwondo. Baru ditampar sekali doang udah kesakitan," ucap Raja menoleh sekilas dengan acuh ke Aries yang hendak melayangkan protes.

"Mah, ayo masuk. Papa mau kelonan," ucap Raja, Sarah memukul lengannya sambil tertawa kesal.

"Jema juga ikut!" Teriak si bungsu mengekori kedua orangtuanya naik ke lantai atas.

Tinggallah Sagi dan Aries di sofa dengan cowok itu yang terus memegangi pipinya yang kebas, ternyata pukulan mantan tukang pukul masih kuat sampai sekarang. Aries sempat bingung, padahal Papanya sudah terlihat jarang sekali berolahraga.

"Mana sini bibirnya," ucap Sagi, Aries yang mendengar hal itu langsung melototi gadis itu.

"Lo mau apain bibir gue!" Tanya Aries dengan wajah polosnya.

"Mau gue cium! Ya mau gue obatin lah, lo nggak denger tadi om bilang apa," omel Sagi kesal. Bisa bisanya cowok itu malah melawak di tengah rasa paniknya saat Raja murka ke Aries tadi, jantung Sagi serasa mau melompat dari tempatnya.

Sagi berjalan ke depan Televisi dan membuka laci, disana letak kotak medis rumah ini. Dia hafal betul dimana letak barang barang dirumah ini. Setelah itu, Sagi memegang pipi Aries dengan kasar, karena cowok itu tidak mau menatapnya dengan benar.

"Sini in, biar gue kasih obat," ucap Sagi, Aries dengan berat hati menuruti dan menolehkan wajahnya ke Sagi.

Beberapa detik dia terpukau dengan kecantikan gadis di depannya, mata yang teduh, bulu mata lentik, bibir peace, bukankan Aries tidak menyadari betapa menariknya Sagi. Gadis itu yang ditatap dengan intens oleh Aries malah menjadi gugup, dengan sengaja Sagi menggigit bibirnya untuk menyalurkan rasa gugup nya.

Dengan sadar atau tidak, Aries memajukan wajahnya dan mencuri satu kecupan di bibir gadis itu, membuat Sagi membulatkan matanya kaget.

"Bener kata Papa, kita bukan lagi keluarga, gue takut khilaf," ucap Aries setelah menjauhkan wajahnya dari Sagi.

Sagitarius with Aries [PROSES TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang