Bab 16 : Aries kok aneh?

103 66 63
                                    


🫧~Happy Reading~🫧



Pembicaraan mereka kemarin berakhir dengan Aries yang menang, cowok itu memaksa Sagi untuk masuk kembali ke sekolah. Walaupun dia akan menjemput dan mengantar Sagi setiap hari. Seperti pagi ini, Aries sudah siap di kursi depan panti asuhan, hari ini dia memakai motor karena bisa menghemat waktu macet karena jarak tempu panti ke sekolah lumayan jauh.

Cowok ini duduk ditemani dengan tes panas dan pisang goreng buatan Sagi, anak kecil berumur 7 tahun yang mengantarnya tadi.

"Sorry, gue lama banget ya?" Ucap Sagi yang terlihat kerepotan membawa beberapa kotak bekal di tangannya, tangan Aries spontan mengambil kotak ber plastik itu dan membawanya.

"Gue aja, Ries," ucap Sagi yang tidak diperdulikan cowok itu.

"Bawain pisang gorengnya, gue makan dijalan," Aries melenggang menuju motornya.

Walaupun kebingungan dengan ucapa Aries, Sagi langsung mencomot 2 pisang goreng dan berlari mengejar cowok itu.

"Sini aja gue yang bawa," tangan Sagi terulur untuk mengambil plastik kotak bekal dari tangan Aries.

"Taruh di depan aja, biar enak," Aries menjauhkan plastik itu dari jangkauan Sagi, "Pakai dulu helmnya," tambahnya.

"Sebelum itu, lo pakai dulu ini, ikat di pinggang, heran gue. Rok lo selama ini emang sependek itu?"

Sagi melihat ke arah mata Aries yang meneliti rok nya, ini rok yang biasa dia pakai. Aries juga tau dan pasti sering melihatnya, kenapa cowok itu protesnya hari ini? Sagi memasang helm kesusahan karena pisang goreng di tangannya.

Tapi, Aries tidak kunjung jalan saat semua sudah siap.

"Lah, kenapa belum jalan?" Tanya Sagi mendongak mendekati Aries.

"Pisang gorengnya tolong suapin," suruh Aries, Sagi membulatkan mata seketika. Kenapa Aries hari ini semakin aneh saja, tapi karena takut telat. Sagi tidak memikirkan itu dan menyuapkan sepotong pisang goreng ke mulut Aries yang sudah terbuka lebar dari tadi.

Selama perjalanan menuju sekolah, Aries terus mengunyah pisang goreng buatan Sagi. Bolehkah Sagi bersorak gembira, mengetahui kue pertama buatannya disukai oleh cowok itu.

Sesampainya di sekolah, beberapa murid melihat Sagi dengan tatapan jutek. Apalagi saat Sagi melepaskan helm dan memberikannya ke tangan Aries.

"Kotak bekal segini banyak buat apasih? Mau jualan?" Tanya Aries keheranan.

"Mulut lo ya Ries, gue masih punya uang!" Sarkas Sagi, " Ini mau gue kasih Juli sama Ningrum," ucapnya sambil merampas plastik itu.

Tangannya mengambil satu kotak bekal dan memberikannya ke tangan Aries, membuat cowok itu kebingungan.

"Bayaran karena lo jemput gue sekolah, dimakan loh ya. Jangan sampai enggak," pengingat Sagi sambil berlalu masuk ke halaman sekolah, meninggalkan Aries yang mematung di tempat. Menatap nanar kotak bekal yang berhasil membuat paginya berubah secerah harapan pelatih renang. Sambil tersenyum, Aries menepuk kotak bekal itu dengan sumringah. Membuat beberapa murid yang melihatnya keanehan, mereka jarang sekali melihat Aries yang full senyum begini.

*******

Sagi mengendap endap berjalan perlahan dari pintu lainnya masuk ke kelas, mengejutkan dua sahabatnya yang sedang membicarakan tentang acara ragam sekolah.

"Boooom!"

"Bapa Tuhan Yesus!" Teriak Ningrum dengan keras.

"Ya Allah!" Juliana juga berucap.

Membuat Sagi cengengesan karena sudah berhasil membuat dua sahabatnya kaget.

"SAGI!" Teriak keduanya sambil memeluk Sagi dengan erat, menyalurkan rasa rindu setelah seminggu tak bertemu.

"Lo dari mana aja sih," gumam Ningrum di sela tangisnya.

"Hape lo dihubung in nggak aktif terus," tambah Juliana.

"Gue baru aja mau telpon Om gue buat lacak lo dimana," Ningrum mengelap ingusnya dengan kerudung Juliana.

"Om lo yang kerja di CIA, itu?" Tanya Sagi, Ningrum mengangguk. Gila! CIA itu adalah Badan Intelijen Pusat Amerika, memangnya Sagi anak presiden pakai segala di cari lewat CIA.

"Gue baru aja suruh Abi tanya ke Kiai tentang lo," tambah Juliana.

"Sampai ke Kiai segala?" Sagi makin tidak mengerti dengan jalan pikiran dua sahabatnya, dia hanya menghilang untuk menangkan diri.

"Kita berdua khawatir banget, sama lo Sagi," ucap Juliana.

"Nggak usah sedih, gue disini sekarang. Nih, gue bawaan buat kalian," ucap Sagi sambil memberikan dua kotak bekal ke tangan dua sahabatnya ini.

"Apaan nih? Lo jualan kotak sekarang?" Tanya Juliana polos.

Sagi memukul lengan Juli dengan pelan, "Buka dulu makanya," katanya dengan gemas.

Ningrum membuka kotak bekal itu dan wallah, nasi goreng seporsi dengan telur dan sayur rebus mampu membuat mulut Ningrum menganga, bahkan Juliana sampai menutup mulutnya dengan tangan karena terkejutnya.

"Ini lo yang masak?" Tanya Juliana mengambil kacang polong dan memakannya.

"Iya lah, gue dibantuin bunda panti," ucap Sagi, dua sahabatnya itu mengangguk paham, selebihnya mereka tidak bertanya lebih detail lagi.

"Gue bakalan cerita ke kalian nanti, sekarang gue keluar sebentar," ucap Sagi berlari keluar membawa satu kotak bekal yang tersisa.

*******

Gemi tengah sibuk menyesap rokoknya dibelakang sekolah, setelah pindah ke sekolah negeri ini, dia tidak ada kegiatan lain karena teman satu geng nya masih di sekolah lama. Belakang gedung musik ini menjadi satu-satunya markas untuk Gemi merokok dan tidur. Sagi yang bertanya kepada teman kelasnya pun menemukan cowok itu tengah duduk santai menyesap rokoknya.

"Di sekolah ini dilarang merokok," Gemi menoleh ke samping, sosok gadis yang dia temui tempo hari berada disana dengan wajah sumringah dan senyuman manis.

"Gabut, ya?" Todong Sagi menoleh ke rokok Gemi yang mengeluarkan asap, berbeda dengan gadis itu, Gemi malah salah fokus dengan kotak bekal yang di bawa Sagi.

"Ngapain lo disini?" Tanya Gemi sarkas, Sagi mengerutkan keningnya kebingungan. Apaan cowok ini tiba-tiba nyolot.

"Bukannya lo kemarin katanya nggak mau sekolah lagi?" Tambah Gemi.

"Pikiran manusia bisa berubah ubah," jawab Sagi jengah.

"Emang lo masih punya pikiran? Bukannya lo bodoh, ya?" Sarkas Gemi.

"Kayaknya salah deh gue mau bilang terimakasih dengan cara ngasih lo bekal," ucap Sagi berbalik memunggungi Gemi.

"Eh, makanan gratis nggak boleh di tolak," Gemi merampas kotak bekal itu, membuat Sagi melototinya.

"Buang rokok lo!" Ucap Sagi.

"Tanggung, baru gue sulut," Gemi kembali duduk di singgasana nyamannya.

"PAK, RAEDAN GEMINI PELYTON MEROKOK DIBELAKANG KELAS MUSIK!"

Gemi langsung berlari kabur setelah mendengar Sagi meneriakinya dan mengadukannya.

Sagitarius with Aries [PROSES TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang