Bab 2 : Ada apa, Sagi?

173 87 57
                                    

                     🫧~ Happy Reading~🫧

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

                     🫧~ Happy Reading~🫧







Bau obat-obatan dan penyejuk ruangan khas tempat Sagi biasanya bersembunyi saat bolos kelas, menyapa hidungnya. Mata dan kesadarannya sudah sepenuhnya kembali. Yang pertama kali Sagi liat adalah wajah Aries yang ditekuk sambil duduk pada kursi tepat disebelah ranjang tempatnya berbaring. Entah kenapa cowok itu selalu saja berwajah begitu saat bersamanya, tapi memang mereka tidak terlalu dekat juga untuk saling bertanya.

Sembari menerjab nerjabkan matanya, dengan pelan Sagi memukul lengan Aries yang dekat dengan jangkauan.

"Ries, lo ngapain disini?" Tanyanya sambil berusaha mendudukkan diri. Kepalanya masih berdenyut sakit, seperti habis terbentur sesuatu yang keras.

"Lo pingsan," jawab Aries.

Sagi juga tahu kalau kepalanya yang masih terasa berputar putar itu akibat pingsan dihantam panasnya matahari. Aries tidak perlu menjawab hal itu, orang bodoh juga tahu.

"Lo udah bangun, kan, gue ke kelas," Aries menarik bokongnya dari kursi UKS yang tidak ada empuk-empuknya itu.

"Makasih ya Ries!" Teriak Sagi dengan suara serak sampai terbatuk. Sial, dia langsung mengambil gelas dinakas dan menandaskan isinya.

"Gara-gara pak penyihir, gue dehidrasi," makinya.

*****

Jam 14.30 Sagi pulang kerumah dengan wajah pucat dan lemas, beberapa jam tidur di UKS ternyata tidak bisa menghilangkan rasa sakitnya. Perut, tenggorokkan, bahkan kepalanya terasa sakit. Jangan-jangan dia sudah sekarat? Biasanya orang sakit itu akan berpikir akan segera mati.

"Saya mau baju yang hitam ini, untuk suami saya jas gelap ini, lumayan," ucap Asih menunjuk layar ipad yang sedang di pegang oleh penata busana terkenal.

Saat melihat Sagi memasuki rumah, Asih spontan menolehnya yang melewati ruang tamu.
"Suruh dia pakai baju yang tadi saya pilihkan," katanya menunjuk Sagi.

"Suruh mbak tun bantuin dia bersiap, saya nggak mau acaranya nanti cacat gara-gara kesalahan dia," tambah Asih sembari menoleh ke layar ipad dengan acuh. Membuat beberapa penata busana disitu terlihat kebingungan. Mereka tidak menyangka Asih, seorang publik figur terkenal berbicara seperti itu kepada anaknya.

"Mbak tun, bawain teh hangat," ucap Sagi tak kalah acuhnya, mendengar hal itu langsung membuat pembantu yang juga merangkap menjadi pengasuh Sagi itu segera menurutinya. Membuat raut wajah Asih berubah dari acuh ke kesal.

"Mbak tun, jangan lupa. Mbak itu yang gaji saya, loh," sindir Asih dengan keras.

Beberapa penata busana yang duduk disana kembali merasakan hawa dingin, kenapa anak dan orangtua yang terlihat bahagia dan harmonis di media malah seperti ini di dunia nyata.

"Aku bisa gaji mbak tun sendiri," kata Sagi sambil memegangi tali tasnya dengan kuat, supaya bisa menyalurkan rasa sakit kepalanya yang kian membuatnya oleng. Sesekali dia juga harus menjawab perkataan Mamanya kalau menyangkut mbak Tun.

Sagitarius with Aries [PROSES TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang