🫧~Happy Reading~🫧Langkah kakinya membawa Sagi menyusuri trotoar, mobil yang berlalu lalang memecah gelapnya malam tidak dia perdulikan. Dengan air mata yang terus menetes tak mau berhenti, Sagi terseok seok membawa serta sebelah hels nya yang patah akibat tersangkut pada celah aspal jalan tadi. Yang ada dipikirannya sekarang adalah untuk apa dia disini? Dia seperti telah kehilangan jati diri, siapa dia sekarang?
Pikiran itu terus berputar di kepalanya sampai membuatnya berteriak frustasi, tak jarang motor yang melintas melihatnya dengan keanehan. Ditambah gaun yang masih memberati langkahnya, Sagi menangis dengan lirih.
Seakan tahu dengan kesedihan Sagi, langit juga ikut mencurahkan air matanya. Hujan turun sangat deras, bahkan membuat mobil dan motor yang ramai tadi menghilang dijalananan. Sagi kedinginan, tentu saja. Tapi itu cukup ampuh untuk membuat air matanya tersamarkan. Angin juga mulai bertiup dengan kencang, semakin membuat Sagi memeluk dirinya sendiri.
Dari belakang, satu sorot lampu sen mobil terlihat menembus derasnya hujan dan gelapnya jalanan. Sagi tidak memperdulikan itu, bahkan saat mobil itu berhenti dan seseorang menghampirinya membawa payung berwarna kuning. Dialah Aries, laki-laki itu masih berpakaian acara tadi, memayungi Sagi dan berdiri tepat di depannya.
Membuat langkah gadis malang itu terhenti. Sagi tidak berani menatap Aries, dia malu dan dia bingung mau menjelaskan apa.
"Masuk mobil," kata Aries terus memegangi payung untuk Sagi, sedangkan dirinya dibiarkan terkena hujan. Tidak ada balasan dari gadis itu, keterdiamannya makin membuat hati seorang Aries resah.
"Sagi, masuk mobil sekarang," ucapnya lagi dengan sedikit ditekan, Sagi menggelengkan kepalanya samar sambil terus menunduk.
"Aku ini siapa Ries, aku siapa," gumam Sagi terus menyembunyikan wajahnya.
Tidak bisa, Aries tidak bisa melihat Sagi seperti ini. Hatinya sakit begitu juga dengan dirinya yang langsung menarik Sagi ke dalam pelukannya, dengan payung yang masih berada di tangan kirinya. Sagi menangis, makin meraung dipelukan Aries.
Aries yang mendengar tangisan itu merasakan tubuh Sagi bergetar, cowok itu semakin mengeratkan pelukannya. Keadaan seperti ini bertahan sampai beberapa menit, air hujan yang membasahi mereka tidak dipedulikan. Bahkan angin malam semakin membuat dingin juga mereka idahkan.********
Sekarang, Aries dan Sagi sudah berada di mobil. Entah kemana laki-laki yang bukan sepupunya lagi itu membawanya pergi. Tidak ada pembicaraan sejak 10 menit mereka berkendara, suasana menjadi canggung dan aneh.
"Aries, gue ... ,"
"Nggak usah ngomong kalau belum siap, gue nggak minta penjelasan," potong Aries, Sagi mengerutkan keningnya bingung.
"Gue mau bilang, ini selimutnya jangan dikasih gue, nanti basah," jelas Sagi hendak menyimpan selimut berbulu halus itu di jok belakang mobil.
Aries mencekal tangan gadis itu, "Pakai, lo bisa masuk angin," katanya.
"Kalau gitu kita pakainya bareng," Sagi melebarkan selimut itu untuk menutupi mereka berdua, di dalam mobil memang tidak seluas itu. Tapi, selimut kecil Aries ternyata cukup untuk mereka berdua.
"Kita mau kemana?" Dengan canggung Sagi bertanya, sekarang, dia terlihat lebih mengontrol dirinya. Tidak petakilan dan manja, dia tahu situasinya sekarang bukan lagi sepupu Aries. Tapi, hanya orang asing.
Aries diam, cowok itu terus fokus pada jalanan di depannya. Tidak memperdulikan pertanyaan Sagi yang sebenarnya adalah pengalihan kegugupan gadis itu.
Mobil Aries akhirnya sampai keperumahan elite dan masuk ke bagasi salah satu rumah, Sagi tahu betul rumah bekas sepupunya itu.
Saat Aries keluar dari mobil, hujan ternyata sudah berhenti. Tapi gadis yang sebelumnya membuat Aries kalang kabut hanya terdiam tanpa mau beranjak keluar.
"Ngapain diam disitu, ayo masuk," ajak Aries saat melihat Sagi duduk diam di kursi penumpang dengan wajah ragu.
"Mama sama Jema belum pulang," Aries paham betul Sagi tidak ingin bertemu siapa-siapa sekarang. Dia tadi sudah menelpon Mama dan adiknya untuk menginap dirumah kakek mereka sementara Aries bersama dengan Sagi.
Sagi mengeratkan selimutnya dengan dan berjalan masuk mengekori laki-laki itu.
"Ganti baju dulu," kata Aries sambil berjalan menaiki tangga, tapi setelah berbalik, dia melihat Sagi malah duduk di sofa.
"Naik, Sagi. Ganti baju, nanti masuk angin," suruh Aries.
"Dimana? Ganti pakai apa?" Tanya Sagi dengan ragu.
"Kamar Jema lah, dimana lagi. Terus lo mau ganti baju dikamar gue?" Tawar Aries.
"Modus!" Sagi sedikit aneh mendengar kata yang barusan dia ucapkan, kalau dikatakan sekarang, kesannya mereka benar-benar asing, bukan lagi keluarga.
"Lo mau pakai baju Jema apa minjam baju gue," tanya Aries lagi saat Sagi mengekorinya naik ke lantai dua.
"Kalau lo nggak keberatan, pakai baju lo aja sih," suara Sagi terdengar ragu dan canggung. Aries berbalik badan, membuat kepala Sagi membentur dada bidangnya yang atletis itu.
"Lo masih sama, Sagi. Lo masih tetep Sagi kakak nya Jema," ucap Aries, Sagi kembali menunduk, matanya tiba-tiba berkaca kaca.
"Ries, gue bukan anak kandung Papa Mama. Gue anak adopsi, gue anak angkat," lirih Sagi terisak, sambil terus menyembunyikan wajahnya.
Aries menghela napas dalam, dengan gerakan cepat, dia tarik tubuh Sagi ke dalam pelukannya. Entah kenapa akhir-akhir ini Aries merasa tenang dengan memeluk Sagi, apalagi melihat keadaannya sekarang. Rasanya kepanikannya akan tenang kalau merengkuh tubuh rapuh gadis di depannya.
"Gue udah tau,"
Sagi mendongakkan kepalanya kaget, Aries sudah tau sejak kapan? Bukannya ini rahasia orang dirumah saja?
"Lo tau?" Tanya Sagi memastikan, air mata yang masih membasahi pipi dan raut wajah kaget membuat Aries ingin sekali mencubit pipi gadis itu. Bagaimana bisa disaat seperti ini dia malah melihat sisi imut Sagi.
"Om Heru udah cerita ke gue pas gue pulang dari Jepang," jelas Aries.
"Yang waktu itu gue mau naik ke kelas 2 SMP?" Aries mengangguk.
"Yang lo ngomong sama gue pakai bahasa Jepang?" Aries membulatkan matanya kaget, Sagi tidak seharusnya membahas hal receh itu saat ini. Bukan waktu yang tepat.
"Ries, kalau lo peluk gini nyaman banget. Anget," ucap Sagi sambil mengeratkan pelukannya pada Aries.
Masalahnya disini, jantung cowok itu langsung berdisko ria. Telinganya menjadi panas saat Sagi balas memeluknya dengan nyaman. Sebelumnya dia tidak mempermaslahkan posisi mereka, tapi saat Sagi berucap, sepertinya iman cowok itu tergores sedikit.
"Udah, udah. Kita bakalan kena flu bareng," Aries mengendurkan pelukan yang nyaman itu dengan terpaksa. Bisa gawat kalau mereka terus berpelukan dengan nyaman seperti ini. Saat melihat wajah Sagi sudah lebih santai, dan bibir gadis itu yang sedikit tersenyum. Itu sudah cukup membuat Aries lega, akhirnya Sagi sedikit teralihkan dari kejadian waktu itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sagitarius with Aries [PROSES TERBIT]
Teen FictionSagitarius itu gadis dengan kepercayaan diri tingkat tinggi untuk mengejar ketua geng ZOAX si Gemini, tapi selalu ditolak. Mereka berakhir bagai tikus dan kucing. Sedangkan Aries, cowok gila olahraga itu tentunya tidak ada kaitannya dengan cerita in...