17

779 126 3
                                    

:

:

:

Undangan.

Seorang gadis duduk disebuah kursi yang tersedia didepan rumahnya, langit oranye yang menandakan matahari akan segera tenggelam. Hembusan anginya yang membuat udara menuadi sejuk disore ini.

Gadis dengan model rambut diatasa bahu itu menikmatai sorenya dengan secangkir teh, dan tangan yang sibuk menggulir ponselnya.

Tidak jarang dirinya terkikik geli melihat beberapa foto yamg bertengker disana, dan juga rasa rindu mengikuti.

Tap tap tap

Suara deru langkah kaki tidak diperdulikan oleh gadis itu, netranya masih fokus akan layar ponsel itu.

"Aku kira kau sudah berubah, Azizi ternyata sama aja," Suara lelaki yang sangatlah familiar itu, mekbaut kepala Azizi dengan cepat menoleh kebelekang, memastikan siapa yang datang

Al-aldo? Batin Azizi.

Aldo ; si pelaku.

Tepat setelah mengatakannya, Aldo melempar sekotak rokok pada Azizi dan langsung ditangkap gadis itu sigap.

Azizi mengambil sebatang rokok dari bungkus tersebut kemudian menyalakannya menggunakan korek.

klik!

Rokok miliknya terbakar dan langsung dihisap, gadis itu menghela napas kemudian mengeluarkan kepulan asap dari mulutnya.

Aldo mengikuti aksinya dengan ikut membakar sebatang rokok miliknya.

Keduanya mengambil beberapa jenak untuk menghisap rokok itu, Azizi masih menunggu Aldo agar mengeluarkan suara.

"Zee, kebencian harus dibalas dengan dendam."

"He'em, tapi sulit. . . ." Tukas Azizi sambil menundukkan kepalanya, tanganya memutar mutar butung rokoknya.

Aldo mendecakkan lidahnya, menatap remeh kearah Azizi. Biasanya dirinya yang memiliki semangat yang mengebu-gebu untuk kembali lagi menghantam 'mereka' berkali-kali.

Namun. . . .tidak untuk kali ini.

"Ayolah Zee, permainan sudah dimulai. Tidak mungkin kau membatalkannya begitu saja?" Suara Aldo tampak sperti sangat-sangat menentang jika permainan dibatalkan.

"Mungkin setelah tahuran kumenangkan, selesai sudah," Pungkas Azizi, lalu ia kembali menghembuskan asap dari mulutnya.

Ting!

| +62xxxxx

|Dia melewati jalan itu.

Baiklah, pekerjaanmu
selesai|

Azizi kembali meletakkan benda pipih itu, tampak wajah yang gelisah dan murung. Jelas itu disadari oleh Aldo.

"Percayalah, dia tidak akan mati," Ujar Aldo.

Between Us [FreSha]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang