18

869 113 3
                                    

:

:

:

momen.

"FREYAA?!"

Marsha langsung membuka lebar pintu kamar sang sahabat kemudian berlari mendekati Freya. Freya tampak terkulai lemas, gadis itu terduduk di kursinya dengan mata terpejam dan kepala yang menunduk.

Tak tega melihat hal itu Marsha menjadi panik, ditambah wajah Freya yang benar-benar pucat dipengelihatannya.

"Freya, Freya. . . . Kamu kenapa, Freya?" Marsha mengguncang pelan tubuh Freya dan menepuk pipi Freya berkali-kali.

Tak ada jawaban. Marsha semakin panik, tubuh Freya panas sementara tepalapak tangannya dingin. Pikiran Marsha melayang kemana-mana, ia tak tahu harus berbuat apa, dirinya benar-benar khawatir dengan Freya.

"Cefio, aku harus panggil cepio," Saat Marsha berbalik badan, tiba-tiba tangannya ditarik oleh Freya. Marsha akhirnya tersentak dan langsung membalikkan badannya semula ke arah Freya, "Freya??"

"Jangan,"

"Hah?" Cengo Marsha.

"Jangan panggil Fiony, tolong.." Lirih Freya, suaranya sangat pelan hampir tak dapat terdengan.

"Freya kamu gapapa" Freya menggeleng, "Badanku. . . .sakit semua, aku," Marsha langsung bersimpuh di hadapan Freya sambil memperhatikan wajah sang sahabat, "Kamu kenapa?"

"Aku keserempet motor, waktu lagi bantuin anak kecil nyebrang." Tuturnya, Marsha membulatkan matanya. "Terus, aku sempat dikeroyok tiga cewe, di simpang. kondisinya bener-bener setelah aku kecelakaan, aku gaada tenaga sama sekali tadi."

Freya menyandarkan tubuhnya lalu menghela napas pelan, "Hari ini, aku sial." Ucapnya, matanya terpejam erat. sejenak Freya kembali membuka matanya, "Tolong tutup pintu kamar, dulu. Marsha" Marsha mengangguk sebagai respon kemudian berlari menutup pintu kamar pintu tersebut tak lupa mengkuncinya.

"Kotak P3K kamu dimana? Aku obatin, sini." Tawar Marsha padanya, matanya mengedar mencari benda yang ia maksud. Freya tersenyum tipis, "Makasih, tapi aku kayaknya mau mandi dulu,"

Freya berdiri, tubuhnya sempat gontai namun kembalu seimbang, "Tapi.." Freya berjalan mendekati Marsha. "Aku butuh bantuan kamu,"

"Iya? Apa?"

Wajah Freya tampak menahan sakit saat ia mencoba menggerakkan punggungnya, ia menunduk sebentar memproses rasa sakit dengan upaya terbiasa lalu kembali menatap Marsha perlahan, "Mandiin aku."

Napas Marsha tercekat, mulutnya terbuka perlahan dengan tatapan yang tampak tegang.

Freya menaikkan tangannya keatas secara perlahan sambil meringis, "Bukain baju aku, tolong," Pinta Freya dengan wajah yang masih kesakitan.

Marsha gelagapan, dam mau tak mau menurut, dirinya menarik ujung kaos Freya ke atas pelan-pelan, hingga nampak perut sehat Freya. Wajar saja dirinya rutin berolahraga setiap akhir pekan, Marsha tak bisa berhenti, ia terus menarik kedua sisi baju kaos Freya hingga terlepas.

Alih-alih menatap tubuh Freya yang sekarang tidak terbalut apapun tersebut, Marsha malah menunduk sambil berpura-pura melipat baju kaos Freya semula. Lalu gadis itu berjalan membelakangi Freya, berniat meletakkan baju kaos yang ia lipat kembali keatas meja.

"Handuk kamu dimana? Tutupin badan kamu dulu pake handuk," Perintah Marsha kepada sang sahabat. Namun disisi lain Freya mengerutkan dahinya, "kenapa?"

"Aishh udah, lupain. . .ayo buruan kamu masuk kamar mandi," Sadar atau tidak Marsha saat ini menggunakan nada yang agak ketus pada sahabatnya sendiri. Hal itu mendadak membuat Freya keheranan. "Kamu marah sama aku?" Tanya Freya pelan, "Hah? Eugh.. gak gitu, maaf, aku cuma,"

Between Us [FreSha]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang