𝐁𝐀𝐁 𝟏𝟑 - 𝐊𝐞𝐤𝐚𝐜𝐚𝐮𝐚𝐧

458 31 5
                                    

✨️Happy Reading✨️

.

.

Sebuah mobil melaju dengan kecepatan sedang membelah jalanan kota Thailand. Namun, hanya keheningan yang tercipta dengan atmosfer yang sangat canggung didalamnya.

Billy melirik kesamping, dimana Babe yang hanya diam memandang keluar jendela mobil. Ia tahu pria mungil itu sedang marah padanya.

Semua bermula ketika Billy mengajak Babe pulang tapi yang diajak tidak mau. Dia bilang masih ingin bertemu kakaknya, padahal Gap sudah diizinkan boleh menemui Babe kapan saja, namun Babe bersikeras tidak ingin pulang.

Akhirnya dengan sedikit paksaan Billy menggendong Babe ala karung beras dan membawa pria itu masuk kedalam mobil. Bukan tanpa alasan Billy melakukan itu, ia hanya tidak suka ketika banyak pasang mata yang menatap Babe dengan kagum, dan tak jarang juga ada yang menatap Babe dengan pandangan lapar.

Sungguh Billy ingin mencongkel mata mereka satu persatu. Posesif? Entahlah. Billy merasa setelah kehadiran Babe perasaannya sedikit menghangat, namun ia selalu menolak perasaan itu.

"Masih mau diam?" akhirnya Billy membuka suaranya. Namun tidak ada jawaban dari Babe.

"Tatap orang yang sedang bicara denganmu, Babe", masih dengan nada tenang ia mencoba mengajak Babe berbicara.

Babe sudah tidak melihat keluar kaca mobil, tapi dia hanya menunduk. Moodnya benar-benar jelek sekarang. Sadar tidak ada jawaban dari Babe, Billy menyuruh Poom untuk menepikan mobilnya sebentar.

"Kemarilah," Billy menarik lengan Babe dan pinggangnya, menuntun Babe untuk duduk diatas pangkuannya, dan dituruti oleh pria manis itu. Billy bisa melihat jejak air mata dari pipi putihnya.

"Jika kau marah padaku setidaknya jangan mendiamkanku, aku tidak suka didiamkan," diusapnya bekas air mata dari pipi mulus pria yang ada dipangkuannya saat ini.

"Aku tidak mendiamkanmu, aku hanya kesal," akhirnya pria mungil itu membuka suaranya setelah beberapa lama bungkam.

"Tapi aku seperti berbicara dengan angin tadi,"

"Ada Poom didepan, kenapa kau tidak berbicara padanya saja?",

Babe mode seperti ini, sungguh menguji kesabaran Billy.

"Kenapa? Kenapa kau menyuruhku pulang. Aku masih ingin bersama Phi Gap. Aku rindu dunia luar, aku rindu kebebasanku, aku tidak ingin hidup dimansion, aku kesepian", Babe mengeluarkan semua yang ia pendam sambil memukul kecil dada Billy, diselingi sebuah isakan frustasi.

"Tidurlah, sebentar lagi kita sampai." Alih-alih menjawab, Billy menahan tangan Babe, dan membawa kepala pria itu bersandar didadanya.

"Aku kesepian dimansion. Hanya ada Bibi Song yang mau menemaniku, sedangkan kau sibuk dengan pekerjaanmu." Gumam Babe diceruk leher Billy. Dari nada bicaranya, sepertinya Babe sudah mengantuk karena kebanyakan menangis. Setelahnya terdengar dengkuran halus dari mulutnya.

Billy terdiam sambil sesekali jemari panjangnya mengelus kepala Babe.

"Bos, apa aku boleh bertanya?", Tiba-tiba sebuah suara sedikit mengagetkan Billy. Dia lupa jika Poom ada bersama mereka.

"Apa Bos mulai menyukainya?" tanya Poom dengan mantap. Dia sudah ingin menanyakan hal ini dari jauh-jauh hari. Karena dia merasakan perubahan yang cukup drastis dari bosnya. Mulai dari banyak tanda kissmark dileher yang Poom paham sekali bahwa bosnya itu tidak suka orang lain menyentuh tubuhnya, tidak pernah ingin menginap di markas, dan yang paling mencolok adalah akhir-akhir ini dia sering melihat bosnya itu tersenyum setelah bertemu dengan Babe.

𝐀 𝐇𝐞𝐚𝐥𝐢𝐧𝐠 𝐖𝐨𝐮𝐧𝐝 [𝐁𝐢𝐥𝐥𝐲 𝐁𝐚𝐛𝐞]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang