✨️Happy Reading✨️
.
.
“Tidurlah di kamarku,”
Tidak ada jawaban dari Babe. Jujur, Babe masih kesal dengan Billy, kemudian ia melepaskan genggaman Billy dan berjalan kearah kamarnya.“Ada yang ingin aku bicarakan padamu,” Babe menghentikan langkahnya, melirik Billy yang berdiri membelakanginya. Dengan helaan nafas panjang, ia berbalik dan berjalan meuju lift ke lantai tiga diikuti Billy.
Saat ini mereka berdua sudah didalam kamar Billy. Posisi mereka duduk ditepi ranjang dengan saling membelakangi satu sama lain. Tidak ada percakapan diantara keduanya.
“Apa yang ingin kau bicarakan?”, setelahnya ia merasakan Billy memeluknya dari belakang. Billy menyandarkan dagunya dipundak Babe dan mengeratkan pelukannya.
“Maafkan aku,” dua kata yang keluar dari mulut Billy membuat Babe bingung harus bereaksi seperti apa.
Babe membalikkan badannya menatap jauh kedalam mata Billy. Jika biasanya mata itu selalu memancarkan sorot yang terkesan dingin, namun sekarang hanya ada sorot mata yang menyimpan banyak luka.
“Ingin berbagi beban yang kau punya denganku?”, tanya Babe pada Billy, namun Billy hanya diam dan menggenggam tangan Babe kemudian menciumnya.
“Mungkin ini sedikit melewati batasanku. Tapi jika kau tidak punya seseorang untuk tempat kau bercerita kau bisa bercerita padaku. Tatapan matamu tidak bisa berbohong bahwa kau sedang tidak baik-baik saja. Berhentilah bersikap keras pada dirimu sendiri, cobalah untuk lebih terbuka atas masalah yang selama ini kau pendam. Itu akan membuatmu merasa lebih baik,” Babe balas menggenggam tangan Billy sambil memberikan usapan-usapan menenangkan.
Babe paham sekali pasti ada penyebab mengapa Billy menjadi pria yang keras seperti sekarang. Itulah yang membuat Babe merasa tertarik untuk mencoba meluluhkan hati mafia dingin itu.
“Peluk aku,” ucap Billy dengan cepat.
“Hah?”
“Peluk aku,” ulang Billy lagi. Babe mendekat kearah Billy berdiri menggunakan kedua lututnya untuk memeluk kepala Billy. Jemari lentiknya menyisir dengan lembut rambut pria yang dipeluknya itu.
Billy memeluk pinggang Babe dengan erat dan menempelkan pipinya pada dada Babe. Irama detak jantung Babe begitu menenangkan baginya.
Saat ini posisi mereka saling memeluk dengan Billy yang memeluk Babe dari belakang, dan menjadikan lengannya sebagai bantalan pria manis itu.
“Tuan,” Panggil Babe yang disahuti oleh Billy.
“Apa kau tahu? Selama kau mendiamkanku banyak yang aku fikirkan, bagaimana jika kau sudah mulai bosan padaku, bagaimana jika kau sudah tidak membutuhkanku lagi, kau begitu jahat saat itu,”
“Billy mencium pipi Babe, maafkan aku. Aku tahu aku sudah keterlaluan,”
“Tuan,”
“Hm?,”
“Apa aku boleh bertanya sesuatu?”,
“Tanyakan saja apa yang ingin kau tanyakan,” Billy semakin mempererat pelukannya.
“Kenapa setiap tidur sendirian, kau selalu mengigau. Apa yang kau mimpikan?”,
“Kau begitu ingin tahu?” tanya Billy dan mendapat anggukan dari pria yang lebih kecil.
“Aku hanya penasaran, karena aku pernah melihatmu menangis dalam tidurmu,” ingatan Babe berputar pada kejadian waktu itu.
“Selama 4 tahun, aku selalu dihantui mimpi yang sama. Mimpi itu adalah bayang-bayang dimasa lalu. Karena kecerobohanku, aku harus kehilangan wanita yang aku sayangi.”
Mendengar kata wanita yang Billy sayangi, ada sedikit rasa sesak yang Babe rasakan. Tanpa sadar Babe menggenggam jemari Billy dengan erat. Sadar akan apa yang dipikirkan Babe, Billy sedikit tersenyum.
“Kakak perempuanku, lebih tepatnya kakak angkatku. Semenjak aku memutuskan kabur dari rumah dan hidup sendiri, aku bertemu dengannya. Dia perempuan yang sangat baik dan lemah lembut. Tapi sayangnya harus mempunyai suami yang sangat keras dan suka bersikap kasar. Suaminya mempunyai profesi yang sama denganku. Dia selalu mendapatkan kekerasan fisik dan batin dari suaminya, bahkan dalam kondisi hamil sekalipun,” Babe merasakan hatinya ikut sakit mendengar apa yang dialami kakak Billy.
“Hingga aku dan suaminya terlibat perkelahian karena aku ingin membawanya pergi bersamaku. Setidaknya aku bisa menjaganya hingga bayinya lahir ke dunia.
Namun, dia tertembak oleh bawahan suaminya, dan meninggal bersama bayinya.Billy terdiam sejenak, ingatannya berputar pada kejadian saat ia melihat ibunya tertabrak dalam keadaan hamil. Dengan gerakan reflek Billy memeluk Babe dengan begitu erat.
“Tidak perlu kau lanjutkan, maafkan aku jika itu membuatmu mengenang kejadian buruk itu,” Babe membalikkan badannya, dan mengelus dagu Billy.
“Tidak apa-apa, akan kulanjutkan,” Billy mencium mesra jari milik Babe.
“Karena kejadian itu, aku tidak bisa memaafkan diriku sendiri seumur hidupku,” suara Billy terdengar bergetar. Babe memeluk Billy sambil membisikkan kata-kata penenang.
“Tapi aku tidak pernah dihantui mimpi itu lagi semanjak kau tidur disampingku Babe,” ucap Billy saat pelukan mereka terlepas.
“Apa tadi kau memimpikan itu lagi?” Billy menganggukkan kepalanya dan memeluk Babe kembali.
Babe melepaskan pelukan mereka, dan menangkup pipi Billy dengan tangannya. Satu kecupan Babe berikan dipipi Billy.
“Kau ingat pertemuan pertama kita saat dimakam dekat sungai?,”
Babe mencoba mengingat kapan ia bertemu dengan Billy pertama kali, pantas saja saat pertemuannya di club saat itu seperti bukan pertemuan mereka yang pertama.
“Kau ingat laki-laki yang kau berikan plester luka? Itu aku,”
Sekarang Babe sudah ingat. Billy adalah pria tinggi yang menghadangnya dipintu masuk saat itu.
“Aku ingat, lalu?”
“Saat itu aku sedang mengunjungi makam kakakku. Aku selalu kesana setiap minggu dan selalu meminta maaf padanya. Aku berharap dia sudah memaafkanku meski kurasa aku tidak termaafkan,”
Mendengar hal itu, Babe memposisikan tubuhnya, dan pandangan mereka bertemu. Babe merasa kasihan dengan Billy, dia membayangkan begitu tersiksanya Billy selalu dihantui rasa bersalah selama 4 tahun.
“Jangan terus menerus menyalahkan dirimu, jika kau terus seperti ini kakakmu tidak akan tenang. Aku yakin, kakakmu bangga disana karena adik kesayangannya sudah mampu bertahan sejauh ini.”
“Karena sekarang aku ada disini, tidurlah, aku akan memelukmu,” sambung Babe kembali.
“Ingin menghiburku?,” tanya Billy dengan menatap mata dan bibir Babe secara bergantian.
“Caranya?” tanya Babe dan mendapatkan tatapan mencurigakan dari Billy
“Aku merindukanmu, Babe,”
.
.
Tbc
Ringan dulu lah ya konfliknya. Sebelum nanti nangis bombay lagi. Udah siap belum?
.
✨️Jangan lupa Vote dan komen✨️
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐀 𝐇𝐞𝐚𝐥𝐢𝐧𝐠 𝐖𝐨𝐮𝐧𝐝 [𝐁𝐢𝐥𝐥𝐲 𝐁𝐚𝐛𝐞]
FanfictionBilly Patchanon Ounsa-ard, merupakan seorang mafia kejam tak mengenal kata ampun. Ia tidak segan untuk membunuh siapapun yang mencoba menghalanginya. Ber tempramen buruk dan bengis. Tidak percaya dengan "cinta". Disebuah tempat yang sepi, dia tidak...