𝐁𝐀𝐁 𝟐𝟐 - 𝐒𝐞𝐛𝐮𝐚𝐡 𝐅𝐚𝐤𝐭𝐚

348 43 14
                                    

✨️Happy Reading✨️
.
.


Ketua Enigma itu mulai menarik pelatuk pistolnya,

"Bos!"

Dor!
Dor!

Great mendorong tubuh Billy hingga keduanya berguling di tanah bersamaan dengan ketua Enigma tersebut tertembak dibagian jantung serta kepala belakangnya dan tewas ditempat. Sipelaku penembakan tak lain adalah Poom. Beruntung Poom dan Great datang tepat waktu bersama anak buahnya.

"Bos, kau tidak apa-apa?" Tanya Great dengan sedikit panik.

Sedangkan Billy sudah sadar dari lamunannya, kemudian mengedarkan pandangannya. Tidak ada siapa-siapa disana. Sepertinya ia berhalusinasi melihat Babe tadi.

"Aku tidak apa-apa. Terimakasih," ucapnya kemudian bangkit dan sedikit menepuk pundak Great.

Great menatap heran kepada Bosnya. Seumur hidup ia bekerja dengan Billy ini baru pertama kali Bosnya mengucapkan terimakasih. Sepertinya bosnya itu sudah banyak berubah. Senyum simpul ia tunjukkan kemudian menyusul Billy berjalan dibelakangnya.

Saat ini luka Billy sedang diobati oleh dokter pribadinya yang ada di Australia. Dia mendapat beberapa luka jahitan dipundaknya karena luka yang ia dapat sangatlah dalam.

"Atur kepulangan kita ke Thailand Poom, aku harus menlanjutkan mencari Babe,"

"Tapi Bos, kondisimu belum pulih. Kata dokter kau tidak boleh banyak bergerak apalagi jahitanmu masih basah,"

"Kau melanggar perintahku?!"

"Baiklah, akan saya atur jam keberangkatan kita sore nanti,"

"Aku ingin 1 jam lagi," Billy memang keras kepala. Poom tidak mau berdebat dengan Bosnya itu.

.
.

Sementara di sebuah restoran, Babe sedang makan berdua dengan Heng. Bermula dari Heng yang mengajak Babe untuk makan siang bersama. Hungan Babe dengan Heng semakin akrab.

"Babe kau semakin berisi saja," ucap Heng yang memperhatikan perubahan pada Babe.

"Apakah aku terlihat jelek?",

"Tidak, kau berkali-kali lipat lebih cantik,"

"Aku laki-laki Phi,"

"Laki-laki yang cantik,"

Mereka berbincang-bincang dengan diselingi canda tawa. Sudah lama Babe tidak merasakan tertawa lepas dan hidup se bebas ini. Apalagi menurutnya, Heng adalah sosok laki-laki yang perhatian. Tutur katanya yang lembut membuat Babe merasa nyaman.

Hari sudah menjelang sore, mereka saat ini berada di taman dekat kota yang sudah sepi. Babe meluruskan kakinya sambil menunggu Heng yang izin untuk membelikannya minuman.

Karena sedikit merasa pegal, ia memukul-mukul kakinya pelan untuk memberikan sedikit pijatan disana.

"Apa kau lelah?", Heng berjongkok dan memijit kaki Babe pelan setelah memberikan minuman yang ia belli kepada Babe.

"Eh Phi? Tidak perlu aku bisa melakukannya sendiri," tolak Babe yang merasa tidak enak.

"Tidak apa-apa. Ini bukan hal yang sulit. Kau pasti lelah," dengan pijatan-pijatan lembut Babe bisa merasakan kakinya sedikit lebih baik.

𝐀 𝐇𝐞𝐚𝐥𝐢𝐧𝐠 𝐖𝐨𝐮𝐧𝐝 [𝐁𝐢𝐥𝐥𝐲 𝐁𝐚𝐛𝐞]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang