"Kita bertemu lagi, Babe Tanatat".
"Kenapa diam saja? Kemarilah. Penampilanmu saat ini begitu menggoda dipandanganku?".
Babe memejamkan matanya, rasanya ia ingin menyumpal mulut pria brengsek ini.
"Sejauh apapun kau lari dariku, tetap mudah untukku menemukanmu". Billy mendekat dengan posisi mengungkung tubuh Babe dari belakang. Bisa ia hirup aroma yang memabukkan dari tubuh pria yang lebih kecil darinya. Leher jenjang, kulit putih mulus, benar-benar sempurna.
"Tataplah orang yang sedang berbicara denganmu", sambungnya lagi dan membalikkan badan Babe dengan paksa.
Seketika Babe memalingkan mukanya.
Sebenarnya jantung Babe berdetak dengan kencang saat ini. Posisi ini terlalu intim untuknya. Bagaimana dirinya yang tenggelam diantara tubuh tinggi dan besar pria yang berada didepannya. Namun sebisa mungkin Babe menahan degupan jantungnya."Tatap aku Babe", satu fakta lagi yang Billy temukan dari sosok Babe, yaitu keras kepala.
Billy mengangkat dagu Babe pelan, agar Babe menatapnya, mengelus lembut dagu runcing itu dengan ibu jarinya. Terjadi keheingan beberapa saat, hingga pria yang lebih kecil bersuara.
"Apa yang kau inginkan dariku?", tanya Babe dengan lirih.
"Tubuhmu", bisik Billy membuat Babe melebarkan matanya.Babe menampar Billy dengan cukup keras. Hanya Babe yang berani menampar seorang Billy.
"Kau memang pria brengsek! Apa aku terlihat serendah itu dimatamu?", marah Babe dengan mata yang berkaca-kaca.
Billy yang mendapat tamparan itu berdecak sinis.
"Sama seperti yang pernah kubilang padamu, harga dirimu saja bisa kubeli. Itu semua terlihat mudah untukku. Dan aku tidak pernah menerima yang namanya penolakan". Tangan Billy menelusuri leher Babe yang ter ekspose.
"Aku lebih baik mati daripada harus mengabulkan keinginan gilamu itu", ucap Babe menampik jemari Billy, dan hendak berbalik membuka pintu.
"Babe Tanatat, putra tunggal pasangan Pon dan Bua. Yatim Piatu yang harus hidup untuk melunasi hutang-hutang ayahnya kepada seorang rentenir. Bukankah ia laki-laki yang menyedihkan?". Terlihat raut kepuasan dari Billy setelah mengatakan kalimat itu. Dimana letak hatimu Billy?
Babe berbalik menatap Billy dengan tatapan tidak percaya. Bagaimana ia tahu kehidupan pribadinya?
"Ingin membuat penawaran? Aku akan membayar semua hutangmu jika kau mau menyerahkan seluruh hidupmu padaku. Bukankah itu sederhana?".
"Dalam mimpimu". Satu tendangan cukup kuat Billy dapatkan dibagian selangkangannya. Sepertinya Babe sudah mempunyai jurus andalan sekarang.
"Shit!". Umpat Billy dengan ekspresi kesakitan. Baru kali ini harga dirinya sebagai seorang mafia tercoreng. Mendapat tamparan dan tendangan dalam waktu yang hampir bersamaan sungguh melukai harga dirinya.
Babe langsung keluar ruangan itu. Berlari meninggalkan Billy. Ia ingin pergi dari sini, sungguh ia muak.
Saat sedang berlari tak tentu arah dimension itu, ia tak sengaja menabrak seorang maid yang terlihat sudah berumur."M-maafkan aku nona,". ucap Babe hendak pergi namun ditahan oleh maid tersebut.
"Tidak apa-apa. Tunggu, apa anda menangis?" tanya maid itu dengan nada lembut. Yang hanya dibalas oleh gelengan kepala oleh Babe.Maid tersebut melihat tampilan Babe dari atas hingga bawah. Seketika ia paham.
"Apa anda adalah orang yang dimaksud oleh Tuan Billy?". Tidak ada jawaban dari Babe.
"Ayo ikuti aku. Sepertinya anda sedang tidak baik-baik saja. Anda bisa bercerita padaku. Ini sudah sangat larut." Maid itu menarik tangan Babe untuk ikut dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐀 𝐇𝐞𝐚𝐥𝐢𝐧𝐠 𝐖𝐨𝐮𝐧𝐝 [𝐁𝐢𝐥𝐥𝐲 𝐁𝐚𝐛𝐞]
FanfictionBilly Patchanon Ounsa-ard, merupakan seorang mafia kejam tak mengenal kata ampun. Ia tidak segan untuk membunuh siapapun yang mencoba menghalanginya. Ber tempramen buruk dan bengis. Tidak percaya dengan "cinta". Disebuah tempat yang sepi, dia tidak...