25. GETTING FURTHER

304 10 0
                                    

Happy Reading!
.
.
.

Baik siswa maupun siswi mulai berlarian menuju kantin ketika bel istirahat berbunyi, mereka berdesak-desakkan untuk mengantri dan juga memilih meja untuk mereka duduk.

Sama hal-nya dengan kelima inti Alvagoz yang kini tengah duduk di meja paling belakang menunggu pesanan mereka datang. Ralat, sebenarnya kelima inti Alvagoz dan Karin yang dimana saat bel istirahat berbunyi perempuan itu langsung menghampiri kelas Rezvan dan mengajaknya untuk ke kantin bersama.

Berita pertunangan Rezvan dan Karin tentunya banyak diketahui orang, karena mereka tentu tidak lupa siapa Rezvan dan siapa Karin. Pertunangan mereka memang tidak di sembunyikan, keluarga mereka adalah keluarga kalangan atas, 'orang kaya bebas' itulah prinsipnya bukan?

Orang-orang di kalangan atas bertindak sesuka hatinya karena mereka memiliki uang, mereka bisa membeli apa yang mereka mau dengan uang. Namun semua itu tidak seperti yang dilihat, setiap masing-masing mempunyai masalah yang belum tentu orang itu merasakannya. Sama halnya dengan lelaki berusia sembilan belas tahun itu.

Rezvan adalah orang terpandang, siapa yang tidak kenal dengan Rezvan? Dia itu sempurna, seperti yang dikatakan banyak orang, namun dibalik semua yang dia miliki, nyatanya dia tidak bisa mencapai satu keinginannya.

Liona. Satu kata itu yang terucap dalam hati saat Rezvan memandang gadis itu dari jauh, tapa di sadari siapapun bibir Rezvan terangkat membentuk senyum tipis kala melihat Liona yang tertawa bersama teman-temannya disana.

Rezvan terus memandangnya tanpa berniat membalas celotehan dari perempuan di sampingnya.

"Van mau kan?"

"Sayaaang ihh!"

TING

Karin yang sudah kesal sedari tadi membanting sendok makannya, tidak keras namun berhasil mengalihkan atensi sebagian orang.

"Miris" kata Althar sinis, dia merasa senang melihat gadis itu di abaikan.

"Apa sih? Risih tau ga lo!" Balas Karin tak kalah sinis.

"Masih pagi gausa ribut" sela Arfan meredakan situasi, takut mereka berdua malah benar-benar ribut.

"Temen lo yang cari ribut sama gue" Althar memutar bola matanya malas mendengar ucapan cempreng yang terlontar dari perempuan itu.

Althar sudah muak dengan perempuan yang notabe-nya adalah tunangan dari bosnya itu, Jangankan melihatnya, mendengarnya saja serasa ingin memusnahkan orang itu dari muka bumi. Ayolah, perempuan itu yang sudah merusak hubungan kedua sahabatnya, maka dari itu Althar sangat membencinya.

Karin kembali menatap Rezvan, "Rezvan gimana? Mau kan hari ini temenin aku belanja?"

"Gak" jawab Rezvan begitu singkat membuat Karin mengepalkan tangannya menahan kesal.

"Kenapa gak bisa? Temenin aku sebentar aja ya?"

"Gue ada urusan" ucap Rezvan lalu melenggang pergi, keempat cowok itu menertawakannya, malang sekali gadis itu di tinggalkan begitu saja.

"REZVAN! POKONYA KAMU HARUS TEMENIN AKU!" teriak Karin yang di dengar semua orang termasuk di dengar oleh Liona dan Eliza yang tak jauh dari sana.

Mereka berdua menertawakan Karin yang mencak-mencak tak jelas. "Kenapa tuh nenek lampir?" Tanya Eliza di sela tawanya

Liona mengangkat bahunya acuh, "kesurupan kali" mereka berdua terkekeh geli.

<♡>

Bangsat. Satu kata yang menggambarkan isi hati Rezvan saat ini. Kenapa? Karena sekarang ia tengah membonceng Karin yang begitu santainya melingkarkan tangan di pinggangnya dan menyandarkan dagu di pundaknya.

Ingat perihal Karin yang ingin di temani belanja? Ya, saat ini Rezvan menemaninya belanja, bukan karena ia ingin, namun karena Ayahnya yang menelpon dan menyuruhnya untuk menemani Karin, bahkan ayahnya itu kembali mengancamnya, Pasti ini ulah Karin yang mengadu pada ayahnya.

Tidak, Rezvan bukan kalah, tapi dia mengalah demi melindungi gadis yang di sayanginya.

Motor sport berwarna hitam itu berhenti di sebuah mall elit yang pasti isinya barang-barang branded dan tentu sangat mahal.

Karin turun dari motor tinggi itu, "sayang temenin aku spa ya, gapapa kan?"

Rezvan hanya mengangguk dan berjalan duluan, dia bukan mengangguk begitu saja, namun anggukan itu hanya pencitraan di depan mata-mata ayahnya. Rezvan tahu jika salah satu mata-mata ayahnya sedang mengawasi mereka, melihat cara orang itu mengikutinya sejak awal hingga saat ini orang itu masih duduk diam di motornya mengawasi mereka berdua.

"Gue disini" ucapan Rezvan membuat Karin mengernyit heran melihat Rezvan yang duduk di sofa yang tersedia di salah satu restaurant di mall itu.

"Kamu mau tunggu disini? Aku kan bakal lama kamu ikut aku aja kedalem" ajaknya meraih tangan Rezvan

"Gue tunggu disini"

"Tapi aku bakal lama Rezvan, nanti kalo kamu bosen gimana? Atau jangan-jangan kamu mau kabur ya?! Ya kan ngaku! Aku gamau tau pokonya kamu harus ikut ak-"

"Anjing! Bisa diem ga lo? Udah berapa kali gue bilang, lo budeg hah?!"

"Rezvan aku cuman mau kita lebih deket" ujar Karin menahan emosinya agar tidak mengumpati cowok itu.

"Lo pikir dari awal gue mau sama lo?" Rezvan tertawa remeh, "jangan harap, gue mau karena terpaksa!"

"Kenapa sih kamu gabisa buka hati buat aku? Apa karena cewek sialan itu? Aku bisa bilangin papa kalo kamu masih berhubungan sama cewek murahan itu!"

Dengan amarahnya Rezvan mencengkram kuat kedua pipi Karin dengan kasar, "berapa kali gue bilang, lo sebut cewek gue, lo gak akan tenang seumur hidup" setelah mengatakan itu Rezvan menyentak wajah Karin dengan kasar, tidak peduli jika perempuan itu akan kesakitan.

"Lo!" Karin menunjuk Rezvan tepat di depan wajahnya, "gue gak akan tinggal diam Rezvan!" Karin pergi meninggalkan Rezvan begitu saja, masa bodo dengan niatnya yang tadi datang ke mall untuk berbelanja dan memanjakan diri di spa, sekarang dirinya harus membalaskan dendamnya pada perempuan yang menjadi penyebab semua masalah ini.

'Gara-gara lo Liona!'

<♡>

"Aku gabisa Al, semuanya terlalu cepat untuk aku"

"Percaya sama gue, lo pasti bisa lupain semuanya, liat ke depan gue yakin lo bisa Na, masih banyak cowok yang lebih baik dari dia"

"Tapi Al aku selalu pura-pura kuat waktu liat Eza, aku berusaha nahan biar aku gak nangis waktu tatapan sama dia, aku berusaha tegar di hadapan dia"

Alga menghampiri Liona dan mendekapnya ke dalam pelukan, "gue yakin lo bisa lewati semuanya, lo kuat Liona"

Liona membalas pelukan Alga, menumpahkan tangisnya di pundak lelaki itu. Ternyata Liona tidak berubah, dia hanya menguatkan dirinya di hadapan semua orang, berusaha bersikap layaknya orang yang tidak peduli dengan sekitar, merubah cara bicaranya dan juga sikapnya, semua itu tidak akan bisa merubah Liona yang sebenarnya.

Semua perkataan yang telah menyayat hatinya hanya saja merubahnya diluar, nyatanya perkataan orang-orang tidak bisa mengubah dirinya seenaknya, Liona tetaplah Liona.

'Nyatanya hati ini masih menyimpan namanya, nyatanya dia masih mengisi hatinya, nyatanya dia mencintainya sekaligus membencinya. Dia, seseorang yang amat di percayainya kini telah pergi, meninggalkan semua kenangan indah"

<tbc>

See u everyoneeeee💗

REZVAN : Better TogetherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang