Saat itu adalah malam bulan purnama lainnya.
Di balik layar sutra di loteng bertingkat, lilin menetes perlahan, menyorot sepasang bayangan yang bergabung menjadi satu.
Chen Rong berdiri dengan linglung di bawah pohon beringin sembari mengamati tanpa bergerak pasangan itu berpelukan satu sama lain, tanpa disadari bibirnya terkatup rapat.
Di bawah cahaya lampu yang menyala, suara tawa terus menerus terdengar. Suaranya riang dan ceria, seolah-olah rasa sakit tidak pernah ada di dunia ini, seolah-olah itu adalah kecemerlangan bunga musim semi itu sendiri.
Tiba-tiba terdengar suara lembut di belakangnya: "Jadi itu kau? Bukankah Yang Mulia telah meninggalkanmu? Mengapa kau masih di sini? Oh, benar, atas permintaanmu yang penuh air mata, dia setuju untuk membiarkanmu tinggal beberapa hari lagi."
Bersamaan dengan kata-kata kejam itu terciumlah aroma harum. Sosok mungil kini berdiri di samping Chen Rong. Ia mengikuti arah pandangan Chen Rong, dan ketika melihat sepasang bayangan yang menyatu di loteng bertingkat itu, bibirnya membentuk garis tegas.
Meskipun matanya dipenuhi rasa cemburu, dia menjadi senang melihat Chen Rong berdiri dalam keadaan linglung. Tawanya yang lembut terdengar lagi: "Ya ampun, bukankah itu sepupumu? Kau melakukan segala cara yang mungkin untuk menyingkirkannya sehingga Yang Mulia akan mengambilmu sebagai istrinya. Kau pasti tidak berpikir bahwa apa yang bukan milikmu tidak akan pernah menjadi milikmu dan bahwa suatu hari sepupumu akan tetap kembali untuk mengambil apa yang menjadi miliknya."
Wanita cantik itu mendecakkan lidahnya dan tersenyum. “Merencanakan segala macam perhitungan hanya untuk dibuang. Ah Rong dari keluarga Chen, jika aku jadi kau, aku akan membakar diriku sendiri untuk menghapus semuanya!”
Dia melontarkan kalimat demi kalimat, agresif dan kejam. Namun, betapa pun mengejek dan menyindirnya, lawan di depannya tidak pernah mengucapkan sepatah kata pun. Pada saat ini, Chen Rong yang selalu suka bertengkar tampaknya telah menjadi orang yang sama sekali berbeda. Dia hanya menatap bayangan yang saling terkait di balik layar, tanpa bergerak dan dengan wajah pucat.
Karena tidak mendapat tanggapan, wanita cantik itu tertawa. “Oh, benar juga, kudengar setelah Yang Mulia menikahimu, dia tidak pernah menyentuhmu sekali pun. Ck, ck, ck, sungguh disayangkan Ah Rong yang terkenal cantik dan berbakat dari keluarga Chen. Yang Mulia selalu meremehkanmu!”
Kata-katanya seperti pedang yang menguras darah dari jantung Chen Rong.
Dengan suara gemerisik, Chen Yong yang berdiri linglung tiba-tiba berbalik.
Di matanya yang tak bernyawa, ada kesuraman yang menakutkan. Saat dia melihat tatapannya, wanita cantik itu tidak dapat menahan diri untuk mundur ke belakang.
Chen Rong melangkah ke arahnya.
Tercengang, dia mundur sambil tergesa-gesa menuntut: “Kau… apa yang ingin kau lakukan?”
Chen Rong menghadapi wanita yang panik itu dengan senyum dingin. Tanpa disadari, dia telah memaksanya untuk kembali menempel pada pohon beringin.
Saat teriakan wanita itu terdengar, hanya cahaya dingin yang melintas. "Buk," sebuah belati telah melesat melewati rambutnya dan menancap kuat di pohon, sedalam tiga inci.
Wanita cantik itu menjerit menakutkan.
"Diam!" gerutu Chen Rong dengan geraman penuh niat membunuh. Wanita itu menggigil dan benar-benar menutup mulutnya.
Chen Rong menatapnya. Di bawah sinar bulan, matanya gelap dan dalam seperti serigala.
"Awalnya," katanya dingin, "aku ingin membunuhmu. Tapi setelah dipikir-pikir, kau cukup mahir berpura-pura bahwa kau selalu berhasil menarik perhatiannya. Jika aku membiarkanmu tetap hidup, aku masih bisa membuat sepupuku itu sakit hati."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Bewitching Courtier (Mei Gongqing)
Ficção Histórica[Dropped] Author: Lin Jiacheng Setelah membakar dirinya sampai mati, Chen Rong akhirnya terbangun dalam dirinya yang berusia 14 tahun di masa lalu. Berlatar belakang era Jin Timur saat para birokrat dan ide-ide mereka yang luhur namun sama-sama muna...