(33) Hari Perpisahan

74 25 20
                                    

Happy weekend
Jangan lupa vote dan komennya ya....

Yogyakarta,
Pertengahan 2018

April, Mei, dan Juni. Semua hari di bulan itu hanya ada kata membosankan. Detik-detik perpisahan, hatiku merasa kosong. Perasaanku sudah divonis bertepuk sebelah tangan oleh semesta. Jadi aku tidak bisberbuat apa-apa, bahkan untuk mencegah kepergian Kak Juna.

Aku mengintip ponsel Mas Fatur yang baru saja mengirim fotoku memegang piala ke nomor orang-orang rumah di Jakarta. Semester ini aku mendapatkan juara kelas. Memang sedikit puas telah mendapatkan prestasi ini. Apalagi membuat orang tuaku bangga. Tapi tetap saja aku tidak bisa mengejar level Kak Juna. Dia bahkan sudah dinyatakan lolos seleksi beasiswa kuliah di Jepang bulan ini.

"Ngomong-ngomong, kamu mau berikan itu ke seseorang sebelum pulang?" tanya Mas Fatur menunjuk paperbag yang ada di genggamanku.

"Ng...ini untuk Mas Awan. Dia masih sibuk foto sama teman-temannya, kayaknya aku kasih langsung di rumah aja," culasku. Seseorang yang aku tuju sebenarnya adalah Kak Juna. Aku ingin memberikan hadiah kelulusan padanya, sekaligus menjadi pemberian terakhir sebelum dia pergi jauh. Hanya saja, aku merasa sikapku makin tidak wajar padanya. Aku bukan siapa-siapa untuknya dan tidak punya alasan memberikan dia hadiah selain mewakili perasaanku padanya. Aku tidak boleh terlihat seakan-akan begitu terobsesi dicintai balik olehnya.

Saat aku berbohong pada Mas Fatur, lagi-lagi Kak Juna selalu menghampiriku. Mas Fatur pun pamit mengeluarkan mobil dulu dari parkiran setelah Kak Juna memanggilku. Jantungku makin berdegup melihat penampilan Kak Juna hari ini memakai toga lengkap. Andai saja aku berani mengajaknya foto bersama untuk kenang-kenangan.

"Pak Kuswanto ngundang kamu buat datang ke rumahnya nanti malam," pesannya.

"Oh. A-ada acara apa, Kak?" tanyaku gagap.

"Dia mau ngadain pesta kecil untukku."

"Ah, pasti karna Kak Juna lolos beasiswa ya?"

"Ada Awan juga kok. Kamu boleh ngajak temanmu yang lain. Biar tambah rameh."

Aku lantas mengangguk. Ini kesempatan untukku menambah momen lagi bersamanya. Kak Juna lalu kembali bergabung bersama teman-teman sekelasnya. Sesingkat itu. Padahal aku berharap dia datang padaku dengan maksud lain.

🌻🌻

Malam pun tiba. Aku juga mengajak Tirah dan Rui. Tirah paling semangat karna dia ingin bertemu Cakra, tambatan hatinya selama ini.

Pesta kecil itu diadakan di depan perpustakaan kampung. Kebanyakan yang datang adalah anak-anak yang sering mengunjungi perpustakaan. Beberapa dari teman sekelas Kak Juna. Ada Pak Kuswanto dan istrinya. Aku tidak melihat ada kedua orang tua Kak Juna, hanya Dinda yang datang. Dafa rugi sekali kembali ke pesantren buruh-buruh.

JUNA dan JOGJA [END]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang