*Buat kalian, bonus 3 bab untuk update pertama kali....🤗
Selain membosankan dan membuat pusing, pelajaran matematika adalah obat tidur paling mujarab bagiku.
🌻
🌻
Yogyakarta, 29 November 2017
"Kenalin, namaku Rui. Kamu adek iparnya Mbak Ayu yo?" tanya siswi yang memiliki tahi lalat kecil di pipi kanannya. Wajahnya sangat cantik sempurna. Membuatku ragu dia ingin berteman denganku. Namun senyum manisnya itu membuatnya tampak tulus.
"Kita berdua satu kampung loh sama Mbak Ayu." Tirah—siswi yang duduk satu bangku denganku pun ikut menimpali.
Agar terkesan ramah, aku juga menanyakan ketertarikan mereka di kelas bahasa. Topik yang mudah untuk memulai percakapan dengan lawan bicara.
"Aku ingin punya public speaking yang baik. Cita-citaku jadi reporter. Itulah kenapa aku tertarik masuk bahasa," sahut Rui di seberang meja kami berdua.
"Kalo aku nggak suka pelajaran IPS maupun IPA, makanya masuk bahasa," timpal Rui.
Aku terkagum-kagum dengan jawaban Rui yang sudah menentukan cita-citanya. Kalau Tirah terkesan tidak mau repot. Sama. Aku juga tipe orang yang tidak mau ambil pusing. Tapi tanpa alasan selalu pusing sendiri.
"Kalo kamu, Fris?" tanya Rui padaku. Tentunya aku juga harus punya jawaban sendiri.
"Aku suka menulis, jadi aku masuk kelas bahasa."
“Apa yang kamu tulis? Novel kah?” timpal Tirah
“Aku cuma bisa menulis puisi,” jawabku.
“Cuma kamu bilang? Ndak semua bisa menulis puisi,” kata Rui.
"Di sekolah kita ada klub sastra. Kamu bisa ikut klub sastra kalo kamu suka menulis puisi," celetuk Tirah.
"Benarkah?" seruku.
Tirah dan Rui hanya mengangguk. Kesan pertamaku pada Rui dan Tirah begitu positif. Aku bahkan tidak pernah langsung seakrab ini dengan seseorang yang baru aku kenal dan berinisiatif untuk lebih banyak bertanya.
🌻🌻
Pada jam istirahat, mereka menggiringku ke perpustakaan. Gilanya, aku langsung memborong lima novel untuk dipinjam. Mumpung kartu perpustakaanku masih kosong, jadi apa salahnya.
"Maaf, Mbak. Tapi maksimal cuma bisa pinjam tiga," jelas wanita dengan kacamata yang merosot sampai ujung hidungnya yang pesek. Penjaga perpustakaan itu menyuruhku untuk memilih tiga novel yang hanya bisa dipinjam.
Eh, cuma tiga ya... Aku sedikit kecewa.
Tirah dan Rui sudah pergi ke kantin sejak tadi saat aku memilih novel. Meski anak bahasa, mereka bukan tipe siswi yang hobi membaca buku.
Para siswa yang masuk-keluar perpustakaan yang tadinya begitu menyenangkan membuatku sungguh tak nyaman. Apa karna aku ini siswi baru, makanya sejak tadi mereka menatap ke arahku? Atau karna salah pinjam jumlah buku itu sangat memalukan? Atau aku memang punya masalah besar terhadap pandangan orang lain. Mungkin saja benar kata Mas Fatur, kalau jadi siswa baru, bahkan jika tidak melakukan apa pun, akan tetap sangat mencolok.
![](https://img.wattpad.com/cover/272344744-288-k945936.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
JUNA dan JOGJA [END]✔
RomanceOrang bilang, jangan jatuh cinta di Kota Jogja. Tapi kebetulan aku bertemu dengan Arjuna Satria Girsang, manusia paling mencolok yang takkan pernah aku temukan lagi imitasinya di muka bumi ini. Sosok yang hanya dengan mendengar suara tawanya bisa me...