(38) Mengabadikanmu Dalam Karya

60 15 11
                                    

Pada akhirnya, kenangan indah bersama Kak Juna tidak bisa aku bawa pulang dan selalu kurindukan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pada akhirnya, kenangan indah bersama Kak Juna tidak bisa aku bawa pulang dan selalu kurindukan.

🌻

Terhitung enam hari aku memperjuangkan tesisku agar lekas selesai. Aku juga menyempatkan datang menemui Mas Haris sehari sebelum kembali ke Jakarta. Hujan langsung turun deras bersamaan langkahku menapaki teras toko bunga. Aku beruntung tidak kehujan di perjalanan.

Seketika terlintas dalam ingatanku. Saat itu, apa Kak Juna pernah berdiri dan memandangiku dari ambang pintu toko ini? Katanya dia memang sengaja menarik langkahnya untuk menghindariku. Setelah aku sadari waktu itu, seharusnya aku sudah berhenti mengharapkannya.

"Terima kasih sudah berlangganan," ucap kariyawan perempuan yang menempati bagian kasir. Aku tidak melihat Mas Haris di dalam toko. Dia pasti sudah sibuk dengan tugas lain dan menyerahkan tugas di toko kepada semua kariyawan. Aku sedikit kecewa, padahal aku sudah mengabari kalau akan datang ke toko. Tanpa Mas Haris, aku malu masuk toko karna tidak berniat membeli bunga.

Mataku pun terpaku pada wajah pelanggan yang baru saja melintasiku berjalan dari kasir. Gadis itu tumbuh tinggi melebihiku dan makin cantik. Aku penasaran apakah Dafa makin jatuh hati pada Dinda jika dia ada di sini. Ya. Dia adalah Dinda–adiknya Kak Juna. Dia ternyata berlangganan di sini. Bunga krisan yang sama Kak Juna pesan dulu untuknya. Bukan hanya bunga yang dia beli yang membuatku tidak bisa berhenti mengikuti langkahnya keluar toko, tapi syal yang dipakai Dinda, adalah hadiah yang pernah aku berikan pada Kak Juna.

"Kok berdiri aja, Fris." Seseorang tiba-tiba mendorong tubuhku masuk toko. Ternyata Mas Haris baru saja datang.

Aku langsung menghampiri puluhan tangkai bunga segar yang ada di sana. "Bunganya makin banyak koleksinya ya, Mas."

"Iya donk. Kamu ndak mau main ke kebun. Aku minta pekebun di sana tanam bunga baru loh."

"Aku pergi ke toko karna mau minta bunga buat dibawa pulang."

"Kamu mau balik ke Jakarta?"

"Urusan di sini aku selesaikan hari ini."

"Balik kapan?"

"Besok pagi."

Mas Haris langsung mengambilkan selembar kertas buket. "Okelah. Aku perkenalkan bunga-bunga koleksi terbaru di sini dulu."

Aku sampai tak habis tertawa saat Mas Haris mengenalkan semua jenis bunga di toko Mbak Ayu yang kini dia kelolah itu. Dari Bunga Gypsophila yang bunganya kecil dan lebat. Lalu Bunga Peony dengan kelopak lembutnya persis Bunga Mawar.

"Lalu ini, Bunga Freesia, bunganya mengingatkan aku sama namamu, Fris," kekeh Mas Haris di akhir penjelasan.

"Hmmm...agak mirip sih memang. Freesia, Friska," balasku masih tertawa.

JUNA dan JOGJA [END]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang