(09) Sajak Yang Tak Sampai

175 76 26
                                    

Hello Readers!!

Sorry banget ya gaes baru bisa publish gara-gara aku pulang ke rumah langsung ketiduran.

Mingguku sok sibuk banget wkwk

Yaudahlah ya nggak usah basa-basi. Kalian pasti langsung ingin baca kelanjutannya.

Anggap saja mencintai seseorang itu seperti impian yang harus diperjuangkan, meski kita tidak tahu hasilnya, akan tercapai atau malah gagal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Anggap saja mencintai seseorang itu seperti impian yang harus diperjuangkan, meski kita tidak tahu hasilnya, akan tercapai atau malah gagal. - Mas Awan

🌻

Kami bersua di tengah pagi itu
aku berdecak kagum
memandanginya dari balik hamparan debu

Mas Awan berpuitis dalam perjalanan pulang setelah mengikuti kelas klub sastra. Tetangga dekatku itu meninggalkan motornya di bengkel untuk di-service, jadi sekarang kami berboncengan. Konyolnya bukan  Mas Awan yang memegang setirnya. Dia hanya enak numpang di belakang sedel sepedanya Mbak Ayu yang selalu aku bawa itu. Untung saja aku sedang bersemangat karna mendapatkan asupan vitamin follback dari akun Arjuna Satria Girsang. Jadi aku bersedia membonceng cowok dengan tubuhnya yang bukan anak kecil lagi itu.

Selain desiran jantung ini, tak ada lagi yang mampu dikata
Hanya tubuh kaku menatap riang matanya
Teduh hati menatap lembut senyumnya
Pun suara tawanya memecah hening suasana

Meski puisi yang dilantunkan Sang Penyair sendiri itu buat Si Pujaan Hati, Rui. Aku justru merasa tiap baitnya sangat mewakili hatiku yang saat ini sedang terpikat oleh keindahan Arjuna. Lembut senyum Kak Juna dan tatapan tajam Kak Juna selalu menciptakan degup pada jantungku.

Dia mengetuk, mencari cela ruangku
Menggiurku dalam sentuhan rasa
Memikatku tanpa kata
Demikianlah itu cinta

Bahasa puisi yang begitu romantis itu ternyata tak sampai ke hati Sang Terkasih. Mengenaskan sekali Mas Awan ini.

"Gimana, Fris? Puisi yang ke-72 udah pantas dikirim ke Rui, ndak?" tanya Mas Awan.

"72?" Aku hanya bisa geleng kepala. "Wah, pantas sekali Rui muak menerimanya. Pasti Mas Awan buatnya tiga kali sehari."

"Emangnya makan opo sampe tiga kali sehari?" 

Aku tertawa. "Bercanda loh, Mas."

Mas Awan tidak merespon. Aku pun menoleh sekilas, tapi dia hanya diam tidak terlihat marah. Mungkin dia meratapai nasib kisah percintaaannya.

"Berat ndak, Fris?" tanya Mas Awan melihatku masih semangat mengayuh pedal sepeda.

"Ora!" balasku, padahal sih lumayan berat.

JUNA dan JOGJA [END]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang