Wonwoo mengerjapkan matanya menyesuaikan diri dengan cahaya lampu yang mengenai retina matanya. Dia meregangkan badannya guna melemaskan otot-ototnya yang kaku karena tidur dalam waktu yang cukup lama. Seingatnya dia tidur saat matahari baru melewati titik tengahnya sampai kini tenggelam dalam peraduannya.
Pemuda manis itu menyibak selimut yang membungkus dirinya dan turun dari ranjang lalu melangkahkan kakinya dengan wajah masih setengah sadar. Sesekali tangannya menggosok mata guna memperjelas penglihatannya sembari beberapa kali menguap lebar. Dia mencari keberadaan sang pemilik apartemen tapi dia tidak menemukan pemuda tiang itu di ruang TV -hari ini hari minggu, jadi Mingyu dipastikan ada di rumah-.
Dia berjalan lunglai dan tanpa sadar membuka pintu ruangan kerja Mingyu, membuat seseorang yang ada di dalam mengangkat kepala bertepatan dengan Wonwoo yang lagi-lagi menguap lebar. Pemuda tan itu tersenyum tipis melihat tingkah normal namun sangat menggemaskan di matanya. Salah satu hal yang disukainya dari Wonwoo adalah pemuda itu tidak pura-pura bertingkah lucu atau manis padanya seperti orang-orang yang mengejarnya. Lucu dan manis yang ditunjukkan Wonwoo adalah sifat alami dari pemuda itu yang bahkan Mingyu tidak yakin Wonwoo tahu dia memiliki sifat menarik itu.
“Kemari.” Titah Mingyu. Wonwoo yang mendengar suara Mingyu akhirnya membuka matanya penuh. Jiwanya yang tadi masih di awang-awang mendadak terkumpul dan membuatnya tersentak.
“Aku disini.” Gumamnya bingung. Meskipun begitu dia tetap melangkahkan kakinya mendekati Mingyu dan mendudukkan dirinya di kursi yang ada di depan meja kerja pemuda tan itu. Mingyu yang melihat ekspresi kebingungan Wonwoo hanya bisa terkekeh pelan.
“Kenapa?” tanyanya tiba-tiba tanpa melihat Wonwoo. Fokusnya kembali pada laptop didepannya. Selama beberapa hari ke depan dia akan lebih sibuk dengan pekerjaan kantornya yang cukup lama dia tinggalkan demi menemani Wonwoo selama awal-awal kembalinya kekasihnya itu.
“Tidak mengantuk lagi.” Jawab Wonwoo acuh. Dia mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan kerja Mingyu yang baru pertama kali di masuki. Ruangan ini sangat bersih juga rapi. Apa mungkin Mingyu rutin membersihkan ruangan ini? Tanya batinnya.
“Kau?” tanya Wonwoo setelah selesai dengan observasinya. Dia memberi penjelasan dengan gestur memutar menggunakan tangan.
“Maid.” Jawab Mingyu singkat.
“Kapan?”
“Setiap hari, jam 1.” Wonwoo menganggukkan kepalanya mendengar jawaban Mingyu. Harusnya dia tahu Tuan Muda seperti Mingyu tidak mungkin membersihkan semuanya sendiri.
Wonwoo memperhatikan Mingyu yang tengah serius memperhatikan laptopnya. Wajah tampan itu sama sekali tidak menunjukkan ekspresi apapun. Bagaimana mungkin aku bisa menyukainya? Tanya batinnya lagi. Wonwoo terus memperhatikan Mingyu membuat pemuda tampan itu mengangkat kepalanya dan balas menatap Wonwoo. Dua anak manusia itu saling bertatapan lama sampai Wonwoo memutuskan tautan mata mereka karena senyum Mingyu yang tiba-tiba terukir di bibir pemuda tan itu membuat pipinya sedikit merona.
Melihat senyum itu membuat Wonwoo yakin Mingyu bisa mendapatkan siapapun untuk dijadikan pasangan. Selain wajahnya yang tampan, pemuda itu juga memiliki kekayaan duniawi yang tidak terhitung. Hanya orang bodoh yang menolak laki-laki macam Mingyu. Namun suatu pemikiran terbesit di otak Wonwoo. Pemikiran yang membuatnya ragu dan kehilangan kepercayaan diri. Apa yang dilihat Mingyu pada dirinya? Meskipun dia banyak melupakan masa lalunya, dia yakin dia hanya orang biasa yang tidak bisa dibandingkan dengan Mingyu. Lalu dari pemikiran itu muncul pemikiran lain. Apa dia pantas bersama Mingyu? Bagaimana jika Mingyu ditertawakan karena memilihnya? Bagaimana jika Mingyu tidak tahan dengan semua itu dan memilih meninggalkannya kemudian mencari pasangan lain yang lebih pantas untuknya? Lalu, apa yang harus dia lakukan kalau itu sampai terjadi?
KAMU SEDANG MEMBACA
You & I - Us
FanfictionKelanjutan dari hubungan antara duo dingin, Kim Minggu dan Jeon Wonwoo. Akankah mereka mampu menghadapi rintangan dalam hubungan mereka?