9

344 33 8
                                    





.

.

~ Start Story ~

.

.

Mingyu membuka mata dan mengerjapkannya perlahan. Mencoba untuk beradaptasi dengan cahaya matahari yang menerpa wajahnya. Dia melirik ke arah jendela kamarnya dan menghela nafas karena jendela dan gordennya terbuka lebar. Pantas saja semalam dia merasa kedinginan padahal pendingin ruangannya sudah dimatikan.

Dia mendudukkan diri lalu meregangkan badan. Kepalanya menoleh ke arah meja nakas dimana disana ada satu figura berisi foto seorang pemuda manis tengah membaca buku di ambang jendela.

Tatapannya melembut. Tapi jika kau melihat lebih jeli ada banyak kepedihan dalam tatapan itu.

"Cepatlah pulang. Aku masih menunggumu." Gumamnya sebelum beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan turun ke lantai satu rumahnya yang entah kenapa sangat ramai. Dan sepertinya dia akrab dengan keramaian itu.

Dia menampilkan wajah datar ketika melihat teman-teman yang tengah berkumpul di ruang tamunya bersama dengan kedua orang tuanya. Tuan dan Nyonya Kim memutuskan untuk kembali ke Korea setelah beberapa tahun tinggal di Amerika saat kepala pelayannya mengadu mengenai kondisi anak semata wayang mereka.

Mingyu berjalan menghampiri mantan teman-teman sekelasnya yang seperti biasa selalu ribut dengan hal-hal sepele.

Ah.. kalian heran kenapa Mingyu memanggil mereka mantan teman sekelas? Tentu saja karena mereka sudah lulus sekolah.

Terhitung sudah dua tahun lebih semenjak hilangnya Wonwoo. Semuanya perlahan mulai melupakan kesedihan akan hilangnya Wonwoo tapi tidak dengan Mingyu. Tidak pernah satu detik pun dia melupakan Wonwoo.

Meski mulutnya terus berucap tajam, Mingyu tidak bisa mengelak untuk merasa bersyukur memiliki teman-teman yang mau mendukungnya saat dia terpuruk. Bisa dikatakan di bulan-bulan awal kepergian Wonwoo, dia tidak terlihat seperti manusia. Yang ia lakukan hanya berkeliling dengan mobilnya dengan harapan bisa menemukan Wonwoo. Mengabaikan hampir semua pekerjaannya bahkan lupa untuk merawat dirinya sendiri.

Bahkan saat Seokmin, Taehyung dan teman-temannya mulai menyerah dan hanya berserah pada Tuhan untuk keselamatan Wonwoo, dia tetap bertahan dengan usahanya. Bisa dikatakan ia sudah hampir gila dengan segala pikiran negatif mengenai keadaan Wonwoo dan pikiran itu begitu mencekiknya. Membuatnya susah untuk menjalankan hidupnya seperti biasa.

Dia berubah menjadi lebih dingin, lebih tidak berperasaan dan jauh lebih tidak tersentuh. Bahkan teman-teman sekelasnya yang dulu dekat dengannya mulai dijauhinya. Tapi lagi-lagi dia bersyukur karena mereka tidak serta merta menyerah dengan sikapnya. Mereka terus berusaha untuk menghibur Mingyu dan mensugesti pemuda tiang itu untuk terus berpikir positif.

Kabar yang lebih mengejutkan yaitu Seokmin kini dekat dengan Mingyu. Keduanya sering bersama untuk mencari Wonwoo hingga keduanya merasa cocok untuk berteman -lebih tepatnya hanya Seokmin yang merasa begitu-. pemuda kuda itu bahkan hampir setiap hari datang ke rumah Mingyu bersama Soonyoung, Jihoon, Jun, Jeonghan dan Seungcheol. Sesekali bahkan Minghao -tunangan Jun-, Seungkwan dan Vernon yang kini masih duduk di bangku akhir Senior High ikut datang. Entah bagaimana sembilan orang itu bisa dekat.

"Kau sudah bangun, Tuan Muda?" sapa dan sindir Yunho begitu melihat Mingyu. Yang ditanya hanya mengangguk dan mendudukkan dirinya di sebelah Nyonya Kim yang tengah menunjuk-nunjuk beberapa gambar di majalah fashion bersama Sandara, Minkyung dan Seyoung.

You & I - UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang