49

77 12 1
                                    

Pukul 23:45 waktu setempat.

Didepan ICU kini tampak tegang, nathan, naila, stevano dan juga orang tua sikembar walaupun dengan jarak beberapa langkah dibelakang mereka.

Setelah perdebatan panjang tadi, sekitar 1 jam kemudian mereka datang lagi lalu memohon permintaan maaf pada naila, naila yang tidak bisa marah pada kedua orang tua nya pun memaafkan dan membiarkan mereka tetap di rumah sakit namun dengan syarat. Harus menjaga jarak dari ICU.

didepan mereka semua, banyak para perawat keluar masuk dengan tergesa.

Kaila di kabarkan drop kembali saat pukul 23:30 tadi.

Beberapa saat kemudian mereka menunggu, kini pukul 23:55 keadaan kembali stabil.

Namun para petugas kesehatan dibuat bingung dengan kaila.

Ya, kaila berhasil membuka mata nya, ia siuman namun dengan kondisi yang bisa dokter pastikan itu tidak memungkinkan untuk pasien seperti kaila.

Dengan gerakan pelan kaila melepaskan oksigen yang menutupi mulut dan hidung nya.

Sempat di larang oleh suster namun ia tetap kekeh melepaskan nya.

"T-tolong p-panggil m-mer-reka s-semua"

Suster sempat menatap dokter dihadapan nya sebentar lalu dokter membalas dengan anggukan.

Karena mereka sudah berpengalaman menangani pasien seperti kaila yang tiba tiba seperti ini.

Suster pun keluar.

Saat di luar ia menatap 5 orang yang menunggu didepan ruangan dengan raut wajah cemas itu.

Menghela nafas pelan lalu suster itu berucap "pasien ingin bertemu kalian semua, silahkan masuk" ucap suster lalu menyingkir ke samping membiarkan mereka berlima masuk

Dokter yang ada di dalam dengan beberapa suster pun mempersilahkan keluarga pasien mendekat, lalu mereka menunggu di dekat pintu jika sewaktu waktu terjadi sesuatu pada pasien.

"Kaila sayang, maafin mama sama papa selama ini, kamu harus sembuh biar keluarga kita lengkap lagi" ucap sang mama mendekat terlebih dahulu

"M-mama?"

"A-ku ma-" ucapan kaila terputus dengan nafas yang semakin menipis

"Iya sayang? Kamu mau apa? Kamu tertekan selama ini di perjodohan itu? Mama sama papa bakal urus surat pisah kalian, tapi kamu sembuh dulu ya?"

Kaila tidak menjawab ia hanya tersenyum kepada 5 orang di hadapan nya.

Lalu ia memberi isyarat pada suster bahwa ia membutuhkan alat tulis dan buku karena ia tidak sanggup jika berbica banyak.

Suster yang paham dengan bahasa isyarat yang di berikan kaila, lantas menuju laci disamping brangkar untuk mengambilkan alat tulis.

Sebenarnya alat tulis dan buku itu sudah di sediakan semua dokter pada pasien nya untuk berjaga jaga jika pasien nya membutuhkan di saat penting seperti kaila sekarang. Atau saat pasien tunawicara membutuhkan nya.

Setelah suster memberikan apa yang kaila butuh kan, kaila tersenyum lalu membungkuk sedikit sebagai ucapan terimakasih.

Kaila mulai menulis di halaman pertama buku.

Setelah menunggu beberapa saat mereka yang sejak tadi hanya diam memperhatikan apa yang kaila lakukan.

Dengan sang mama yang mengusap lembut kepala kaila dengan sayang. Juga naila yang mengusap kaki bagian bawah kaila yang tertutupi selimut.

Nathan hanya dia saja menatap wajah yang sudah sejak lama tidak ia lihat.

Bohong jika ia tidak menangis sekarang. Ia terus mengusap air mata nya.

12:00 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang