17. Tolong Aku

409 46 5
                                    

"Gibaan, tolong aku!" Ucap Adara. Ia berada tak jauh dari posisi Gibran berada.

"Adara! Kamu dimana?" Tanya Gibran. Gibran berjalan mendekat, ia sungguh khawatir terhadap Adara. "Jangan mendekat!" Larang Adara.

Gibran berjalan mundur. "Oke, aku nggak akan mendekat. Tapi jawab aku, kamu dimana? Jangan buat aku khawatir."

"Tempat yang belum pernah kamu kunjungi... namun, sering kamu lewati..." Adara berjalan mundur, lalu perlahan menghilang dari penglihatannya.

"ADARA!"

"ADARA!" Pekiknya. Ia mengusap keringatnya yang bercucuran. Ternyata, itu semua adalah mimpi.

Ia tertidur di sofa ruang tengah semalam, selepas mencari Adara. Mereka mencari Adara dari sore, hingga pukul 11.30. Sebenarnya, Gibran tak ingin pulang, namun Rasya dan Irayad membujuknya. Hingga akhirnya Gibran ingin pulang bersama mereka, kerumah Rasya dan Adara.

"Gibran, lo kenapa?" Tanya Rasya.

Gibran bangun dari duduknya."Gapapa, gue mau mandi dulu. Terus kita lanjut cari Adara."

"Iya, cepetan. Naura sama Vio lagi masak, bentar lagi siap."

*****

Diruang makan, Rasya dengan yang lain sedang melaksanakan sarapan. Terjadi keheningan disana.

"Gue udah kasih tau mama sama papa kalau adara hilang, tadi malem. Mungkin, siang nanti sampe rumah." Ucap Rasya.

"Sekarang, kalian harus bolehin kita ikut cari Adara!" Ucap Naura. Setelahnya, terjadi keheningan kembali.

Saat sarapan selesai, mereka semua bersiap mencari Adara. Naura dengan Rasya, Irsyad dengan Vio, sedangkan Gibran sendiri.

Mereka semua menaiki motor, lalu menancap gasnya menuju arah mobil hitam kemarin. Setelah hampir 3 menit, mereka menemukan persimpangan. Kemarin, mereka sudah lurus. Mereka berhenti di pinggir jalan. "Irsyad sama Vio kiri, Rasya sama Naura lurus, dan gue kanan. Sya, lo cari ke yang kemarin ya. Soalnya kita belum cari di semua tempat." Ucap Gibran.

Kemudian, mereka menancap gasnya menuju jalur yang Gibran bagi.

Di perjalanan, Gibran ingat perkataan Adara di mimpinya. "Tempat yang belum pernah kamu kunjungi... namun, sering kamu lewati..."

Gibran berhenti di pinggir jalan. "Ini jalan yang sering gue pakek ke sekolah, sendiri ataupun sama Adara. Otomatis ini jalan yang sering gue lewati. Sekarang, dimana tempat yang belum pernah gue kunjungi."

Saat sedang berpikir, sebuah mobil hitam melintas. Lalu masuk ke dalam pekarangan rumah yang sudah tak dihuni bertahun tahun. Gibran masih berpikir positif. Mungkin itu pemiliknya yang baru pulang, pikirnya.

Banyak tempat yang belum ia kunjungi. Tidak ingin membuang waktu, ia pun mulai mencari.

*****

"Semoga Allah masih kasih gue kesempatan buat hidup.." Adara tidak memiliki tenaga untuk bergerak.

Cklekk..

Kinan sudah bersiap untuk menyiksa Adara. Terlihat dari raut wajahnya.

"Kasian, tidur disini ya?" Kinan terkekeh.

Kinan menyentuh pipi mulus Adara. "Jauhin tangan kotor lo dari wajah gue!" Sentak Adara.

"Berani lo? Dengan keadaan seperti ini, lo jangan sok berani Adara!" tangannya beralih dari pipi Adara ke rambut milik Adara. Sudah bisa kalian tebak, Kinan menjambak Adara kasar.

"Lepasin!" Tekan Adara.

Tangan Kinan berhenti menjambak Adara, lalu berlalu keluar.

"Bang Rasya, Gibaan, mamaa, papaa.. tolongin Dara.." ia sudah tak memiliki tenaga, terlebih karena rantai yang terikat di tubuhnya. Tangan serta kakinya tak dapat ia gerakkan, karena rantai juga terikat disana.

Cklekk..

Pintu kembali terbuka, Kinan kembali masuk. Dengan, Sabuk? Kinan melangkah menuju Adara dengan tersenyum miring.

Dengan gerakan cepat, Kinan melayangkan sabuk itu. Saat sabuk itu sudah mengenai tubuhnya, Adara meringis kecil.

Sabuk itu sudah beberapa kali mengenai tubuhnya. Dengan keras, sehingga di ruangan yang sunyi itu terdengar Kinan yang melayangkan sabuk itu pada tubuh Adara.

Kinan berhenti melayangkan sabuk itu pada tubuh Adara. Lalu melemparnya kesembarang arah. "Apain lagi ya?"

"Udah aja deh. Karena lo juga gak akan bisa kemana-mana dengan rantai yang mengikat lo. Kan lo ada di bagian kamar, pintunya gue kunciin 'ya? Sekalian pintu utamanya juga, biar gak ada yang bisa tolongin lo. Oh iya, jangan lupakan api yang sebentar lagi akan gue nyalain." Kinan menjeda ucapannya. "Dan jangan ngarep Gibran, kakak, keluarga, dan temen-temen lo bisa nemuin lo. Bye-bye!" Kinan berlalu tanpa rasa bersalah.

Pintu kamar, atau biasa kita sebut ruangan tempat Adara berada ditutup oleh Kinan. Pintu utama, juga dengan api yang menyala di rumah tersebut.

Api mulai berkobar, asap yang mulai masuk dari lubang udara di atas pintu ruangan tersebut, membuat Adara terbatuk.

"Tolong gue, gue gamau mati disini. Siapapun tolong gue..."

Tiba-tiba...

Brukkh...

Adara menoleh kearah pintu yang masih tertutup, meski asap mulai membuat matannya perih.

BRUKKHH...

Adara dapat melihat seseorang mendobrak pintu, namun tidak dengan wajahnya. Penglihatannya mulai buram, itu membuatnya tak dapat melihat wajah seseorang didepannya. Juga karena asap yang semakin banyak masuk karena pintu yang terbuka.

*****

Tunggu bab terakhirnya, ya..
Byee!

Love Hate Relationship (GIDARA) [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang