"Al, gue kira siapa?"
"Iya, lagi ngapain?" Tanya Al basa - basi.
"Punya mata kan buat liat!" Bukan Adara yang menjawab, melainkan Gibran.
"Sejak kapan lo disini? Perasaan tadi gak ada..." tanya Al.
"Seharusnya gue yang bilang sejak kapan lo ada di sini! Lo nya aja yang fokus sama Adara!" Sewot Gibran
"Dih sewot!"
"Kenapa suka - suka gue lah!"
"Udah! Kok jadi debat!"
"Iya maaf.." kompak Al dan Gibran.
"Oh iya, ada yang mau gue omongin Dar!" Ucap Al.
"Apa?"
"Tapi di yang lain aja. Di sini ada Gibran." Ucap Al.
"Loh kok jadi Adara di bawa sama lo!" Ucap Gibran.
"Lah emang kenapa? Lo siapa larang - larang gue?"
"Udah!" Lerai Adara.
"Yaudah Gib, gue duluan ya!" Adara berlalu keluar bersama Al.
"Dek, ini pesanannya!"
"Oh iya mbak. Nih ya bayarnya!"
"Terima kasih!"
"Sama - sama!"
Gibran berlalu keluar.
*****
"Mau ngomong apa?" Tanya Adara.
"Gibran siapa lo?" Tanya Al.
"Dia cuma temen gue, baru kenal pagi tadi." Jawab Adara.
"Terus kenapa keliatan deket banget? Di situ ada lo, di situ ada dia!" Kesal Al.
"Lah emangnya kenapa? Ada hak apa lo larang gue deket sama Gibran?"
"Gak ada sih," Al menjeda ucapannya. "Gue cuma mau lo jadi pacar gue!"
"Gak! Gue udah bilang, ada hati yang harus gue jaga! Udah dari dulu gue bilang!" Tolak Adara.
"Tapi Dar-"
"Udahlah! Bye!" Adara menaiki motornya, berlalu dari taman.
'Bisa - bisanya lo tolak gue! Awas lo Adara!'
*****
"Adara pulang.."
"Lesu banget kelihatannya. Kenapa Adara?" Tanya Salma. Salma sedang berada di ruang tengah, sedang menonton televisi.
"Gapapa," Adara mendudukkan dirinya di sofa.
"Bang Rasya mana ma?" Tanya Adara.
"Ada di kamar"
Adara berlalu menuju lantai atas, bukan untuk ke kamarnya, melainkan kamar abangnya.
Ceklek
Pintu kamar Rasya di buka oleh Adara, tanpa mengetuk pintu. Memang biasa seperti itu.
"Kenapa lagi?" Tanya Rasya. Memang, jika Adara ke kamar abangnya hanya saat ada perlu.
"Bang, Giban masih di Bandung?" Tanya Adara. Ia membaringkan dirinya di kasur Rasya.
Giban, teman Adara di bandung. Adara memang sering berkunjung ke rumah neneknya di Bandung. Tapi saat sudah menduduki kelas 10, ia dan keluarganya tidak pernah berkunjung kembali
"Mana abang tau!" Jawab Rasya.
"Kan abang kontakan sama dia!" Kesal Adara.
"Coba abang chat, soalnya abang gak pernah chat dia."
"Lagian, kenapa sekarang inget punya temen di Bandung!" Kesal Rasya.
"Dara mau cerita.."
"Apa?"
"Dara tadi di tembak." Jawab Adara.
"Sama siapa?" Tanya Rasya. Eksperesinya seketika berubah dingin.
"Sama Al.."
"Jawab apa?" Tanya Rasya.
"Tolak. Dara bilang masih jaga hati buat seseorang. Mangkannya dara inget kalau ada Giban."
Setelah beberapa menit, terdengar pesan masuk dari ponsel Rasya.
"Ini dia jawab, katanya di jakarta."
"Beneran?"
Rasya mengangguk sebagai jawaban.
Adara bangun, mengubah posisinya menjadi duduk.
"Ajak ketemu bang!"
"Iya - iya, udah sana balik kamar lo. Gue mau tidur."
"Besok gue kasih tau." Lanjut Rasya.
*****
"Lu kenapa Dar? Gak kayak kemarin." Tanya Naura. Naura mendekat ke Adara. Ia, menempelkan tangannya di kening Adara.
Panas!
"Adara, kening lo kok panas?" Tanya Naura panik.
***
Untuk bab Vote cover dan ganti judul, tolong di pilih ya covernya. Masak vote 5 dan yang komen 0? Kan yang di minta itu vote cover. Untuk yang baca ini, saya minta bantuannya 'ya?
Jangan lupa vote dan komen!
Jangan lupa follow juga!
Sampai jumpa di bab selanjutnya!
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Hate Relationship (GIDARA) [End]
Teen FictionAdara Putri Dirgantara, adik dari Rasya Putra Dirgantara. Sifatnya yang bar - bar kadang membuat abangnya kesal. "PAGI SEMUANYA!" Teriak Adara. "Dek, bisa gak sih jangan teriak sekali aja?" "Enggak" "Kalau kamu gini terus gimana bisa ada orang yang...