8. Pingsan

481 42 1
                                    

Adara hari ini memakai jaket, berbeda dengan kemarin.

"Dar? Lo sakit kok gak bilang gue?" Tanya Rasya.

"Dara gak sakit abang... Dara cuma agak dingin aja, lagian Dara gak apa - apa kok!" Jawab Adara.

"Lo pulang aja 'ya?" Tawar Rasya.

"Gak! Dara gak apa - apa kok! Nanti juga sembuh sendiri!"

"Tapi Dar-"

"Gak abang!" Ucapan Rasya terpotong oleh Adara.

"Gib, jagain adek gue 'ya? Kalau kenapa - napa telepon gue atau anter pulang."

"Abang! Gak usah. Nanti ngerepotin Gibran."

"Udah gapapa. Yaudah yuk masuk."

Gibran menggenggam tangan Adara, menariknya menuju kelas.

Sedangkan teman - temannya yang berbeda kelas, berlalu menuju kelas mereka. Mereka tidak sadar bahwa Gibran menggenggam tangan Adara.

*****

Pelajaran telah terlaksanakan sejak 20 menit yang lalu. Di kelas 12 Ipa 1, mereka sedang mendengar penjelasan dari guru bahasa, Pak Anton.

'Kepala gue kok pusing ya? Inget Adara, ada Gibran! Kalau sampe Gibran lapor sama abang kalau gue pusing, bisa - bisa gue di anter pulang!' Adara menahan pusing di kepalanya.

Namun, semakin lama ia menahannya, semakin pusing pula kepalanya. Adara menaruh tangannya di kepala, lalu menjadikan tangannya sebagai tumpuan.

Tanpa Adara sadari, Gibran memperhatikannya sejak tadi.

'Duh makin pusing lagi! Apa gue basuh muka aja kali ya biar gak pusing? Basuh muka ajalah. Biar pusingnya kurang. Tapi dingin... tapi yaudah lah!'

Adara mengangkat tangannya.

Pak Anton pun menoleh, "kenapa?"

"Izin ke toilet pak.."

"Silahkan!"

Setelah mengucap terima kasih, Adara pun berlalu keluar.

'Ada yang gak beres! Gue harus ikutin Adara!'

Gibran mengangkat tangannya.

Pak Anton menoleh, "kenapa? Mau ke toilet?"

"Iya pak.."

"Silahkan!"

Sama halnya dengan Adara, setelah mengucap terima kasih, Gibran berlalu keluar.

*****

"Aaa pusing.." lirih Adara.

Adara membasuh wajahnya. Terlihat di pantulan cermin, wajahnya terlihat pucat.

Setelahnya, Adara berlalu keluar.

Pusing Adara bukannya mereda, malah semakin pusing. Tubuhnya pun terasa dingin. Adara memeluk dirinya, guna menghangatkan dirinya. Padahal dia sudah memakai jaket.

"Dingin juga ya.. kalau tau pusingnya gak bisa reda, ngapain gue basuh muka." Gerutu Adara.

Saat di tengah perjalanan, Adara tak kuat berjalan. Ia menggigil, kepalanya juga pusing.

"Bunda... Adara gak kuat..." lirih Adara.

Pandangannya buram hingga akhirnya,

Brukkh

Adara terjatuh pingsan.

"Adara!"

Gibran berlari menuju Adara, lalu mengangkatnya.

Ia sedari tadi memang mengikuti Adara secara diam - diam.

"Kayaknya lebih baik bawa ke rumahnya deh, daripada ke Uks. Untung hari ini gue bawa mobil."

Saat akan melangkah, seseorang memanggilnya.

"Gibran!"

Gibran menoleh ke arah sumber suara. Dia Dina, teman sekelasnya.

"Adara kenapa?" Tanya Dina.

"Kebetulan! Din, izinin gue sama Adara pulang 'ya? Adara demam. Nanti tas kita di ambil sama Rasya. Bye!"

Gibran berlalu dengan Adara di gendongannya.

***

Jangan lupa vote dan komen!
Jangan lupa follow juga!
Sampai jumpa di bab selanjutnya!

Love Hate Relationship (GIDARA) [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang