BAB 01 - Perjodohan

36 2 0
                                    

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Selesai baca jangan lupa kasih komen yang baik-baik ya gaysss.

Btw, vote nya jangan lupa untuk perantara semangat aku menulis.

Happy reading, semoga suka dengan cerita nya.

*****

"Jadi, bagaimana Qiara? apa kamu mau menerima perjodohan ini?!"

Gadis yang duduk di sofa tunggal hanya diam sembari menunduk. Ia sama sekali tidak berani menatap tiga orang yang ada di hadapannya, sungguh gadis itu tidak tahu harus berbuat apa saat ini.

Sesuatu yang baru saja ia ketahui membuatnya seperti berada di ambang kebingungan. Qiara, gadis berwajah cantik, berkulit putih dan pemilik akhlak bagus itu tampak bersedih setelah mendengar sebuah rahasia yang sudah lama tersimpan dalam hidupnya.

Qiara, perlahan memberanikan diri untuk menatap mata ibu kandungnya yang duduk di sebelah gadis itu. Mata teduh milik wanita tua tersebut sangat menarik rasa kesedihan untuk nya.

"Perjodohan ini sudah lama kami sepakati, dari ayah kamu masih hidup, dari kamu masih berusia 10 tahun."


Qiara tidak menjawab apapun, pikiran nya seakan buntu tidak dapat berjalan. Sebuah pernikahan yang sama sekali tidak pernah Qiara bayangkan namun ia harus merasakannya.

"Waktu kamu masih kecil, om dan ayah kamu memang sudah merencanakan perjodohan ini. Kami sepakat akan menikahi kamu dengan anak saya, seharusnya sudah lama saya ingin menyampaikan tetapi mengingat pesan almarhum ayahmu sebelum meninggal yang menyuruh kami menikahi kamu dan anak saya setelah kamu lulus sekolah."

Ucapan pria dihadapan Qiara membuat gadis itu lagi-lagi terkejut, Qiara sedikit bingung mengapa ayahnya menjodohkan dirinya dengan anak dari temannya itu. Padahal, banyak mimpi yang mau Qiara capai, ada cita-cita yang ingin Qiara wujudkan. Setelah menikah, apakah Qiara masih dapat meraih itu semua?

Qiara belum sempat membahagiakan ibu nya. Setelah ayahnya meninggal 5 tahun yang lalu, Qiara selalu berusaha untuk membuat ibunya bahagia. Bahkan sebelum Qiara lulus sekolah, gadis itu sudah bekerja untuk membantu keuangan keluarga.

Namun, apakah semua harapan itu harus pupus karena takdir yang seakan meminta Qiara untuk hidup dengan laki-laki lain yang sama sekali tidak ia kenal.

Sungguh, Qiara sedih harus berpisah dengan ibunya. Apalagi, wanita itu saat ini sedang sakit sakitan, jelas saja Qiara tidak tega meninggalkan ibunya itu.

"Qiara, kenapa kamu diam saja. Ada orang yang lagi bicara sama kamu, setidaknya kamu jawab sesuai isi hati kamu. Kami disini tidak memaksa, jika kamu mau maka perjodohan ini akan dilanjutkan, tapi kalo kamu keberatan ibu akan membatalkan nya." Ucap Hani, Ibu kandung Qiara. Wanita itu mengelus punggung anak nya supaya Qiara lebih tenang.

"Bu?" Lirih Qiara pelan.

"Iya, Nak?"

"Qiara gak mau pisah sama ibu. Qia belum sempat buat ibu bahagia, kalo Qia menikah nanti siapa yang jaga ibu?" Ujar Qiara tulus.

Hani menatap mata Qiara cukup dalam. Dari sorot mata mereka, keduanya sama sama merasa kesedihan, namun menyimpan rasa yang tidak bisa dijelaskan.

Sebagai seorang ibu tentu Hani tidak siap berpisah dengan anaknya. Tetapi, semua ini sudah menjadi perjanjian antara ayah Qiara dan juga Yusuf, sahabat dari ayah Qiara.

Perjodohan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang