BAB 15 - Bertemu?

10 3 0
                                    

Pukul setengah enam pagi, Qiara sudah bergelut dengan alat masak didalam dapur. Pagi ini, Qiara kelamaan memasak dari hari biasanya. Hal itu disebabkan karena Qiara kesiangan bangun, untung ia masih bisa mengejar sholat subuh.

soal Arkan, laki-laki itu juga sama seperti Qiara. Kesiangan bangun subuh. Mungkin efek kelelahan tadi malam mereka berjam-jam berada diperjalanan sepulang dari rumah ibu Hani. Kenapa bisa lama? karena kedua pasangan itu mampir jalan jalan ke taman sebelum sampai ke rumah. Arkan sengaja membawa Qiara kesana untuk menghibur sang istri yang tengah merajuk.

"Udah selesai, semoga kak Arkan gak marah karena pagi ini cuma makan nasi goreng doang." Gumam Qiara sembari meletakkan nasi goreng buatannya di atas meja. Gadis itu hanya mampu memasak nasi goreng dengan waktu yang singkat.

"Sekarang waktunya siapin baju kak Arkan."

Qiara segera naik ke atas berniat menyiapkan segala keperluan Arkan sebelum berangkat kerja. Sudah rutinitas bagi Qiara melakukan hal tersebut , bersyukur Arkan mau menerima segala perhatian kecil darinya.

Sesampainya di kamar, Qiara terkejut melihat Arkan berdiri di depan cermin sembari mengancing kemejanya, laki-laki itu sudah rapih dengan segala pakaian formal nya. Sedang Arkan tersenyum kecil melihat kehadiran Qiara di ambang pintu.

"Loh, kak Arkan udah mandi?" Ucap gadis itu melesuhkan wajahnya. Qiara merasa bersalah karena kelamaan berada didapur jadi membuat sang suami harus menyiapkan segalanya sendiri.

"Udah." Jawab Arkan. Lalu mengambil jam tangan di dalam laci kemudian menyematkannya ke pergelangan tangan kirinya.

"Qiara baru aja mau siapin baju kakak."

Arkan mendekat. Berdiri dihadapan Qiara sembari memasukkan kedua tangannya kedalam saku celana, laki-laki itu terkekeh menatap wajah Qiara yang sedang cemberut.

"Saya tau kamu lagi sibuk di dapur, makanya saya siapin semuanya sendiri." Jawab Arkan, masih berdiri di tempat semula.

Kening Arkan mengerut saat melihat setetes peluh dari kening Qiara. Dengan cepat ia mengelapnya menggunakan telapak tangan.

"Capek banget ya?" Tanya Arkan terkekeh geli. "Lagian kalo saya tunggu kamu yang siapin, yang ada saya terlambat." Lanjutnya.

Qiara melirik sekilas jam di dinding di atas kasur. Melihat jam yang sudah hampir terang membuat nya sadar jika apa yang dikatakan Arkan ada benarnya. Jam segini ia baru selesai masak, jika baru menyiapkan pakaian untuk Arkan maka semakin lama juga Arkan akan berangkat kerja.

"I-iya sih." Kata Qiara.

Qiara menundukkan kepalanya, entah apa yang dirasakan gadis itu. Qiara seperti merasa bersalah karena kelalaiannya hari ini, dimulai dari bangun kesiangan, masak seadanya, dan sekarang tidak sempat menyiapkan pakaian untuk sang suami.

Arkan yang melihat raut wajah Qiara semakin aneh, lantas menyentuh pipi kanan gadis itu membuat Qiara reflek mendongak. Manik mata keduanya bertemu tatap hingga beberapa detik sebelum Qiara memutus kontak.

"Yauda sekarang kita sarapan, kamu hari ini masak apa, Dek?" Tanya Arkan.

Qiara sudah tak kaget lagi mendengar panggilan itu, ia mulai membiasakan diri karena kata Arkan itu akan menjadi panggilan baru untuk nya. Tetapi, tidak dapat dibohongi jika jantung Qiara selalu berdetak kencang.

"Qiara masak nasi goreng, nggak papa?" Tanya Qiara ragu.

"Nggak papa dong. Yang penting sehat, saya ngerti kok," kata Arkan berhasil membuat Qiara mengulas senyum.

"Yuk kita makan!" Ajak Qiara dengan gembira.

Arkan merangkul pundak istri nya lalu kedua insan tersebut berjalan bersama menuju dapur. Sesekali Qiara mendengus karena ucapan Arkan yang sedikit membuat Qiara kesal. Laki-laki itu memang tidak habisnya membuat Qiara marah.

Perjodohan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang