BAB 03 - hari bahagia

24 2 0
                                    

"Bismillahirrahmanirrahim."

"Antahtuka wa zawwajtuka makhtubataka binti Qiara Al-khumaira alal mahri 1000 riyal Saudi hallan."

"Qobiltu nikahaha wa tazwijaha bil mahril madzkuur haalaan."

Sebuah lantunan ijab qobul terdengar jelas dalam sebuah masjid nuansa putih yang terisi beberapa orang didalamnya. Dua orang yang barusaja menyebutkan kalimat sakral itu melepas jabatan tangan mereka.

Arkan, menundukkan kepalanya dalam sembari memejamkan mata. Hari ini ia sudah sah menjadi seorang suami dari perempuan yang sama sekali tidak ia kenal, bahkan belum pernah ia lihat sama sekali.

Tepat Jumat ini, akad nikah Arkan dan Qiara telah di laksanakan di masjid yang letaknya tak jauh dari rumah Qiara, acara tersebut hanya di hadiri oleh keluarga inti saja.

Perwakilan yang menjadi wali nikah Qiara adalah pamannya dari Jawa. Dua hari sebelum akad nikah di gelar, ibu Hani meminta adik ipar nya itu untuk menjadi wali nikah Qiara.

"Baarakallahu laka wa baarakaa alaika wa jama'a batnakumaa fii Khoir."

Semua yang ada di sana mengangkat kedua tangan mereka dengan mengada ke atas untuk berdoa. Selesai berdoa, penghulu meminta mempelai wanita untuk dihadirkan ke meja akad.

Qiara yang ada di belakang bersama ibu dan Ami Danita mulai melangkah memasuki masjid untuk menjumpai Arkan dan yang lainnya. Arkan di minta untuk berdiri, laki-laki itu menunggu istrinya tiba.

Selama di posisinya, Arkan sama sekali tidak menatap ke depan. Hanya lantai yang selalu ia tatap. Entah mengapa Arkan masih sulit menerima perjodohan ini, walaupun secara ikhlas ia sudah menerimanya.

Di tuntun oleh Ibu Hani dan Ami Danita, Qiara memasuki masjid. Orang orang yang ada disana lantas kagum melihat betapa cantiknya gadis itu mengenakan pakaian putih pengantin dibaluti makeup yang tidak terlalu tebal.

Arkan mencoba mendongak ke depan, seketika tubuhnya mematung kala melihat sosok perempuan dihadapannya yang tidak lain adalah istrinya. Sebagai laki-laki normal, Arkan tidak bohong, istrinya itu memang sangat cantik. Sampai dalam detik itu juga, jantung Arkan berdetak lebih cepat.

"Kamu salim tangan suamimu, ya." Bisik Ibu Hani sebelum melepas genggaman tangannya dan meminta Qiara mendekati Arkan.

Saat kedua mempelai tersebut sudah berhadapan, langsung saja Qiara mengambil telapak tangan Arkan dengan sedikit gemetar. Bagaimana tidak, ini kali pertama nya bersentuhan dengan seorang laki-laki selain ayah dan pamannya.

Saat Qiara mencium punggung tangan Arkan, ia merasakan berat di kepalanya tepat di atas ubun-ubun. Lalu mendengar suara dari laki-laki itu mengucap sebuah doa.

"Allahumma inni as-aluka min khoirihaa wa Khoiri maa jabaltahaa 'alaih. Wa a'udzu bika min syarrihaa wa syarri maa jabaltahaa 'alaih."

Bersamaan itu, Arkan mencium kening Qiara. Membuat jantung keduanya berdetak seakan bersautan. Detakan yang belum pernah mereka rasakan sebelumnya.

Arkan menatap wajah Qiara cukup dalam, sampai membuat Qiara menunduk karena malu. Laki-laki itu juga ikut menunduk.

"Kalista, maafin saya yang telah mengingkari janji. Ya Rabb, semoga engkau berikan dia laki-laki yang lebih baik dari hamba."

*****

Malam harinya, Qiara duduk di depan jendela kamar milik Arkan karena tadi siang setelah selesai akad nikah, kedua mempelai itu diminta ikut ke rumah Abi Yusuf dan Ami Danita.

Perjodohan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang